air mata bahagia

302 51 56
                                    

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, felix tidak langsung pulang melainkan pergi ke mall di dekat perusahaannya. Minho belum menentukan jam berapa mereka akan bertemu, tapi dia tahu bahwa minho tidak akan mengingkari janjinya. Jadi, sebelum hari minggu datang dia harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin.

Felix tidak pernah berbelanja dan pakaian yang dia pakai hanya itu-itu saja. Dia adalah tipe pria yang tidak suka berada ditempat keramaian. Jika bukan untuk bertemu anaknya, dia tidak akan datang ketempat seperti ini.

Lantai pertama khusus untuk kosmetik, Lantai kedua dan Lantai ketiga di isi dengan pakaian anak dan perempuan, sedangkan tempat untuk pakaian pria ada dilantai empat.

Felix berjalan mondar-mandir dengan kebingungan. Apa yang harus dia beli? Model apa yang disukai anaknya? Jika dia memakai jas, mungkin saja anaknya berpikir dia terlalu formal. Apa dia harus membeli kemeja atau kaos biasa?

Karyawan toko melihat felix mondar-mandir kebingungan dan berinisiatif bertanya, "Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"

Felix berhenti sejenak dan berkata, "Aku ingin mencari pakaian yang membuatku terlihat informal tapi santai dan tidak terlalu berlebihan."

Karyawan itu tidak bisa menahan senyum di bibirnya, "Tuan permintaan anda terlalu sulit. Begini, style apa yang anda pikirkan? Kemeja atau kaos?"

Felix benar-benar tidak tahu harus menjelaskan seperti apa, "Terima kasih atas bantuanmu. Aku akan melihat sekeliling dulu."

Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan tidak sengaja menabrak seseorang.









....

Minho membawa mino ke mall untuk membeli pakaian. Anak kecil itu tiba-tiba mengatakan bahwa tidak ada baju yang bisa dia pakai. Padahal minho sangat mengetahui sebanyak apa pakaian yang dimiliki anaknya. Neneknya saja akan datang setiap 2 minggu sekali hanya untuk membawakannya pakaian keluaran terbaru, dan pamannya juga sering mengirimkan setelan-setelan mewah dari luar negeri, tapi mino bersikukuh ingin membeli yang lain.

Bocah nakal itu mengeluarkan semua koleksi pakaiannya dan setelah beberapa saat, dia akhirnya duduk di lantai dengan cemberut, "Ayah, aku tidak memiliki pakaian yang layak dipakai. Apa yang harus aku lakukan?"

"........." Minho melirik ke arah lemari yang berantakan dan kemudian melihat penampilan mino yang sangat menyedihkan, seketika dia merasa frustasi.

Setelah sekian lama, akhirnya putranya akan bertemu papanya, jadi anak itu hanya ingin terlihat baik. Bisakah minho menolak permintaan anaknya?

Tentu saja tidak!!! Beli!!!

Jangankan hanya satu setel, dia juga akan membeli beserta tokonya jika anaknya ingin.

Setelah lelah berkeliling, mino memberitahu ayahnya untuk membawanya ke time zone di lantai paling bawah. Mino dulu sering bermain disini dan orang yang mengelola tempat ini kebetulan memiliki hubungan baik dengan minho. Jadi, minho meninggalkan anak itu disana tanpa khawatir, dia bahkan tidak melihat ke belakang dan pergi ke lantai empat.

Dia bertemu felix, tepat setelah keluar dari lift.

Felix tertegun dan membungkuk, "Maaf, aku tidak melihat."

Mata hitam minho menatapnya, "Mau membeli pakaian?"

Pada saat ini, felix merasa sedikit malu. Seolah-seolah dia ketahuan sedang melakukan sesuatu yang tidak benar, dia tanpa sadar menyentuh denyut nadi di lehernya, "Yah."

Karyawan tadi melihat bahwa felix dan orang yang baru datang saling kenal, jadi dia berkata pada minho, "Tuan ini sudah berkeliling selama beberapa saat untuk melihat-lihat, tapi dia masih belum menemukan pakaian yang dimaksud."

White Rose /// Minlix Where stories live. Discover now