Bab 14 Keanehan Giana

638 111 43
                                    

Guyssss maapin semalem gue bener-bener lupa update, kirain tuh bukan hari Jumat, pas sahur tadi baru inget :'( Maaf yaaa huhuhu...

***

Awas typo

Happy reading

***

Tatapan Daffa tidak pernah lepas dari sosok perempuan yang kini sibuk berpose dipinggir pantai Selong Belanak. Mata Daffa sama sekali tidak menatap ke arah lain, only hanya menatap Giana Amira Putri Andharu. Perempuan yang sukses membuat isi kepala Daffa tidak tenang.

"Mas Daffa tidak mau ikut fotoan sama Mbak Giana?" Pajri yang sejak tadi berdiri disamping Daffa bertanya.

Embusan napas berat keluar dari hidung Daffa, kepalanya menunduk menatap kaki yang memijak pasir putih. Pikirannya benar-benar berkecamuk, semalam Giana pingsan dan itu membuat Daffa jelas ketar-ketir. Tapi lihat sekarang, sang hawa justru sangat luwes menjadi model ala-ala majalah fashion dengan Rinjani sebagai fotografer. Seolah pingsannya Giana pagi buta tadi bukan apa-apa.

"Nanti saja, istri saya kalau diganggu nanti mengaum," canda Daffa.

Pajri tertawa. "Tapi sayang loh Mas, ini cuacanya lagi bagus-bagusnya, cocok banget buat foto berdua terus nanti dicetak setelah sampai Jakarta, pajang di ruang tamu beehh." Pajri mengacungkan jempol ke arah Daffa.

Terkekeh pelan, Daffa setuju dengan yang Pajri ucapkan, tapi apa iya Giana juga setuju? Daffa yakin istrinya itu malah mengamuk dengan ide yang Pajri sarankan.

Benar saja, saat mata Daffa kembali menatap ke arah Giana, sang hawa tengah berkacak pinggang dengan tatapan sewot ke arahnya. Sementara Rinjani berjalan ke arah Daffa dan Pajri. Oh, kenapa kah istri Daffa itu terlihat tidak senang.

"Mas Daffa dipanggil Mbak Giana, katanya mau foto bersama," ucap Rinjani.

Hah?

"Tuhkan Mas, pasti Mbak Giananya sependapat sama saya," heboh Pajri, langsung mengambil kamera dari Rinjani. "Ayo Mas, kali ini saya yang foto kan, hasilinya sudah dijamin bagus."

Pelan kaki Daffa melangkah menghampiri posisi Giana yang kini masih menatap sebal ke arahnya. Saat kaki Daffa terkena hempasan ombak kecil, posisinya dan Giana sudah berhadapan, hanya jarak setengah meter yang memisahkan mereka.

"Kata Rinjani kamu mau foto sama saya," ucap Daffa sedikit kecil agar tidak ada yang mendengar selain mereka.

Memutar mata malas, bukannya menjawab Giana malah menarik kemaja Daffa agar lebih rapat padanya. "Senyum, jangan kayak pasangan suami istri on the way cerai," paksa Giana yang setelah itu langsung melengkungkan kedua sudut bibir.

Kedua tangan Giana memeluk pinggang Daffa, wajahnya didongakkan sampai tatapan mereka saling beradu. Angin pantai yang cukup kencang membuat rambut Giana berterbangan, memperlihatkan dengan jelas pada Daffa wajah cantik sang hawa.

"Begini?" Daffa ikut memeluk pinggang Giana.

"Hmm."

Daffa semakin merapatkan tubuh mereka. "Atau begini."

Cup.

Bola mata Giana membulat detik dimana Daffa menempelkan bibir pada keningnya. Tangannya yang hanya memeluk pinggang Daffa kini mengepal, meremas kedua sisi kemeja sang adam.

"Don't cross the line," bisik Giana.

"Saya hanya mengikuti apa yang kamu katakan, jangan terlihat seperti pasangan suami istri hampir cerai," balas Daffa ikut berbisik.

Kedua mata Giana memejam, dia ingin sekali memaki Daffa, tapi melihat ada Pajri dan Rinjani tidak jauh dari posisi mereka membuatnya menahan diri.

"Apakah saya diizinkan untuk bertanya?" bisik Daffa dengan posisi mereka yang masih sama, saling memeluk.

Found YouWhere stories live. Discover now