❛42❛. 18.55-17.05. Penyakit ♪

173 48 31
                                    

Bantu Vote Komen ya!...

✧HAPPY READING ✧

Tandain Typo nya.

✧෴♡෴✧

Pukul 18.55.

Setelah pemakaman Gavano dua hari lalu, Fexy baru keluar kamar. Kini ia tinggal di rumah nya, atau lebih tepatnya rumah orang tuanya. Frazy yang lama menghilang tiba tiba kembali bersama Vilnerda, tentu itu membuat Fexy takut tapi karena mereka hanya biasa saja Fexy juga berusaha biasa saja.

Vilnerda terus membujuk Fexy untuk makan, tetapi Fexy enggan membuka pintu kamar nya.

Kini Fexy memakai sweater tebal, yang dulu diberikan Leoga. Fexy membawa Ponsel nya dan mulai mengendarai sepedanya.

Fexy sangat merasakan kekosongan, Fexy mengayuhkan sepeda nya tepat di bukit yang sering ia dan Gavano kunjungi. Walau pun sakit, Fexy tetap mendatangi nya.

Fexy duduk di atas rumput ilalang yang kering, biasanya Gavano akan menenangkannya. Tapi kini, bahkan Gavano sudah tenang diatas sana.

"Fexy!"

Fexy menoleh, Arvanzo tersenyum hangat padanya, "mau ngeledek gue?"

Arvanzo menggeleng, ia mengambil posisi duduk di samping Fexy, "gak, gue juga sedih kok."

Fexy menarik tangan besar Arvanzo, "untuk hari ini aja, gue pengen anggep lo Gavano, boleh?"

Arvanzo mematung, hatinya berdenyut sakit, "boleh, apa yang gak boleh. Gavano mau nya lo bahagia, jadi gue hafus turutin!"

Fexy mengangguk, keduanya diam dengan Fexy yang bersandar di bahu Arvanzo.

Dibawah langit gelap dengan dikelilingi hamparan rumput dan angin yang kencang, dua insan tengah duduk dikursi kayu dengan posisi berhadapan.

"Av, gue mau nanya," ujar Fexy, dengan wajah yang tidak seceria biasanya.

"Tanya aja, aku jawab selagi bisa," Arvanzo mengusap surai Fexy, dengan senyum manis dibibirnya.

"Kenapa, orang bahagia dengan hidupnya. Padahal mereka tahu mereka akan mati?" lirih Fexy, menahan sakit di dadanya.

"Kehidupan itu cuma sekali, nikmati selagi bisa. Jangan nyesal, saat udah mau mati," jawab Arvanzo, memeluk tubuh lemas Fexy.

Keduanya tenggelam dalam pikiran masing masing, dengan posisi berpelukan.

Arvanzo berinisiatif memainkan Harmonika nya, Fexy terlihat menikmati nya terbukti Fexy memejamkan matanya dengan senyum tipis.

Fexy meringis merasakan dadanya yang seperti ditusuk, "aws, shh. Av, sak-kith," rintih Fexy dengan wajah yang terlihat begitu kesakitan.

Arvanzo langsung menggendong Fexy dan membawanya menuju Rumah Sakit.

Setelah beberapa menit, Arvanzo akhir nya bisa memasuki ruangan Fexy.

Setelah berbincang dengan Dokter, tubuh Arvanzo rasanya hampir saja jatuh. Fexy mengalami sakit serius, lebih serius dari yang Fexy beri tahu. Karena Fexy hanya mengatakan ia gagal jantung, ternyata yang lebih fatal adalah kanker otak.

Jadi itu alasan Fexy sering mimisan? Kenapa Fexy menyimpan rahasia itu sendiri.

Arvanzo mendekati Fexy, mengusap wajah pucat Fexy, "setelah Gavano, apa lo akan tinggalin gue?"

FEXZY (END)Where stories live. Discover now