I still love you

402 57 25
                                    

Lukisan yang mino buat di mall waktu itu, sudah dia selesaikan. Rencananya dia akan memberikan lukisan ini sebagai hadiah untuk papanya. Tapi sebelum itu dia harus merencanakan sesuatu untuk membuat kedua orang tuanya bersama.

Bagaimana caranya? Haruskah dia berpura-pura? Tidak, dia tidak bisa memainkan peran itu. Bersikap manja? Sepertinya dia sudah mengeluarkan semua ekspresi imutnya dan dia benar-benar tidak tahan lagi untuk melakukan itu. Ancaman?

Tiba-tiba, cahaya melintas di kepalanya!!

Benar, melarikan diri!!

Tapi sebelum beraksi, dia harus berdiskusi dulu dengan Ken bang.





...

Di malam hari, minho dan anaknya makan malam bersama. Tapi sejak mino turun kebawah, dia terus memandang ayahnya dengan tatapan sinis.

Minho berkata, "Jika tidak ingin makan, tidur!"

Mino membungkam mulutnya dan terus makan dengan ekspresi dingin. Saat ini dia hanya bersama ayahnya dan papanya tidak ada disini. Jika felix ada disini, dia pasti tidak akan makan dan langsung melempar sendok ditangannya.

Mino makan dua suap dan tiba-tiba berkata, "Kamu harus menelpon papa!!"

Minho memandang bocah itu dengan jengah, "Aku katakan lagi, pergi tidur jika tidak mau makan!"

Mino mengabaikan perkataan ayahnya  "Kamu berjanji akan membuatnya menjadi milikku saja!! Apa kamu sudah lupa?! Orang yang suka menipu tidak pantas disebut ayah!!"

Minho tercengang, dia ingin marah tapi juga merasa lucu, "Aku akan menelponnya!! Sekarang kamu tidur!"

Minho melakukan apa yang dia katakan. Setelah makan malan, dia mengantar bocah nakal itu ke atas untuk mandi dan tidur. Lalu dia mengambil ponselnya dan berdiri di ruang tamu sambil memutar nomor felix.

Sementara itu, diam-diam mino melihat ke lantai bawah. Dia merasa cemburu, iri dan marah. Lihat saja, saat ayahnya sudah tua, dia tidak akan mau merawatnya dan mengirimnya ke panti jompo!!

Minho melihat sekilas ekspresi anaknya yang penuh kebencian dan langsung membanting pintu.

"Suara apa itu?" Tanya felix yang mendengar suara benturan keras.

"Tidak ada. Apa kamu sudah memposting hasil wawancara terakhir?"

Felix mengira minho akan membahas tentang anaknya, dia tidak berharap minho menelpon selarut ini hanya untuk pekerjaan. Dia tertegun sejenak, melepaskan tangannya yang memegang mouse, berdiri dan berkata, "Belum, aku akan mengirimkan padamu sebelum di publikasikan."

"Apa besok kamu ada waktu?" Suara minho terdengar sama seperti biasanya, dalam dan serius.

Felix berjalan ke meja dan membalik-balik kalender, "Ya, di sore hari. Apa ada masalah?"

Minho berkata, "Datanglah dan tambahkan dua topik wawancara lagi."

"Baiklah." Ini adalah pembicaraan resmi. Tentu saja, minho tidak akan menghubunginya hanya karena masalah pribadi.

Setelah felix selesai berbicara, dia menunggu selama tiga detik. Keduanya sepertinya tidak memiliki apa-apa lagi untuk dikatakan. Tepat ketika felix hendak mengatakan akan menutup panggilan, suara rendah minho tiba-tiba terdengar, "Mino sudah makan dan sekarang dia sedang tidur."

Satu kalimat itu berhasil membuat hati felix bergetar. Minho jelas mengatakannya dengan acuh tak acuh, tapi saat memikirkan anaknya tidur di pelukannya, dia melunak dan berkata dengan ringan, "Terima kasih."

Setelah menutup telepon, felix berdiri di depan meja selama sepuluh menit sebelum duduk kembali.

Dan minho terus menatap ponselnya sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.






White Rose /// Minlix Where stories live. Discover now