33

1.8K 192 65
                                    

33

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

33

Setelah Fritzi memberi aba-aba untuk mengucap terima kasih kepada guru mata pelajaran terakhir, semua siswa di kelas langsung mengucap terima kasih secara serentak. Kalila langsung duduk, merogoh kantong tasnya, mengambil ponselnya yang sempat berdering saat mata pelajaran Kimia tadi berlangsung. Untung saja, notifikasi khusus pesan dari Jiro itu tak berisik. Hanya suara lonceng yang berbunyi sekali.

kak jiro: hari ini lo pulang bareng trey ya. gue ada urusan lain

Kalila langsung mengerucutkan bibir. Tubuhnya lemas membaca kabar itu. Dia merapikan barang-barangnya, memasukkan semuanya ke dalam tas dengan tatapan tak lepas dari layar ponsel.

me: ke mana kak?

Hanya centang satu, menandakan tak ada koneksi internet cowok itu. Kalila menghubungi nomor Jiro, tetapi nomor yang dia tuju tak aktif.

Mungkin, Jiro memang ada urusan yang tak bisa diganggu.

Kalila menghela napas panjang dan mengirimkan pesan kepada Trey.

me: lo langsung pulang? bareng kalau iya

trey: ayo

Kalila menyampirkan tali tas ransel hitamnya ke bahu. Bukan hanya buku-buku di dalam sana beserta alat tulis lainnya, tetapi juga ada dua buah mangga yang sudah dia bungkus rapat dengan kantong keresek. Dia terus melangkah sesekali memperhatikan layar ponselnya yang menayangkan video-video di media sosial. Kedua telinganya tersumbat oleh earphone. Kabel earphone sampai kusut dan terlilit di pergelangan tangannya. Cewek itu berdecak pelan. Dia berhenti di koridor yang dekat dengan parkiran siswa, membuatnya secara otomatis melihat ke arah kendaraan roda empat yang berjejeran.

Seluruh gerak Kalila berhenti ketika melihat sebuah pemandangan yang menyayat hati.

Jiro membukakan pintu mobil untuk Ashana. Kemudian cowok itu berlari kecil memutari bagian depan mobil dengan senyum yang walau samar, tetapi masih bisa Kalila lihat dari jauh.

Jiro tentu saja tak menyadari kehadiran Kalila. Karena jika iya, maka Jiro akan berhenti sebentar dan melihat Kalila.

Mobil itu keluar dari area parkiran dan Kalila masih berdiri di tempatnya dengan hati yang terluka. Meskipun dia berusaha berpikir positif bahwa Jiro dan Ashana hanya sebatas teman sekelas dan teman sebangku, tak lebih dari itu, sehingga dia tak perlu cemburu. Mungkin saja, Jiro dan Ashana sedang mengerjakan tugas kelompok yang tak bisa Jiro hindari.

Mungkin....

Namun, kenapa Jiro tak mengatakan secara jelas bahwa dia pergi bersama Ashana? Kenapa ponsel cowok itu mati? Kenapa Jiro membukakan pintu mobil untuk Ashana, memperlakukan cewek itu sama dengan Kalila?

Apakah Jiro tak tahu atau menganggap enteng bahwa kekhawatiran Kalila yang berhubungan dengan Ashana adalah Ashana itu sendiri?

Ah, suasana hati Kalila jadi sangat buruk. Produksi air matanya jadi banyak dan berusaha keluar dari tempatnya. Apa yang bisa Kalila lakukan adalah mengerjap berkali-kali agar tak ada air mata yang sampai terjatuh di pipinya.

Ruang dan WaktuWhere stories live. Discover now