26

1.6K 193 47
                                    

Happy reading


Sudah tiga hari berlalu pasca pertemuan Jagad dan Dokter Megan di kantin dan sejak saat itu pula hubungan mereka cukup dekat, dengan kata lain sudah tidak ada kecanggungan di antara mereka walaupun keduanya masih membatasi diri masing-masing, menganggap satu sama lain hanya sebagai seorang teman.

Terkadang, ketika jam makan malam tiba Dokter Megan akan datang ke kantin, menemui Jagad untuk makan malam bersama. Sebab setiap menjelang sore Jagad akan mengirimi pesan, menanyakan akan makan apa, dan Dokter Megan yang tak ingin menyia-nyiakan pun langsung membalas nama makanan yang diinginkan. Lagi pula, ia sudah mulai bosan dengan makanan di kantin rumah sakit.

Semua ini berawal ketika Jagad harus pergi ke kantor tiga hari lalu. Begitu sore tiba, Langit tiba-tiba saja meminta Dokter Megan untuk menghubungi Jagad karena menginginkan buah beri yang Jagad beli di tempat biasanya.

Ketika itu Dokter Megan hanya mengangguk, mengirimkan pesan. Namun, tak disangka-sangka ternyata Jagad juga menawarinya. Karena pada saat itu Dokter Megan baru saja dirampok oleh Dimas—sepupunya, ia pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dengan meminta nasi goreng saja.

Dokter Megan pikir semuanya hanya akan sampai di situ. Namun, siapa sangka jika akan berlanjut hingga sekarang.

Langit sendiri tidak tahu apa yang terjadi di antara keduanya. Ia hanya sibuk untuk menyembuhkan diri agar segera keluar dari rumah sakit, sebab Minggu depan sudah pengambilan raport, dan Langit tidak mau ketinggalan untuk bertemu dengan teman-teman sekelas sebelum liburan tiba.

Membicarakan tentang teman-teman, Raihan dan si kembar baru bisa menjenguk di hari ketiga. Langit tidak mempermasalahkan, sebab tahu jika mereka pasti tengah sibuk di sekolah.

Namun, sepertinya tidak berlaku untuk siang ini, sebab tepat setelah Langit menghabiskan makan siang, mereka justru sudah berada di sini, di ruang rawat Langit. Bahkan, ada Cadey juga Harjian yang masih memakai seragam sekolahnya.

Melihat Harjian yang duduk di tepi ranjang kanan, Langit menepuk pundak anak itu pelan, menggerakkan tangan. "Bagaimana kamu bisa bersama mereka?" tanya Langit, menggunakan bahasa isyarat.

"Aku bertemu ka Raihan dan Cadey di jalan, mereka bilang akan menjenguk mu. Karena itu aku ikut. Bagaimana keadaan mu, Ka, sudah membaik?" Jian membalasnya.

"Aku sudah sangat baik, besok atau lusa aku bisa pulang. Maaf karena belum ke panti lagi. Apa bunda panti baik-baik saja? Bagaimana dengan adik-adik?"

Jian menggeleng pelan. "Ngga perlu minta maaf. Kesehatan mu yang paling utama. Semua orang baik-baik saja. Kamu ngga perlu mencemaskan itu."

Langit menganggukkan kepala, mengerti. Si kembar yang melihat Langit dan Jian hanya mengernyitkan dahi tak mengerti, sementara Cadey yang duduk di tepi ranjang kiri mulai membuka tas, mengambil buku serta pulpen, menuliskan sesuatu di sana.

"Jian?" panggil Cadey, menepuk pundak Jian agar menoleh, menunjukkan tulisannya. 'Antar aku ke ruangan papa, aku ingin meminta uang, setelah itu kita ke kantin beli makanan, aku lapar'.

Setelah membaca tulisan di buku Cadey, Jian mengangguk. Lantas berpamitan kepada Langit dengan bahasa isyaratnya. Langit menjawab dengan anggukan kepala.

Tak lama keduanya bergegas keluar, dengan Cadey yang terus menggenggam buku tulis dan pulpen untuk berkomunikasi dengan Jian.

Sepeninggal Jian dan Cadey, ruangan kembali senyap. Jimmy seperti biasa akan mulai bertanya, "Apa dia tuli?" Dengan raut wajah penasaran, duduk di tempat yang tadi diduduki oleh Cadey.

Langit Bercerita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang