10 | Potret Persona Juwita

51 38 8
                                    

Berbicara perihal ruang dosen, sepertinya tempat tersebut bisa dilabeli sebagai markas keramat, terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang berada di penghujung semester sepertiku. Meskipun selusin jendela terbuka lebar, suasana ruangan terasa penuh dengan ketegangan dan antisipasi yang membuatku tidak betah. Silir-semilir angin pagi yang harusnya terasa menyejukkan malah terasa seperti jarum-jarum kecil yang menyengat kulit layaknya akupunktur. Kursi yang terbuat dari besi dan harusnya memberikan sensasi dingin ketika pantat mendarat di sana, kini beralih fungsi menjadi kursi panas ketika helai demi helai kertas dari laporan skripsi-yang menjadi tolok ukur hidup dan matinya seorang mahasiswa tingkat akhir-tengah berprofesi sebagai pemeran utama yang menjadi fokus dari pria paruh baya berusia 60 tahun yang begitu sabar menjadi dosen pembimbingku, yaitu Pak Jiyan.

Debaran jantungku yang sempat tidak terkendali beberapa waktu lalu, kini mulai berdetak kembali normal saat memandangi perubahan raut wajah Pak Jiyan yang tadinya begitu serius menjadi hangat karena seulas senyum tiba-tiba membingkai bibirnya.

"Barusan sudah saya baca laporan skripsi kamu dari bab satu sampai bab tiga. Namun, sepertinya kamu tidak mengalami kesulitan seperti yang saya khawatirkan. Latar belakangmu jelas, mengambil keresahan perancang karena minimnya literatur yang membahas seputar kuliner legendaris khas Kota Malang, sehingga masih banyak wisatawan lokal yang kurang mengenal destinasi salah satu kuliner nusantara yang ada di negaranya sendiri. Sumber-sumber yang menjadi kajian pustaka juga sudah sesuai dengan judul terkait dan berasal dari literatur atau penilitian selambat-lambatnya 10 tahun terakhir. Model perancangan menggunakan Design Thinking Kelly and Brown juga mempermudah kamu dalam menentukan fokus-fokus tertentu sesuai judul yang kamu ambil, yaitu perancangan buku kuliner dengan basis fotografi, kan?"

"Benar, Pak."

Komentar positif dari Pak Jiyan akhirnya berhasil mengaburkan pikiran-pikiran negatif sekaligus membebaskanku dari jeruji besi penuh ketegangan beberapa waktu lalu. Rasanya seperti merasakan terpaan angin segar di tengah-tengah gurun pasir, memberikan sensasi kelegaan dan semangat baru yang menjadi penentu langkah selanjutnya.

"Berdasarkan teknik pengumpulan data yang kamu lakukan, jadinya ada berapa destinasi wisata kuliner legendaris yang harus kamu kunjungi di Kota Malang?"

Aku dan Pak Jiyan kembali berdiskusi perihal progres laporan skripsiku. Bahkan beliau mengapresiasi langkah cermatku yang berinisiatif lebih dulu mengabadikan beberapa kuliner legendaris dengan kamera berdasarkan ilmu teknik food photography yang sudah diajarkan beliau saat duduk di bangku semester lima.

Sekitar 1 jam berlalu, kedua tungkaiku bergerak bebas ke luar dari ruangan yang digadang-gadang terkutuk ini dengan perasaan lega luar biasa. Mungkin ini lebai, tapi bagiku hari ini adalah hari terbaik dalam hidupku semenjak terbangun dari tidur panjang selama 9 bulan lamanya.

Tanpa kusadari durasi waktu yang berlalu begitu panjang, meninggalkan kesan yang berbeda bagiku. Banyak sekali perubahan terjadi di sekitar yang membuatku merasa asing, seolah-olah membangunkan memori lawas ketika aku masih menjadi mahasiswa baru yang baru saja datang ke kampus untuk pertama kali. Sampai-sampai aku tidak menyadari adanya kehadiran seorang laki-laki-yang dilihat-lihat usianya lebih muda-datang menghampiriku.

"Kak Marvel!" sapanya, bisa kulihat antusias tergambar nyata di balik bingkai kacamata tipis yang dikenakannya. Ekspresiku yang diam mungkin membuatnya menyadari bahwa aku sedang kebingungan perihal identitasnya. "Tak sawang-sawang koyoke Kak Marvel iki lali karo aku¹⁴. Suteja, Kak. Inget nggak?"

Mataku menyipit, Apa benar dia adalah Suteja yang aku kenal dari UKM Palet Warna? Mengapa terlihat berbeda?

Melihat ekspresi Suteja yang tertawa, seolah-olah aku ini adalah buku cerita yang alurnya mudah ditebak. "Wajar kalau Kak Marvel nggak sadar sama aku yang sekarang. Soalnya, Suteja yang kamu kenal dulu gendut. Suteja yang sekarang udah glow up karena efek dari patah hati ditolak doi!"

Punca Anomali  |  ZEROBASEONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang