Bab 21

34.4K 1.7K 19
                                    

Assalamu'alaikum...

Kabar baik ya? AD kembali, jangan lupa vote juga komennya.......

Folllow akun tiktok/Ig/Wp:@Zhaylalhedy.

*

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

وقال عليه الصلاة والسلام: {مَا تَجَّرَعَ عَبْدٌ جُرْعَةً أَفْضَلُ عِنْدَ الله مِنْ جُرْعَةِ غَيْظٍ كَظَمها ابْتَغَاء وَجْهِ الله تَعَالى}.

Artinya: “Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda: ‘Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih utama di sisi Allah selain menahan kemarahan karena mengharapkan ridho Allah Ta’ala.'”

________________

Azalea terus mengelus nama yang ada di pegangan payung itu, terselip rasa kerinduan yang teramat kepada neneknya, payung adalah kenangan terakhir yang neneknya berikan.

Walau sempat kehilangan payung itu selama bertahun-tahun. Tapi, sekarang payung itu kembali ke tangannya, pandangan Azalea teralih kepada Arsyad yang kini tengah duduk di kursi dekat rak kitab, laki-laki itu nampaknya tengah sibuk membaca kitab, perlahan senyum Azalea mengembang.

"Kapan bisa jatuh cinta lagi sama kamu Tadz, perasaan yang dulu, hilang tak tersisa, tidak ada rasa," Batin Azalea kembali melihat payungnya.

"Azalea Calista."

Azalea yang sempat melamun, kini melihat Arsyad yang entah kapan sudah ada di sampingnya.

"Nama itu indah," lanjut Arsyad.

"Sejak kapan ustadz sadar bahwa ada nama ku di payung ini?"

"Sejak aku tau, bahwa kamu adik dari mas Raka. ternyata, adik yang selalu dia ceritakan dengan sempurna, itu adalah kamu Ay, dan dari cerita mas Raka aku mengagumi mu."

"Ustadz tau? Aku menunggu payung ini sampai pukul berapa?"

Arsyad menggeleng, saat kembali dengan ambulance, Arsyad tidak lagi melihat kearah halte, dia terlalu kuatir dengan kondisi Kayra saat itu.

"Dua pagi."

Mendengar itu, Arsyad meraih tubuh Azalea lalu memeluknya dengan erat, mengusap kepala istrinya penuh dengan kasih sayang.

"Maaf, maaf membuatmu menunggu payung kesayangan mu, Ay."

"Bukan payung, tapi kamu."

****

Arsyad merebahkan kepalanya di paha Azalea, selesai solat magrib, mengaji, juga mendo'akan keselamatan istrinya, Arsyad meminta izin untuk merebahkan tubuhnya dengan berbantalkan paha Azalea, menghilangkan rasa penat.

"Boleh bertanya Ay?" Tanya Arsyad memandangi wajah Azalea lekat.

"Boleh," Azalea mengangkat tangannya ragu, mengelus pelan rambut Arysad.

"Masih ada dia di hati kamu, Ay? Sehingga sulit rasanya kamu menerima kehadiran ku di hatimu."

"Siapa ustadz?"

ARSYAD DAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang