Bab 27 Paris dan... Kaivan

784 101 30
                                    

Happy reading :)

Awas typo!!

***

Deru aroma roti begitu menyengat kala Daffa menginjakkan kaki di area kedatangan bandara Charles de Gaulle, Paris. Sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat, Daffa dan Giana memutuskan untuk berangkat ke Paris tepat setelah satu minggu lebaran. Menempuh perjalan selama hampir lima belas jam tentu membuat mereka lelah.

Jantung Daffa sendiri sudah berdetak tidak karuan semenjak kakinya keluar dari pesawat. Ada begitu banyak ketakutan yang tiba-tiba menghampiri dirinya. Menggenggam tangan Giana, dalam hati merapalkan doa, jika ini adalah penebusan dosanya, Daffa akan siap selama akan berakhir bahagia untuk Giana.

"Kamu kenapa?" Giana menyadari wajah pucat suaminya.

Mengembuskan napas. "Entah, hanya saja aku merasa tidak tenang."

Senyum lirih Giana terlihat, dia juga sama tidak tenangnya dengan Daffa. Kisah mereka belum jelas akan berakhir di mana, Giana juga takut. Luka dimasa lalu menjadi alasan terbesar ketakutan Giana saat ini, takut itu akan terulang kembali.

"Sesuai yang kita bicarakan, lewati semuanya bersama entah akhirnya akan seperti apa." Giana berusaha menenangkan Daffa disaat dirinya juga perlu ditenangkan.

Mencoba tenang, Daffa mengelus punggung tangan Giana yang berada dalam genggamannya. Tapi sayang, rasa tidak tenangnya masih terus terasa, mau tidak mau Daffa meminta izin pada Giana pergi membeli air mineral sembari menunggu jemputan mereka.

"GIANA!!"

Kepala Giana yang memperhatikan punggung Daffa dalam minimarket bandara langsung menoleh kala mendengar namanya diteriakkan. Bila berlari kencang mengampiri Giana dan langsung memeluk erat.

"You okay?" bisik Bila.

"Gue baik, lo sama Farel gimana? Baik-baik ajakan? Butik gak kalian hancurin kan?"

Farel yang berdiri dibelakang tubuh Bila mendengus. "Hampir butik lo ke bakar sama ni mak lampir."

"Lo duluan yang cari perkara sama gue," sungut Bila setelah melepas pelukannya dengan Giana.

Hanya bisa tersenyum, ini lah yang selalu menghibur Giana dulu saat masa terpuruknya. Farel dan Bila hadir bagaikan obat, tanpa kedua orang itu entah bagaimana kabar Giana sekarang.

"Dia mana? Jadi ikut sama lo kesini?" tanya Farel.

"Ikut, barusan pergi beli a-"

"Gia."

Tiga kepala itu menoleh kompak, kala netra ketiganya melihat Daffa berjalan mendekat, Bila langsung menutup bibirnya tak percaya. Mata Farel sendiri membulat lebar saat melihat wajah laki-laki bernama Daffa yang kini sudah berdiri dihadapannya.

"Dia... si Abi itu?" Bila menatap tak percaya, menoleh ke arah Giana yang mengangguk membenarkan.

"Gak diraguin lagi," lirih Bila. "Mereka memang seratus persen mirip."

"Ini kalian mau kemana? Ke apartement dulu atau ke rumah sakit?" tanya Farel mencoba mengesampingkan rasa terkejutnya setelah melihat Daffa.

"Langsung ke rumah sakit, Kaivan butuh gue," jawab Giana.

"Ayo."

Bila merangkul Giana, keduanya berjalan lebih dulu, meninggalkan Farel yang masih berhadapan dengan Daffa yang sejak tadi diam. Kedua laki-laki itu menatap dengan tatapan berbeda. Farel menatap tajam Daffa sementara Daffa menatap bingung Farel yang terlihat tidak suka padanya.

"Tebus semua dosa lo, kalau sanggup, kalau nggak pergi dari sini sekarang juga, jangan buat Giana menderita lagi." Farel menyusul Giana dan Bila setelah mengucapkan kalimat itu.

Found YouWhere stories live. Discover now