Bab 18

554 89 69
                                    

Awas typo!!

Happy reading :)

***

"Aduh! Anak Ibu cantik banget sih."

Shira langsung memeluk erat menantunya yang baru saja datang. "Ayo kalian masuk dulu, pasti capek kan." Shira menuntun Giana masuk ke ruang tengah rumahnya, diikuti oleh Daffa yang masih membawa box donat.

"Kata Raisa kalian habis honeymoon ke Lombok, coba ceritain dong gimana selama disana."

Sangat antusias Shira saat mendengar jika anak dan menantunya pergi honeymoon dari besan. Kemarin saat Daffa memberi kabar jika dia dan istrinya akan menginap selama satu minggu di Malang sampai awal puasa, Shira langsung menyiapkan segala kebutuhan untuk Giana. Bahkan saking semangatnya, Shira sampai menghias kamar Daffa yang awalnya full tema monokrom, sekarang ada pink-pink nya.

"Selama di Lombok liburan kemana saja?" Bayu Ayah Daffa ikut menatap antusias anak dan sang menantu.

Kikuk. Ini mereka harus menceritakan apa? Tidak mungkin mereka akan menceritakan bagian bercinta karena jamu sialan itu kan? Giana melirik sedikit ke arah Daffa yang duduk disampingnya, meminta pertolongan sedikit dari laki-laki itu. Giana tidak mau menjawab pertanyaan sang mertua, dia malu!

"Seperti honeymoon pasangan yang lain, Ibu, Ayah," bibir Daffa mengeluarkan suara.

"Seperti pasangan lain?"

Shira menggerakkan kepala, menoleh ke arah sang suami.

Puk! Puk! Puk!

Tiba-tiba Ibu mertua Giana itu memukul beberapa kali paha Ayah yang kini senyam-senyum tidak jelas.

"Artinya begitu kan ya Ayah?" Penuh maksud Ibu menatap Ayah yang mengangguk mengiyakan.

"Iya Bu, begitu," balas Ayah.

Giana memejamkan erat kedua kelopak matanya, dalam hati menyumpahi Daffa yang salah memberikan jawaban. Ini sudah pasti kedua mertuanya memikirkan yang tidak-tidak.

Hey! Tapi kenyataannya kalian melakukan yang tidak-tidak, eh koreksi deh kalian kan melakukan yang iya-iya hehehe.

Tangan Ibu mendarat pada perut datar Giana, mengelus pelan. "Semoga cepet ada ya dedeknya." Penuh harap Shira menatap sang menantu.

Meringis lirih, Giana sangat paham maksud Ibu, apalagi kalau bukan cucu. Tapi sayang seribu sayang, nyatanya keinginan Ibu akan pupus. Setelah melakukan hubungan badan dengan laki-laki yang duduk disampingnya, Giana langsung membeli pil kontrasepsi pada salah satu apotek di Lombok. Jadi sangat tidak mungkin keinginan Ibu akan terwujud. Lagi pula Giana tidak mau hamil, apalagi itu anak Daffa, big no!

"Ini tadi Giana membelikan Ibu dan Ayah donat, mungkin bisa dibagi-bagi juga ke pengurus pesantren." Daffa mengalihkan pembicaraan, dia paham sekali arti mimik wajah sang istri.

"Terima kasih, anak ibu baik banget." Shira mengusap puncak kepala Giana yang mencoba tersenyum setelah mencuat sedikit tentang cucu untuk mertuanya.

"Sama-sama Ibu, oh iya ini bonekanya." Giana menyodorkan boneka yang dibeli Daffa pada Ibu mertuanya.

"Buat Ibu?" tanya Shira memastikan. Shira yang diberikan boneka jelas bingung, dia sudah tua masa masih bermain boneka.

"Tadi kan Ibu yang telpon Daffa, katanya titip dibelikan boneka," ujar Giana membalas.

Kepala Shira langsung menatap Daffa yang duduk dihadapannya, anaknya itu hanya tersenyum saja sampai kedua matanya terlihat hanya segaris. Jelaslah Shira hanya bisa meringis, dia tidak ada menitip apa-apa saat Daffa menelpon tadi karena sudang ikut pengajian. Seingat Shira anaknya itu hanya bertanya suka donat rasa apa, tidak ada membahas boneka.

Found Youحيث تعيش القصص. اكتشف الآن