Bab 11 Honeymoon

717 84 4
                                    

Awas typo!

Happy reading

***

Mata Daffa tidak pernah lepas dari layar ipadnya, sesekali menatap ke arah depan dimana customernya duduk. Sudah dari satu jam Daffa duduk menghadapi customer yang ingin dirancang kediaman barunya.

"Jadi pak Rangga ingin tema seluruh bagian dalam rumahnya bergaya Santorini?" Daffa mencatat semua keinginan dan request dari customer.

"Benar, saya ingin tema biru dan putih sesuai dengan request anak perempuan saya," balas Pak Rangga.

"Kira-kira berapa lama waktu yang Pak Daffa dan tim Home Future untuk mengerjakan pesanan saya?"

Daffa tersenyum, dia melihat tanggalan dari salah satu aplikasi dalam ipadnya. Cukup lama Daffa terdiam, menimang waktu yang cukup, kemampuan para pekerjanya, dan juga beberapa jadwal dari pesanan dari customer lain.

"Dari saya sendiri bisa menjanjikan paling cepat pemasangan seluruh dekorasi dan furniture terhitung mulai satu bulan dari sekarang, ada beberapa furniture custom dari Pak Rangga dan istri yang pengerjaannya masuk dalam list antrian karena ada banyaknya pesanan dari customer lain," jawab Daffa dengan sangat ramah.

"Baik Pak, saya rasa waktu sebulan tidak terlalu lama," balas Pak Rangga dengan wajah puas.

"Kalau begitu nanti saya akan menghubungi Pak Rangga untuk keperluan lebih lanjut." Daffa sudah mencatat lengkap nomor telpon, alamat rumah serta beberapa keperluan penting untuk pengerjaan pesanan pak Rangga.

Menarik napas dalam-dalam, setelah Pak Rangga pamit Daffa langsung menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sofa. Bulan ini cukup banyak pesanan custom furniture yang membuat pabrik milik Daffa sedikit kewalahan.

"Ini lagi musim nikah mungkin ya?" lirih Daffa setelah menatap note pada ipadnya, rata-rata yang memesan custome furniture padanya bulan ini adalah pasangan suami istri baru.

Saat ingin beranjak menuju meja kerjanya, Daffa tertahan karena mendengar suara dari ponsel yang berada pada saku celana. Satu notifikasi Daffa baca dari 'Mertuanya' yang mengirim pesan jika ingin berkunjung ke apartement.

Daffa langsung menghubungi nomor Giana tapi yang dia dapatkan hanya balasan operator yang mengatakan nomor Giana sibuk, bahkan setelah mencoba sampai lima kali. Tidak mau membuang waktu, Daffa langsung merapikan beberapa barangnya, memasukkan ke dalam tas tenteng. Berjalan keluar dari ruang kerjanya, Daffa masih tetap mencoba menghubungi Giana.

"Pak Daffa ini ada satu customer yang ingin bertemu dengan-"

"Kamu bisa handle?" potong Daffa saat dirinya dicegat oleh salah satu pegawainya. "Saya harus pulang sekarang, mertua saya mau berkunjung."

Daffa menatap bawahannya yang bernametag Bagus. "Urus dulu ya Gus, catat apa yang customer mau, kalau sudah nanti kirim ke saya, jangan lupa kirim nomor customernya, saya pamit pulang dulu."

Langkah besar Daffa terburu-buru sampai saat melewati ruang tunggu untuk tamu atau customer Home Future dia tidak terlalu memperhatikan. Dipikiran Daffa saat ini adalah cepat-cepat sampai rumah dan menemui Giana, mereka harus mengatur beberapa hal agar mertuanya tidak curiga jika mereka tidur dengan kamar terpisah.

"Kamu kemana Gi? Telpon saya kenapa tidak diangkat terus," ucap Daffa setelah masuk ke dalam mobil, tanpa babibu langsung tancap gas menuju kediamannya dan sang istri.

Bersyukurnya jalanan kali ini tidak macet jadi Daffa hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai apartement. Sedikit berlari kecil Daffa menuju lift yang akan membawa ke lantai dimana unitnya berada.

Found YouWhere stories live. Discover now