32

2.1K 198 19
                                    

32

Kursi bergeser, menimbulkan suara nyaring di tengah-tengah kesunyian. Guru mata pelajaran Fisika yang tak banyak bicara menurunkan sedikit kacamatanya setelah beliau berbalik. Callahan berdiri dengan tubuh tingginya ditambah dengan tangannya yang terangkat tinggi-tinggi. "Pak! Saya izin keluar kelas, ya?"

Pak guru mengangguk tanpa banyak bertanya dan kembali menghadap papan tulis, melanjutkan sebuah soal yang sedang beliau selesaikan.

Callahan melangkah. Saat di dekat meja Kalila, dia berhenti sebentar dan menarik ujung rambut Kalila pelan hingga Kalila menepis tangan nakal Kala dengan ekspresi lucu; mata melotot, kening berkerut samar, alis nyaris bertemu, dan bibir yang mengerucut. Cowok itu terkekeh, lalu berpaling menatap Fritzi yang langsung memalingkan pandangan dari Callahan.

"Hai, my friend." Callahan mengangkat sebelah tangannya. Dia menatap Fritzi sepanjang dia melewati cewek itu dengan langkah pelan.

Setelah melewati Fritzi, dia kembali melangkah seperti biasanya. Langkah-langkahnya yang lebar membawanya cepat tiba di tujuan. Sebuah pohon mangga yang terletak tak jauh dari taman sekolah. Pagi tadi dia melihat pohon mangga ini buahnya diambil oleh beberapa siswa yang melempar mangga yang rata-rata sudah besar, siap untuk dipanen.

Kala ingin memberikan buah mangga paling besar untuk Kalila, lalu kedua besar untuk Fritzi. Cowok itu mulai memanjat pohon dan ketika dia sudah berada di dahan pertama, Trey malah datang dan mulai mencari gara-gara.

"Ngapain lo di sana? Lo mau nyuri mangga sekolah, ya?"

Kala memutar bola mata. "Katanya mangga ini milik bersama! Siapa aja bisa ambil selama statusnya adalah warga sekolah ini." Kala memanjat lagi. Semakin tinggi dia berada, maka semakin banyak juga mangga-mangga besar yang tak terjamah. "BAKALAN GUE KASIH KALILA MANGGA YANG PALIIING BESAR! LO ENGGAK AKAN KEBAGIAN! AWAS AJA LO IKUT-IKUT GUE AMBIL MANGGA BUAT KALILA!"

"APA?"

***

anggini: eiii sini lo

anggini: si trey dan anak baru di kelas lo rebutan mangga sekolah! mereka lagi di atas pohon tuh, ditontonin sama anak-anak tadi, tapi mereka semua udah gue usir demi hehew

angginu: sini cepetan lo! kalau ada lo gue pasti bisa bawa pulang banyak mangga nanti!

Pantas saja Callahan tak kembali setelah izin dari di mata pelajaran sebelum istirahat kedua, sekitar setengah jam lalu. Ternyata cowok itu singgah di pohon mangga sekolah dan malah berebut dengan Trey. Entah bagaimana mereka bisa bertemu, tetapi yang pasti mereka sedang mengacau sekarang.

Kalila bangkit dari kursi. Di sampingnya, Fritzi masih berkutat dengan sebuah buku catatan yang sedang dia baca ulang. "Hei, lo mau ikut gue?" Fritzi hanya mendongak dan menaikkan alis. "Ketemu Callahan. Dia lagi bagi-bagi mangga. Bisa buat dirujak enak, tuh. Mau ikut?"

Fritzi mengangguk dan langsung berdiri, membuat Kalila tersentak karena Fritzi berdiri terlalu tiba-tiba hingga membuat bangku yang Fritzi duduki jadi bergeser. Kalila menyambar tangan Fritzi dan berlari pelan. Dia menuju ke lokasi satu-satunya pohon mangga yang ada di sekolah.

Mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Hanya ada Anggini di sana selain dua cowok yang terhalang dedaunan di atas pohon. Anggini tertawa kegirangan sembari memotret Kala dan Trey. Cewek dengan tipe wajah judes saat diam itu itu membalik ponselnya dan menunjukkan layarnya. Potret Kala dan Trey yang sedang memetik buah mangga muncul di sana. "Lihat! Mereka kayak model majalah buah. Gue jadi pengin berprofesi jadi fotografer."

"Cita-cita lo ganti terus ya di setiap kondisi." Kalila menoleh. Ada dua kardus kecil mie yang penuh dengan mangga berukuran besar di bawah pohon.

"KALILA!" Dua pelaku utama berteriak bersamaan. Kalila menghela napas panjang pada dua cowok yang bertengger di dahan pohon yang bersisian. Mereka melambai dengan tampang tak berdosa. Keduanya memakai kaos putih dan kemeja mereka terikat di pinggang masing-masing.

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang