sesuatu yang tidak benar

330 51 55
                                    

Keesokan harinya, seperti biasa minho membuat sarapan dan mengantar mino ke TK. Sepanjang waktu, mino sama sekali tidak memandang ke arah ayahnya. Ekspresi wajahnya sangat dingin, seolah-seolah minho memiliki hutang uang padanya.

Setelah mengantarkan mino, dia pergi ke perusahaan. Dalam perjalanan, jisung menelponnya, "Ayo makan malam bersama."

Minho berpikir sejenak dan berkata, "Oke, aku akan menjemputmu."

"Tidak usah, aku akan langsung pergi kesana dari universitas. Bagaimana dengan jam tujuh?"

Minho, "Oke.".






...

Suasana hati felix sangat baik, setidaknya sebelum dia tiba di perusahaan.

Hari ini yuta mengajak felix pergi ke universitas H untuk menemaninya menghadiri sebuah seminar dari departemen jurnalisme.

Cuaca di siang hari sangat panas. Setelah makan siang, seseorang cenderung mengantuk apalagi sambil mendengarkan ceramah. Felix dan yuta tidak tahan lagi, dia menyenggol felix yang duduk disampingnya, "Ayo kita keluar."

Keduanya keluar dari pintu samping dan melihat sekelompok anak laki-laki sedang bermain basket di lapangan.

Yuta menepuk pundak felix dan berkata, "Aku akan ke kamar mandi sebentar."

Felix mengangguk, "hm."

Yuta berbalik dan berjalan ke arah kamar mandi, sedangkan felix masih berdiri di tangga. Lapangan dengan perpustakaan berdekatan dan tangga langsung menuju ke pintu masuk perpustakaan. Ini belum waktunya untuk kelas, tapi beberapa siswa sudah mulai berdatangan ke perpustakaan. Beberapa mahasiswa memandangnya bahkan seorang laki-laki muda menyapanya tanpa ragu. Felix hanya tersenyum. Merasa tidak nyaman diperhatikan, dia pergi ke sisi tangga dimana ada lebih sedikit orang.

Tiba-tiba seseorang memanggilnya, "Yongbok?"

Felix merasa bahwa suara itu cukup familiar. Ketika dia berbalik, napasnya tiba-tiba berhenti.

Jisung tidak menyangka akan bertemu felix di sekolahnya. Dia dengan cepat berjalan ke arah felix, "Kamu juga datang untuk mendengarkan ceramah?"

Ketika jisung sudah berada di dekat felix, jantungnya berdetak tiba-tiba. Penampilan felix sama sekali tidak berubah, bahkan aroma tubuhnya masih menenangkan seperti dulu.

"Ya." Felix mengangguk dengan santai.

"Aku sedang membimbing beberapa mahasiswa pascasarjana disini, dan aku baru saja menyelesaikannya. Apa kamu mau pergi ke kafetaria bersama?"

"Tidak perlu. Aku hanya keluar sebentar, dan akan masuk lagi."

Jisung menoleh ke arah ruangan yang di maksud felix dan berkata, "Kamu tidak perlu mendengarkan ceramah departemen jurnalisme sekolah kami. Tidak ada yang berguna. Ayo ikut denganku. Hari ini sangat panas, dan aku akan membelikanmu sesuatu yang menyegarkan." Jisung memandang felix dengan hati-hati. Dia tidak takut ditolak, tapi dia sedikit takut jika felix melihatnya dengan ekspresi jijik.

"Maaf, aku permisi."

"Tunggu..."

Sebelum jisung mengatakan sesuatu, dia mendengar seseorang berkata, "Wah, siapa ini? Han jisung?? Apakah kamu sudah menyelesaikan sekolah luar negerimu? Kapan kamu kembali?"

Jisung mengabaikan yuta dan berkata pada felix, "Kalau begitu aku akan mencarimu nanti." Lalu dia pergi dengan tergesa-gesa.

Yuta mencibir, "Hei... aku bukan hantu, kenapa kamu tidak menyapa?"

"Ada apa?" Tanya felix.

Yuta terkekeh, "Kukira bajingan itu masih takut padaku."

Felix menggelengkan kepalanya, "Sudahlah, ayo kita masuk."








White Rose /// Minlix Where stories live. Discover now