Bab 3 Acting

1K 150 42
                                    

Happy reading

***

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Giana Amira Putri Andharu alal mahri miayatay 'alf yuru wamajmueat min 'adawat alsala hallan." Raihan selaku wali nikah dari Giana berseru dengan lantang mengucapkan ijab dalam Bahasa Arab.

Arti dari yang diucapkan oleh Ayah adalah 'Aku nikahkan engkau dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu, puteriku Giana Amira Putri Andharu dengan mahar 200,000 Euro dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.'

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq." Dengan lantang juga Daffa mengucapkan Qabul pernikahan. Ijab Qabul pun benar-benar terlaksana.

"Bagaimana para saksi, sah?" Pria dari kantor urusan agama yang duduk disamping Ayah Giana menatap para saksi.

Ayah Angga, Arel adik Giana, dan beberapa pihak keluarga yang duduk melingkari meja Ijab Qabul saling menatap dan menganggukkan kepala. Mereka menjadi saksi utama pernikahan Daffa dan Giana.

"Sah!" Semua saksi serentak mengucapkan.

Kiyai yang hadir disana melanjutkan dengan mengucapkan Alhamdulillah dan doa untuk keberkahan pernikahan Daffa dan Giana.

Giana dengan jarak lima meter dari Daffa ditemani oleh sang Bunda disampingnya menundukkan kepala, dia tidak bisa menahan tangisnya saat sang Ayah dan Daffa mengucapkan ijab qabul.

Semua usaha yang Giana lakukan nyatanya sia-sia, dia hari ini sudah resmi menjadi istri dari Daffa. Semua penolakan yang Giana lakukan percuma, nyatanya Daffa mampu menyeret Giana masuk ke dalam lingkaran biadap hidup laki-laki itu.

Tepat pada hari ini Giana sudah sah secara agama dan hukum menjadi istri seorang Daffa Ramadhan Abimana. Entah kenapa tiba-tiba Giana merasa menyesal, dia menyesal karena tidak menolak mati-matian perjodohan ini dan membiarkan Daffa masuk ke dalam hidupnya. Giana menyesal, seharusnya dia tidak kembali ke Indonesia.

Sedikit Giana terkejut saat dua hari sebelum menikah, dia serta keluarganya datang ke kediaman tetap kedua orang tua Daffa yang ternyata dalam lingkup pesantren. Giana tidak tahu jika laki-laki bajingan dan iblis seperti Daffa berasal dari keluarga baik-baik yang memegang teguh ajaran agama. Well, itu cukup surprise untuk Giana, ternyata bajingan yang dirinya benci tinggal dalam lingkup keluarga baik-baik.

"Ayo sayang," bisik Bunda menuntun Giana agar bangun dari duduknya.

Mengusap air mata kesakitannya yang masih mengalir, Giana berjalan dituntun oleh Bunda menghampiri Daffa. Giana duduk tepat disamping Daffa setelah dibantu oleh Bunda, air matanya masih menetes walau sekeras apa pun Giana menahan.

Arel yang melihat kakaknya ikut meneteskan air mata, rasa bahagia dan haru Arel rasakan, begitu juga dengan Ayah Giana yang sudah menyerahkan putri sulungnya pada Daffa.

"Disalim nak suaminya," ujar pak kiyai.

Ah Giana muak! Muak dengan semua akting yang harus dirinya lakukan. Air mata sakit yang menetes berusaha kuat Giana tahan, dia ingin mencoba menampilkan wajah menantang pada suaminya. Ah iya suami ya, Giana menyeringai sedikit, sepertinya mulai sekarang dia akan membuat hidup Daffa masuk dalam lubang kesakitan, iblis disampingnya ini harus mendapat balasan yang setimpal.

"Assalamua'alaikum Mas," bisik Giana, menjulurkan tangan kehadapan Daffa.

"Wa'alaikumussalam," sambut Daffa.

Hati Daffa berdebar kencang kala Giana meraih pergelangan tangannya, bibir Giana bersentuhan dengan punggung tangannya membuat Daffa merasakan sekujur tubuhnya merinding. Dia tidak tahu jika rasanya akan sedahsyat ini menikahi Giana.

Found YouWhere stories live. Discover now