28

1.5K 193 49
                                    

Happy reading



Langit membuka pintu kamar bersamaan dengan Yara yang hendak ke lantai bawah. Keduanya sudah rapi memakai seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Berbeda dengan Langit yang tampak segar setelah mandi, Yara justru terlihat kusut, bahkan tak segan untuk menguap lebar. Membuat Langit yang melihatnya bergidik, takut jika ada pesawat lewat lalu tersedot ke dalam mulut sepupunya.

Berjalan di belakang Yara yang melangkah dengan lesu, Langit mencibir pelan. Sepupunya itu pasti begadang lagi untuk menamatkan drama Korea kesukaannya. Mengingat, ujian semester telah selesai dilaksanakan, dan hari libur akan segera tiba setelah pembagian raport besok pagi.

Melihat Yara yang kembali menguap setelah kakinya berpijak di anak tangga terakhir, Langit jadi berpikir, apa yang Jimmy dan ka Mario suka dari sosok sepupunya. Lihatlah gadis itu, terlihat sangat biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Rambut panjang berwarna coklat digerai, tak ada tambahan aksesoris seperti anak gadis di luaran sana. Memiliki kecerdasan yang biasa-biasa saja sepertinya, padahal papa sudah sering mendaftarkan les ke sana kemari, tetapi isi otaknya hanya tentang oppa Korea saja.

Duduk di samping kursi yang Yara duduki, Langit memandang mama Titi yang tengah sibuk menggoreng nasi. Ada nenek Dwi juga yang sedang menyiapkan sereal khusus untuk Langit.

"Apa Nenek akan pulang hari ini?" Langit memulai percakapan dengan pertanyaan. Mengingat, sebentar lagi liburan akhir tahun akan segera tiba dan penginapan nenek pasti menjadi lebih ramai.

Nenek Dwi tersenyum, meletakkan mangkuk berisi sereal yang dipadukan dengan kacang-kacangan di hadapan Langit. "Iya, enggak apa-apa kan kalau Nenek tinggal?"

Langit mengembuskan napas kasar. "Padahal aku mau mengajak barbeque-an nanti."

"Maaf, ya." Nenek Dwi mengelus kepala Langit. Ia tahu tentang pesta kecil menyambut tahun baru yang cucunya itu adakan, Jagad sudah memberitahunya. Akan tetapi, ia tak mungkin meninggalkan penginapan terlalu lama kepada orang kepercayaannya.

Langit menggeleng, memberitahu tidak apa-apa. Tatapannya kini mengarah kepada mama Titi yang sedang membagi nasi goreng di tiga piring. Lantas menoleh ke sana kemari, baru menyadari jika tidak ada tanda-tanda kedatangan Jagad dan Kaindra.

"Ayah sama papa mana?" Langit melirik ke samping, di mana Yara masih membenamkan wajah di atas lipatan tangan.

"Ayah sama papa sudah berangkat ke kantor. Papa ada meeting pagi, sementara ayah kamu sengaja berangkat lebih pagi agar bisa pulang lebih cepat sore nanti. Jadi kalian berangkat sekolahnya diantar sama mang Asep, ya? Mama mau antar Nenek soalnya." Mama Titi menjelaskan, menaruh piring berisi nasi goreng di hadapan Yara yang diam saja, masih di posisi sama.

Menatap Langit yang sudah mulai memakan sereal-nya, mama Titi bertanya kenapa tanpa mengeluarkan suara. Langit hanya mengangkat bahu sebagai jawaban. Mama Titi hanya mengangguk, mengambil dua piring berisi nasi goreng lagi. Satu diletakkan di hadapan nenek Dwi yang sudah duduk di kursi, satu lagi untuk dirinya.

"Aku mau mengadakan pesta barbeque, Ka Yara mau ikut?"

Yara hanya bergumam, mengangkat kepala. Mengambil segelas air yang sudah ada di atas meja sedari tadi dan meminumnya.

"Enggak. Aku akan pergi ke rumah eyang putri liburan nanti," Yara menoleh, mendekatkan dirinya kepada Langit, "sebenarnya aku malas karena pasti akan diceramahi banyak hal di sana, lakukan sesuatu Langit. Merengek juga, bilang kepada mama agar aku enggak boleh ke sana, cepatlah," sambung Yara berbisik, wajahnya terlihat tertekan, kemudian kembali menegakkan tubuhnya dan mulai menghabiskan sarapan.

Langit sebenarnya kasihan melihat Yara yang seperti ini. Ia tahu jika sepupunya itu tak pernah suka jika harus berkunjung ke rumah eyang putri —mama dari mama Titi. Di sana, sepupunya akan diceramahi banyak hal, diberitahu kalau perempuan harus begini, harus begitu, tidak boleh melakukan ini, melakukan itu.

Langit Bercerita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang