Bab 19 Masa Lalu

836 109 91
                                    

Awas typo!!

Happy reading :)

***

Terhitung sudah tiga hari Giana menginap di kediaman kedua orang tua Daffa. Menikmati kota Malang dengan hati tenang karena kebaikan kedua orang tua Daffa yang sangat hangat padanya. Bahkan setiap pagi dan sore Giana akan diajak jalan-jalan oleh Ibu agar tidak bosan dirumah terus. Ayah bahkan mengenalkan Giana pada seluruh santir dan jajaran pengurus pesantrennya, membanggakan Giana sebagai designer yang memiliki butik di Paris.

Ah... Giana seperti merasa sangat senang dengan perlakuan Ibu dan Ayah.

"Mau ikut keluar?"

Yang tadinya melamun disamping jendela kamar, kini menoleh ke arah Daffa. Kening Giana mengerut saat melihat laki-laki itu berpenampilan sangat rapi.

"Mau kemana?"

"Ada kajian dari salah satu guru besar dari Saudi Arabia yang di undang Ayah di aula pesantren," jelas Daffa. "Saya mau kesana, kamu mau ikut?"

Giana terdiam, menimang ajakan Daffa apakah harus diiyakan atau tidak. Sebenarnya Giana sedang malas keluar, dia ingin menyelesaikan beberapa desain pakaian dari pesanan customer di Paris yang telah dikirimkan asistennya melalui email.

"Kalau gak ikut, Ayah marah gak?"

Daffa tersenyum. "Tidak, terserah kamunya, kalau ada yang ingin dikerjakan tidak ikut juga tidak apa-apa."

"Kalau gitu gue gak ikut, mau rampungan kerjaan dulu."

"Ya sudah, kalau begitu saya pergi dulu," pamit Daffa, meninggalkan Giana dalam kamarnya sendirian.

Setelah kepergian Daffa, buru-buru Giana mengambil ipad miliknya, melihat email-email yang telah dikirimkan oleh asistennya. Ada salah satu request yang membuat Giana bingung karena ada begitu banyak pola dan sketsa yang diinginkan oleh si customer.

Membuka aplikasi skype, Giana menghubungi salah satu pegawai butiknya, berharap langsung diangkat.

'LO NIKAH GAK NGASI TAHU GUE!'

Terperanjat kaget saat sambungan video call yang dilakukan terhubung. Seorang perempuan terlihat pada layar ipad Giana terlihat melotot dengan wajah garang.

Dia Yuana Haura Sasabila, panggil saja Bila sesuai Giana memanggil perempuan itu. Bila adalah sahabat Giana, mereka merintis Zariene bersama-sama dari nol, melewati fase up and downnya perkembangan Zariene.

"Yaudah sih, udah lewat juga, ini gue mau bahas kerjaan." Giana terlalu malas untuk membahas panjang lebar tentang pernikahannya.

'Gak bisa! Lo harus ceritain semuanya ke gue!' Bila terlihat mendengus. 'Enak aja lo pulang ke Indonesia terus tiba-tiba nikah, gue disini yang smaput anjir,' omel Bila dengan wajah tertekuk kusut.

"Gue dijodohin."

'What?' Bila terlihat melotot. 'Coba ulang sekali lagi,' pintanya karena takut salah mendengar ucapan Giana.

"Gue dijodohin Sasabila, D.I.J.O.D.O.H.I.N," perjelas Giana dengan penekanan pada kata terakhir.

'Gila lo ya!'

Tiba-tiba ada dua orang terpampang dilayar ipad Giana, wajah laki-laki sekarang terlihat disamping Bila dengan ekspresi horror. Lebih horror dari suzana yang pernah Giana tonton.

Laki-laki itu Farel yang sama terkejutnya dengan Bila, mematung saking shock karena informasi mendadak dari Giana. Siapa yang tidak kaget coba, Giana pulang ke Indonesia karena lelah mendengar terror sang Bunda, lah kenapa malah mereka berdua dapat info kalau si pelaku malah sudah menikah.

Found YouWhere stories live. Discover now