3

5.7K 500 21
                                    


3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3

Paman dan Bibi akan datang untuk makan malam bersama di rumah dan Kalila berharap Jiro juga akan datang. Sudah satu tahun Kalila tidak melihat kakaknya itu. Jiro seolah-olah menghindari pertemuan keluarga. Sudah beberapa kali ketika Bibi dan Paman datang ke rumah, tetapi Jiro tak terlihat batang hidungnya.

Mereka telah tumbuh dan ada di masa awal remaja. Hari ini adalah hari terakhir Kalila dan Trey melangsungkan Masa Orientasi Sekolah di SMP. Mereka lagi-lagi ditempatkan di SMP yang sama. Adam juga berada di SMP itu. Namun, Jiro tidak. Jiro berada di SMP yang berbeda.

Kalila kecewa tidak bisa melihat kakaknya itu di SMP yang sama. Pertemuannya dengan Jiro juga sudah jarang membuat Kalila merasa semakin canggung setiap kali mereka berhadap-hadapan. Sudah cukup lama juga sejak terakhir kali Kalila dan Jiro berada di jarak yang dekat. Sudah satu tahun lalu, yaitu ketika mereka berada di pemakaman anak Paman dan Bibi yang meninggal di usia satu bulan.

Di hari ulang tahun Kalila dan Trey beberapa bulan lalu, Jiro juga tidak datang. Meski begitu, Kalila senang karena Jiro masih memberikannya kado ulang tahun. Sebuah bando putih yang sudah sering Kalila pakai, baik saat liburan dengan keluarga atau ke sekolah.

Malam ini, dia memakai bando putih hadiah dari Jiro lagi. Kalila tidak ingin melupakan Jiro karena jarak sehingga dia menggunakan bando pemberian Jiro agar selalu mengingatnya.

Pintu kamar Kalila terbuka tanpa diketuk lebih dulu. Kalila menatap pantulan Trey di cermin, yang masuk tanpa permisi ke kamarnya. Kalila berusaha untuk tidak peduli. Semakin dia menggubris Trey, maka Trey akan semakin iseng. Jadi, Kalila hanya diam saja di kursi rias sambil memikirkan rambutnya akan dia model seperti apa agar cocok dengan bando itu. Rambutnya panjang dan halus. Jika dia mengepang bagian depan, maka itu akan sulit karena mudah terbongkar.

Trey berhenti di sampingnya dan menyambar bahuya beberapa kali.

"TREY!" teriak Kalila kesal, lalu menoleh pada Trey. "Pergi nggak!"

"Kamu ngapain, sih?" tanya Trey heran. "Padahal cuma makan malam di rumah doang. Bukan di restoran."

"Terserah aku, dong!" seru Kalila sambil menenandang kaki Trey. "Keluar, gih. Sebelum aku ngamuk."

Trey diam sambil berkacak pinggang dan memandangnya dengan serius. Kalila langsung waspada. Dia yakin Trey akan melakukan sesuatu yang merugikannya. Trey lalu menaruh kedua tangannya ke masing-masing kantong celana, lalu dia menghadap ke pintu dan mulai jalan.

Tiba-tiba saja Trey mengacak-acak rambut Kalila, lalu kabur dan tak menutup pintu kamar.

"UAGH! TREY!" Kalila menghela napas panjang. "Sabar. Sabar," bisiknya, lalu berdiri dan menghentakkan kaki sepanjang dia berjalan ke pintu kamar. Dia mengunci pintu kamarnya, lalu kembali ke depan lemari hias. "Lihat aja nanti. Kalau dia pake pomade bakalan gue hancurin rambutnya."

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang