Bab 23 Flashback III

473 64 34
                                    

Happy reading :)

Awas typo!!

***

Seperti layaknya hubungan pada umumnya, ada up and down yang selalu menghiasi. Begitu juga dengan hubungan Daffa dan Giana. Terhitung sudah dua bulan mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Dalam dua bulan itu ada saja hal-hal yang menyenangkan yang mereka lewati, tak jarang juga mereka berdebat perkara hal kecil. Mereka memang sering berdebat tapi akan selalu berakhir dengan baik karena selalu ada yang mengalah, entah itu Daffa atau Giana.

Seperti hari ini, Daffa yang sudah menunggu Giana di depan asrama perempuan itu selama satu jam. Mereka akan jalan-jalan menikmati hari libur karena selama satu minggu kemarin tidak pernah bertemu karena kesibukan kuliah masing-masing.

"Lain kali siap-siapnya itu minimal satu jam sebelum kita janjian," ucap Daffa setelah Giana berdiri dihadapannya.

Giana cemberut. "Ya namanya juga perempuan, butuh waktu lama buat dandan."

"Aku tahu, tapi setidaknya kamu bisa prepare lebih awal, nunggu disini panas Gia."

Mungkin jika lima menit lagi menunggu bisa jadi Daffa akan berubah menjadi seperti ikan asin yang dikeringkan. Musim panas California tidak ada tandingan, akan sangat terik dan menyesakkan kulit.

"Ya siapa suruh kamu nunggunya disini, tuh disana ada tempat teduh." Giana menunjuk sebuah bangku panjang dibawah pohon rindang disamping asramanya. "Malah ngomel-ngomel gak jelas."

"Aku gak ngomel, cuma ngasi tahu kamu," balas Daffa.

"Iya deh iya, maaf lain kali aku prepare lebih awal." Giana mengalah, dia malas berdebat yang membuat moodnya berujung rusak dan tidak menikmati rencana kencan mereka.

Daffa menggenggam telapak tangan Giana, mulai membawa gadisnya ikut melangkah menjauhi asrama mahasiswi Stanford.

"Kita cari makan dulu ya, baru setelah itu ke bioskop," ajak Daffa, tangan kanannya terangkat merapikan rambut Giana yang diterbangkan angin.

Hari ini mereka berencana menonton bioskop dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi museum dan taman kota. Itu semua disusun oleh Giana dan Daffa hanya menurut saja. Mereka selalu menggunakan transportasi umum mengingat baik Daffa atau Giana tidak ada yang difasilitasi kendaraan pribadi oleh kedua orang tua mereka.

"Jadinya nonton apa?" tanya Giana, menatap ke arah Daffa yang semalam dengan inisiatif akan memilih film terbaik untuk mereka tonton.

"Horror."

"KOK HORROR!" Giana menatap kesal kekasihnya yang malah tersenyum senang.

"Biar bisa peluk kamu," balas Daffa.

Pret!

Template buaya sekali ucapan Daffa ini, tapi sialnya template buaya itu berhasil membuat Giana cinta. Haduh, jatuh cinta zaman kuliah itu memang sedang asyik-asyiknya, jadi maklumi saja ya mereka berdua.

"Gapapa deh nonton horror." Giana tersenyum lebar, menyandarkan kepala pada bahu Daffa, menikmati jalanan yang walau panas tapi terasa sejuk dihati.

***

Hari berikutanya, Daffa menemani Giana yang ingin menghirup udara segara di taman kampus mereka. Kepala Giana yang sudah ingin meledak dengan semua tetek bengek kedokteran ingin sekali belajar sembari kepalanya ditiup angin sepoi taman Stanford yang menjadi favorite setiap mahasiswa.

"Lusa aku mau ujian praktek," cerita Giana yang matanya fokus menatap jurnal medicine.

Daffa yang tengah bermain game sembari kepalanya ditidurkan di atas pangkuan Giana mengangguk. Sangat paham, itu artinya mulai lusa sampai satu minggu seterusnya mereka tidak akan bertemu karena Giana sudah pasti akan fokus belajar.

Found YouWhere stories live. Discover now