Bab 15 Awal Modus Daffa

843 124 69
                                    

Awas typo!

Happy reading :)

***

Hari ketiga mereka di pulai Lombok, destinasi yang Daffa dan Giana kunjungi adalah daerah Sembalun, kaki Rinjani yang juga banyak dikunjungi oleh banyak pengunjung. Daffa dan Giana menginap pada salah satu villa yang langsung dihadapkan pada pemandangan megah dan tingginya gunung tertinggi ketiga di Indonesia, Rinjani.

Tour kali ini akan mendatangi beberapa tempat sesuai arahan dari Pajri dan Rinjani. Mulai dari Puncak Sembalun, dilanjut ke air terjun sendang gile dan tiu kelep, kebun strawberry, dan akan ditutup melihat sunset dibukit selong.

"Dingin banget, gila!" Suara Giana membuat beberapa orang menatap ke arahnya.

Daffa langsung membekap mulut Giana, menatap take nak pada beberapa pengunjung. Suara Giana yang cukup kencang membuat beberapa orang menatap tak nyaman. Bahkan ada beberapa yang tengah mengambil foto menghentikan kegiatan mereka.

"Jangan besar-besar ngomong gilanya, ini bukan Jakarta," bisik Daffa.

Menepis tangan Daffa yang membekap mulutnya, tatapan Giana memperotes.

"Harusnya tadi tuh dikasi tahu kalau mau ke tempat dingin, jadi bisa pakai baju yang tebel, kalau udah begini gue yang mati kedinginan."

Giana lupa yang namanya sopan santun dan khalayak ramai. Tubuhnya sudah sangat kedinginan berdiri di puncak sembalun yang kali ini kebetulan suhunya menyentuh sampai angka 7 derajat. Setelan yang Giana pakai adalah rok selutut, dan kemeja tipis yang sama sekali tidak bisa menghalau sengatan dingin pada kulitnya.

Perempuan itu, istri Daffa berkacak pinggang, menatap horor Pajri dan Rinjani, mengeluarkan tatapan kesal karena kedua pemandu travel itu.

"Mereka sudah memberi tahu jika kita akan kedaratan tinggi," koreksi Daffa.

"Ya tapi gak ada bilang daratan tingginya sampai suhu tujuh derajat," sembur Giana masih kesal.

"Terus-"

Grep.

Daffa langsung memeluk tubuh Giana, membawa istrinya masuk ke dalam dekapan hangatnya. Bisa panjang urusannya jika membiarkan Giana terus-terusan mengomel.

"Jangan galak, kamu bukan kucing garong," bisik Daffa, semakin mengeratkan pelukannya. Well, lebih baik dilihat pelukan dari pada dilihat mengomel bukan. Lagi pula ini mereka sudah sah, Daffa memeluk istrinya sudah pasti halal dan tidak akan ada yang melarang.

"Lepas," sentak Giana tapi gagal karena Daffa tetap mengukung tubuhnya.

"Tadi ngomel-ngomel kedinginan, ini aku peluk supaya kamu gak kedinginan lagi," balas Daffa, menatap ke arah Pajri dan Rinjani yang lagi-lagi mengambil foto mereka. Daffa akui kedua tour guidenya itu memang paling handal menangkap momen yang bagus.

"Lo bisa buka jaket terus kasi ke gue." Giana masih berbisik, bagaimana pun juga dia tidak mau Pajri dan Rinjani tahu bahwa pernikahannya dengan Daffa tidak seperti pernikahan pasutri lain.

Kepala Daffa menggeleng. "Hmm... kamu dingin deh, mau aku hangatkan?" bertanya dengan nada rendah, Daffa sengaja menggoda Giana.

Sumpah demi semua nama hewan yang di kebun binatang, ingin rasanya Giana menyumpah. Mereka menikah baru hitungan minggu tapi ini Daffa sudah berani memeluk bahkan menyentuh Giana. Sialannya, kenapa Giana bisa terlihat begitu lemah didepan Daffa jika laki-laki itu sudah menunjukkan sisi baiknya, seperti sekarang.

Fuck!

Tapi nyatanya tubuh Giana merasa nyaman.

"Minggir!"

Found YouWhere stories live. Discover now