35

1.6K 212 25
                                    

Happy reading



Langit tersenyum tatkala Dokter Megan datang ke ruang rawat seraya membawa kotak bekal. Seharusnya Langit memakan sarapannya di sana. Namun, mengingat ada opa Harry yang tiba-tiba datang Langit tak mau membuang kesempatan. Ia meminta opa Harry untuk menemani Jagad sebentar selagi dirinya sarapan di kantin rumah sakit.

Jagad sempat keberatan, tetapi Langit tak memedulikan. Anak itu sudah lebih dulu menarik tangan Dokter Megan untuk keluar dari ruangan. Menyisakan Jagad yang terbaring di ranjang pesakitan dengan infus di tangan kirinya, serta opa Harry yang berdiri tak jauh dari pintu.

Suasana ruangan seketika berubah suram setelah Langit menutup pintu ruangan. Tak ada percakapan. Keduanya sama-sama terdiam hingga ketika Jagad memejamkan mata, memilih untuk tidur. Ia mendengar suara langkah kaki mendekat dan tak lama kursi yang berada di samping ranjang diisi oleh seseorang.

"Anda bisa pergi sekarang. Saya yakin seorang George Harry tidak memiliki banyak waktu luang hanya untuk menemani orang yang sedang sakit." Jagad masih setia memejamkan mata. Tak melihat jika opa Harry saat ini sedang terkekeh tanpa suara.

"Jika aku pergi maka cucu ku akan marah."

"Wah ...." Jagad membuka mata, memandangi langit-langit ruangan. "Sejak kapan seorang George Harry memikirkan perasaan orang lain?"

"Langit bukan orang lain, dia adalah cucu ku."

Jagad terdiam, ia tak bisa mengelak karena memang itulah kebenarannya. Suka ataupun tidak, mau ataupun tidak, Langit tetaplah cucu semata wayang George Harry—laki-laki tua yang sangat arogan, tak pernah memikirkan perasaan orang lain sampai kata maaf dan terima kasih sangat asing untuknya.

Hingga ketika Jagad hendak memejamkan mata kembali, George Harry yang tiba-tiba berkata, "Maaf," membuat Jagad kembali membuka mata.

"Maaf," kata opa Harry kembali. "Kau mungkin merasa penasaran kenapa Dita meminta pindah ke rumah ibumu waktu itu."

Bukan tanpa alasan opa Harry berkata demikian, sebab sebelum masuk ke ruang rawat tadi ia sempat berbicara cukup lama dengan Langit. Anak itu bertanya dari mana ia tahu kalau mereka ada di sini. Tentu saja opa Harry membuat alasan jika ia tak sengaja melihat Langit, karena yang sebenarnya adalah opa Harry tahu dari salah satu orang yang ditugaskan untuk mengawasi Langit.

Opa Harry tidak mau kecolongan lagi, ia tak mau Jagad membawa cucunya pergi, sebab itulah opa Harry mengirimkan seseorang. Bukan hanya itu, Langit juga meminta opa Harry untuk membicarakan kejadian di masa lalu, agar tidak ada kesalahpahaman di antara mereka, dan opa Harry langsung setuju jika itu bisa membuat dirinya lebih dekat dengan sang cucu.

Sementara Jagad masih diam memandangi langit-langit kamar, dalam hati menyetujui ucapan laki-laki tua yang duduk di samping ranjangnya.

Hari ini akhirnya tiba. Jagad memang berencana untuk menemui opa Harry, meminta laki-laki yang sudah menjadi mantan mertuanya itu untuk tidak membawa Langit. Namun, siapa sangka jika pertemuan itu akan secepat ini? Di rumah sakit. Bukan hanya membicarakan soal Langit, tetapi juga membuka kembali kenangan buruk sang istri.

"Hari itu Dita datang dan seperti biasa aku akan menyambutnya. Membicarakan banyak hal, hingga aku berencana untuk menceraikan kalian." Detik setelah opa Harry mengatakan itu, kedua tangan Jagad yang berada di dalam selimut terkepal kuat, pun dengan rahangnya yang mengeras.

"Satu setengah tahun kalian menikah dan belum dikaruniai seorang anak. Karena itu aku berencana menceraikan kalian, menikahkan Dita dengan salah satu anak dari rekan kerjaku agar dia memiliki keturunan." George Harry terdiam sejenak, menghela napas panjang.

Langit Bercerita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang