Bab 7 For The First Time

882 126 54
                                    

Awas typo

Happy reading

***

Daffa mematikan mesin mobil, mereka sudah sampai di basement apartemen setelah cukup lama berbelanja. Jujur saja Daffa sampai merasa pegal pada kakinya akibat menemani Giana keliling mall.

Istrinya itu tidak hanya ingin berbelanja untuk kebutuhan dapur, tapi Giana juga berbelanja pakaian dan keperluan sebagai seorang perempuan, dan itu semua menggunakan atm milik Daffa. Tidak apa-apa sih sebenarnya, toh sudah menjadi kewajiban Daffa memenuhi semua kebutuhan Giana.

"Sudah sampai," ucap Daffa, menoleh menatap istrinya.

Hebatnya, Giana malah tertidur nyaman, tidak terlihat terganggu sama sekali. Dengan lelapnya Giana meninggalkan Daffa menyetir sendirian dari block M sampai apartemen mereka.

"Kecapean banget kayaknya," bisik Daffa.

Bergerak keluar dari dalam mobil, langkah Daffa memutari mobil menuju pintu penumpang tempat Giana. Sangat hati-hati Daffa membuka pintu mobil, tidak ingin mengganggu Giana yang terlelap. Berjongkok didepan sang istri, Daffa dengan puas menatap wajah tenang Giana.

"Beda banget kalau tidur sama pas bangun," ujar Daffa, kedua sudut bibirnya terangkat. "Cape banget ya, Gi?"

Tanpa dijawab saja Daffa sudah tahu jawabannya pasti iya, siapa yang tidak lelah berkeliling mall dari jam sebelas siang sampai jam sembilan malam.

"Maaf jika saya lancang." Daffa meletakkan tangan kiri pada sela-sela lutut Giana, tangan kanannya bergerak kebelakang punggung sang istri. "Bismillahirrahmanirrahim."

Tubuh Giana kini sudah berada dalam gendongan Daffa, perempuan itu tidak terlihat terganggu dengan pergerakan yang Daffa berikan. Maka dengan hati-hati Daffa melangkah menuju lift pada basetment, sebisa mungkin menjaga keseimbangan agar Giana tidak terjatuh.

Jantung Daffa sudah berdegup kencang, menggendong Giana membuatnya salah tingkah sendiri padahal yang digendong dalam keadaan tertidur. Daffa gugup, terlihat dari keringat yang membanjiri kening.

Secara perlahan Daffa melirik wajah Giana yang bersandar pada dada bidangnya. Sial! Perut Daffa tergelitik, perkara melihat wajah tenang Giana dalam gendongannya membuat Daffa senang.

Ting.

Pintu lift terbuka pada lantai tujuh dimana unit apartemen Daffa berada. Langkah Daffa menghampiri pintu apartement miliknya, sedikit kesusahan Daffa memasukkan password door unitnya. Tapi sebisa mungkin tidak membuat Giana terbangun.

"Huh!" Embusan napas lega keluar dari bibir Daffa setelah berhasil membuka pintu apartement.

Langkah Daffa bergerak menuju kamar Giana yang ada dilantai dua apartemennya, kamar yang tidak pernah Daffa masuki setelah dihuni oleh sang istri. Indra penciuman Daffa langsung disambut oleh wangi mawar saat memasuki kamar Giana, terasa sangat soft dan menyegarkan.

Daffa membaringkan tubuh Giana ke atas ranjang dengan hati-hati, saat akan menarik tangan kanannya dari balik tubuh Giana, napas Daffa tertahan karena pergerakan sang istri. Tiba-tiba saja tubuh Giana bergerak menyamping, dengan perlahan memeluk erat leher Daffa membuat jarak mereka hanya seukuran jengkalan tangan.

Memejamkan kedua kelopak mata kuat, Daffa tidak bisa dengan posisi mereka yang sangat dekat seperti sekarang, lebih tepatnya jantung Daffa yang tidak bisa, berdetak kencang dan itu jelas tidak aman.

"Gi, tolong," lirih Daffa hampir tidak terdengar, tenggorakan Daffa tercekat. Embusan napas Giana yang menganai wajahnya benar-benar membuat tubuh Daffa bergetar.

Found YouWhere stories live. Discover now