5

5K 468 9
                                    


5

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

5

Setelah turun dari mobil, Kalila langsung berlari kencang memasuki rumah. Tak lupa menutup pintu utama agar Trey terlambat mengejarnya. Dia buru-buru memasuki kamarnya dan mengunci pintu agar Trey tak menorobos masuk. Sesaat setelah Kalila menjatuhkan diri di tempat tidur, Trey berteriak heboh di luar sana sembari mengetuk-ngetuk pintu.

"BUKA, DOOONG!"

"BERISIK!" balas Kalila, berteriak sambil melempar bantalnya ke pintu. Dia menutup telinganya dari suara berisik Trey di luar sana. Buru-buru cewek itu mengambil penutup telinga yang dia simpan di laci meja samping tempat tidur. Dia segera memakai benda itu untuk menyumbat kedua lubang telinga. Suasana sekitar menjadi terasa lebih tenang.

Kalila melirik lemari, lalu bangkit. Dia membuka lemari itu, mengambil brankas kecil yang terlihat seperti buku tebal, lalu dia keluarkan dari dalam lemari. Dia membuka brankasnya setelah memasukkan kata sandi. Sebuah liontin dia keluarkan dari sana.

Liontin yang menjadi alat komunikasinya dengan keluarganya di masa depan.

Ya..., masa depan.

Alasan mengapa Kalila tidak membawa liontin itu kemana-mana adalah karena Kalila takut satu-satunya alat komunikasinya dengan orang tuanya hilang.

Dua tahun lalu, ketika dia membuka liontin itu, muncul sebuah hologram berisi pesan dari mamanya yang datang dari masa depan. Kata Mama, ketika Kalila membuka liontin itu, maka mamanya di masa depan akan mengetahuinya lebih cepat sehingga Kalila akan mendapatkan sebuah pesan tepat saat Kalila membuka liontin itu. Kemudian mereka akan saling berkirim pesan seolah-olah mereka berada di waktu yang sama pada tempat yang berbeda.

Awalnya, Kalila sulit percaya dan menganggap bahwa benda itu hanyalah benda elektronik biasa. Namun, Mama mengirimkan sebuah foto situasi di masa depan. Foto-foto itu menggambarkan bahwa dunia masa depan adalah dunia yang penuh dengan teknologi yang jauh dengan masa kini. Tidak hanya itu, mereka melakukan panggilan video dan Kalila bisa melihat wajah kedua orang tuanya seperti apa.

Mama menceritakan semuanya dan Kalila akhirnya tahu segalanya. Semua kebenaran tentang dirinya dan bagaimana dia berakhir di masa ini telah diceritakan oleh Mama. Sayangnya, Mama tak ingin siapa pun tahu bahwa mereka saling berkomunikasi, termasuk Ibu. Kalila juga tak boleh mengatakan bahwa liontin itu adalah semacam alat elektronik yang menghubungkannya dengan masa depan.

Kalila menebak bahwa alasan Mama ingin merahasiakan semua itu adalah karena Kalila suatu saat nanti akan kembali ke masa depan. Kalila tak tahu kapan tepatnya karena Papa juga sedang berusaha membuat Kalila untuk pulang.

Kalila sudah mendengar semua kemungkinan-kemungkinan terburuk dan pulang adalah pilihan terbaik bagi hidup Kalila. Masa ini memanglah masa dia lahir, tetapi dia adalah bagian dari Mama yang tak bisa dipisahkan.

Kalila menyayangi Ibu dan tak ingin pergi dari Ibu, tetap di sisi lain Kalila juga menyayangi Mama meskipun mereka baru berkomunikasi dua tahun lalu.

Dia membuka liontin. Hologram muncul dan pesan dari Mama langsung datang.

Hai, Nak

Bagaimana kabar kamu di sana?

Mama nggak bisa bicara sama kamu dulu karena ada orang-orang di sini, tapi mama bisa ngasih kamu foto Khafi

Ini dia. Khafi lama-lama jadi makin mirip papa kamu, kan?

Kalila tersenyum menatap foto adik laki-lakinya yang berumur 3 tahun saat ini. Dua tahun lalu, mama memperlihatkan foto Khafi untuk pertama kalinya. Saat itu Khafi masih berumur 1 tahun.

Kalila menyentuh layar hologram dan memunculkan keyboard. Dia mengetik balasan untuk mamanya.

Hai, Ma!

Kalila baik-baik aja

Hari ini Kalila dibuat kesel terus sama Trey, tapi makasih karena mama nyaranin aku buat pakai penyumbat telinga! Sekarang aku udah nggak dengerin dia berisik lagi di luar sana

Aku baru pulang sekolah dan belum ganti baju, hehe

ini foto aku

Kalila mengangkat jari telunjuk dan tengahnya dan dia arahkan ke dekat pipi, lalu mengambil sebuah foto untuk dia kirimkan kepada mamanya.

Kalila berbaring di tempat tidur sambil memandang foto Mama dan Papa yang baru saja dikirim oleh Mama. Papa terlihat kaku. Sejak dulu, Papa memang sulit diajak berfoto. Hanya demi Kalila lah Papa mencoba untuk berfoto.

Mereka harus mengakhiri komunikasi itu karena Mama bilang ada orang lain tak jauh dari mereka. Kalila menutup liontonya sambil tersenyum, lalu dia tiba-tiba murung karena membayangkan harus pergi dari masa ini.

Awalnya, Kalila juga tak bisa mempercayai hal yang tak masuk di akalnya itu. Namun, semua yang Mama ceritakan mirip dengan cerita yang Kalila dengar tentang posisinya di rumah ini yang merupakan anak angkat.

Selama dua tahun ini, Kalila menghibur dirinya sendiri. Kehadiran Mama dan Papa membuat Kalila merasa lega. Dia masih memiliki keluarga kandung dan tak seharusnya dia sedih berlarut-larut karena kenyataan bahwa dia bukanlah anak kandung Ibu dan Bapak.

Daripada mengecewakan dua keluarga, dia lebih baik untuk memilih salah satunya.

Dia telah hidup selama belasan tahun bersama Ibu dan Bapak. Tak ada salahnya jika suatu saat dia meninggalkan Ibu dan Bapak, lalu kembali pada Mama dan Papa.

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Ruang dan WaktuWhere stories live. Discover now