9,5

4.4K 381 14
                                    

Ketika melihat satpam sekolah menarik gerbang, Ashana langsung mempercepat larinya. "TUNGGU, PAK! PAK! BAPAK!"

"SAYA BUKAN BAPAK KAMU!" balas satpam bertubuh berisi dan berkumis tebal. "LIMA! EMPAT! TIGA! DUA!"

Sebelum satpam mengatakan satu, Ashana langsung melewati celah gerbang yang hampir tertutup dengan tubuh langsingnya. Dia langsung menumpu kedua tangannya di lutut sembari menoleh ke belakang dan melihat beberapa murid terlambat. Mereka memohon-mohon pada satpam agar dibiarkan masuk. Mau mereka memohon sampai bersujud pun, satpam sekolah ini tak akan mau memberikan sedikit toleransi. Mereka akan berakhir dihukum di hari pertama tahun pelajaran baru.

Ashana kembali berlari setelah istirahat sebentar. Dia telah mengetahui kelasnya dari Tasha. Ashana datang terlambat karena terlambat bangun. Tidak ada siapa pun orang di rumahnya. Kedua orang tuanya sedang dinas keluar kota dan dia tinggal sendiri selama dua hari ini. Masa liburnya dia habiskan dengan begadang membaca komik dan karena itu uga pola tidurnya jadi berantakan.

Ashana tiba di kelas dan dia beruntung guru yang mengajar di pelajaran pertama belum datang. Namun, tentu saja dia tidak bisa memilih akan duduk di mana. Semua bangku telah terisi kecuali satu bangku di sudut paling belakang.

Tepat di samping seorang cowok yang tak disangka-sangka oleh Ashana.

Jiro....

Dari sekian banyak murid di kelas ini, mengapa harus cowok yang dia sukai?

"Yaaah!" seru seorang siswi yang duduk di barisan kedua. "Jiro dari tadi ngusir anak-anak yang mau duduk bareng dia loh. Sekarang lo kayaknya harus cari bangku dan meja buat diri lo sendiri. Cari digudang ada, tuh."

Semua murid di kelas mengatakan hal yang sama.

Bagaimana ini? Dia tidak mungkin mencari bangku dan meja disaat masih ada satu bangku dan meja kosong di kelas ini. Masalahnya, dia dan Jiro tak pernah saling bicara meskipun mereka satu kelas selama kelas X.

Ah, ini bukan tentang dia dan Jiro yang akrab atau tidak, tetapi tentang dia yang menyukai Jiro secara diam-diam sejak SMP. Rasa sukanya pada Jiro bukannya menghilang, tetapi malah semakin besar setiap hari. Jika dia bicara dengan Jiro sekarang, maka Jiro pasti akan langsung tahu bahwa Ashana menyukai cowok itu.

"Nggak apa-apa, kok. Mau gimana lagi?" Jiro tiba-tiba bicara sambil mengangkat tangan. "Lo. Siapa namanya? Sini duduk di samping gue sebelum guru datang."

Semua cewek mengeluh kecewa tak bisa berada di samping Jiro dan para cowok tak terima karena lokasi idaman mereka untuk tidur di jam pelajaran direbut oleh siswi yang terlambat.

Ashana melangkah ragu. Tidak ada pilihan lain selain segera duduk sebelum guru datang. Dia tiba di samping Jiro dan duduk dengan perlahan di bangku itu.

"Gue nggak tahu ternyata masih ada satu orang." Jiro tiba-tiba bicara dan membuat Ashana sedikit tersentak kaget.

"Yah... haha. Satu lagi. Telat gue...," balas Ashana. Dia tidak bisa menyembunyikan reaksi tubuhnya yang gugup berat.

"Gue kira kelas ini muridnya ganjil. Semua orang gue usir. Ternyata masih ada satu lagi...." Jiro bertopang dagu, menatap Ashana dari samping. "Tapi, nggak apa, sih. Sepertinya menyenangkan sesekali bisa sebangku sama cewek."

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Ruang dan WaktuWhere stories live. Discover now