Bab 17 Donat

659 95 49
                                    

Awas typo!

Happy reading :)

***

Kalian tahu apa yang terjadi setelah kejadian meresahkan Daffa meminum jamu Lombok yang berujung mereka kembali bergumul di atas ranjang? Yap betul sekali, keduanya canggung, bahkan bicara saja tidak.

"Ini sudah semua mbak, mas?" Seorang sopir taksi menatap sepasang suami istri di depannya.

Mengangguk mantap. "Iya," balas Giana lantas langsung berjalan menuju pintu tengah taksi. Disusul Daffa yang juga ikut duduk disamping Giana yang sudah pusa-pura sibuk dengan ponsel genggamnya. Mereka baru saja sampai di Bandara Internasional Djuanda, Surabaya. Rencananya mereka berdua akan mengunjungi kediaman kedua orang tua Daffa, mungkin seminggu mereka di Malang sampai hari kedua puasa.

Sepanjang perjalanan hanya diisi oleh music yang tersetel dari radio taksi. Giana terlalu sibuk membuka sosial media milik butiknya, Daffa sendiri juga sibuk, sibuk melihat jalanan.

"Tidak ingin membeli sesuatu?" Daffa membuka suara setelah matanya melihat plang jalan yang menunjukkan jika taksi yang mereka tumpangi sebentar lagi memasuki daerah kota Malang.

"Ha?" Giana dalam mode kaget karena tiba-tiba ditanya.

"Kamu tidak mau membeli sesuatu sebelum kita sampai pesantren?" Daffa mengulangi pertanyaannya.

Giana hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban, dia hanya ingin sampai pesantren lantas istirahat. Kepalanya sudah sangat pusing, bahkan saat duduk saja dunia terasa berputar. Resiko yang Giana ambil karena tetap bermain ponsel dalam mobil selama perjalanan, padahal dia tidak bisa melakukan hal itu.

"Stop!" tukas Giana membuat sopir taksi spontan menginjak rem.

Sudah pasti mobil sedikit terguncang, Daffa langsung menyangga tubuh Giana dengan tangan kanannya agar tidak menyeruduk tempat duduk didepannya. Suara klakson mobil dibelakang taksi mereka berbunyi nyaring saling bersahutan karena mengerem mendadak ditengah padatnya kendaraan berlalu-lalang.

"Maaf mas, mbak." Sopir taksi itu kembali menginjak gas. "Saya akan hati-hati, tadi mbak kenapa minta stop?" Untung saja sopir taksi Daffa dan Giana ini baik.

Menoleh menatap Giana yang tadi tiba-tiba mengatakan stop. "Ada apa?" tanya Daffa.

"Gue jadi pengen makan donat, kita beli donat dulu bisa gak?" Tiba-tiba saja Giana ingin makan donat dengan toping matcha setelah melihat bocah laki-laki memakan donat di atas motor yang melewati taksi mereka tadi.

"Donat ya," lirih Daffa dengan mata langsung menatap jejeran toko dan warung dipinggir jalan yang mereka lewati.

"Disini ada mall kan? Cari donat j.co aja yuk," ajak Giana spontan. Dia benar-benar ingin makan donat, jika tidak terkabul maka keluarlah tanduk Giana yang sudah dirinya simpan sejak kemarin. Ini kebetulan juga perut Giana sudah keok minta diisi.

"Mall sih ada, tapi saya tidak tahu disana ada toko j.co atau tidak," balas Daffa, menatap ke arah sopir taksi. "Kita ke MOG ya pak, mampir disana sebentar."

"Baik pak."

Kebetulan taksi yang mereka tumpangi sudah memasuki kawasan kota Malang. Taksi berbelok ke arah kiri jalan menuju salah satu mall di kota Malang. Hanya butuh waktu tujuh menit taksi yang Daffa dan Giana tumpangi sudah terparkir rapi pada perkiran Mall Olimpyc Garden atau warga Malang sering menyingkatnya MOG.

"Tunggu sebentar ya pak." Dengan semangat Giana keluar dari dalam taksi, menenteng dompet dan ponselnya.

Baru saja akan melangkah, tangannya lebih dulu dicekal oleh Daffa yang juga ikut turun.

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang