19 | Tabir Ilusi Gustav

24 30 0
                                    

Penemuan Tragedi di Kamar Indekos: Seorang Pemuda Tewas Tertikam dan Dibunuh

Malang, Breaking News Time Sebuah tragedi mengerikan tersingkap di salah satu indekos elit yang ada di Kota Malang. Seorang pemuda, berusia 22 tahun, ditemukan tewas dengan cara mengenaskan, yaitu tertikam, di kamar indekosnya sendiri. Korban ditemukan saat pagi hari oleh salah satu penghuni indekos lain, yaitu T, berusia 22 tahun, pada pukul 06.06 dini hari.

Kasat Reskrim Polres Malang, AKP Adriano Raharja, mengungkapkan berdasarkan hasil dari penyelidik di tempat kejadian, ditemukan adanya pisau dapur berlumuran darah yang tercecer di dekat jasad korban. Menurut keterangan dari pihak kepolisian, korban diduga dibunuh oleh rekan atau kerabat setelah adanya pertengkaran hebat. Tidak lama setelah ditemukannya jasad korban, teman satu sekolahnya saat duduk di bangku SMA dan mantan kekasih, yaitu B, berusia 23 tahun, ditangkap untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Motif terjadinya tragedy ini masih belum diketahui. Namun, polisi menyatakan bahwa kasus ini masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut.

Pihak berwenang berjanji akan memberikan informasi pembaruan lebih lanjut seiring berjalannya penyelidikan berlangsung. Sementara itu, jasad korban akan dilakukan autopsi di hari yang sama korban ditemukan, 12 September 2022. 


●●●


Helaan napas panjang lolos begitu saja dari mulutku ketika membaca berita pada screenshot gambar yang ada di galeri ponsel. Target selanjutnya yang menjadi korban dari permainan papan kayu mistis Hantupoli adalah nomor urut kedua yang melempar dadu permainan, yaitu Gustav.

Aku menggigit kuku pada jemari tanganku secara bergantian sambil bertanya cemas dalam hati, Apakah itu tandanya aku akan melihat Gustav meregang nyawa dengan cara ditikam berkali-kali?

Membayangkannya saja membuatku bergidik ngeri dan berusaha menepis bayang-bayang gelap yang baru saja terlintas di dalam kepalaku. Secara bersamaan, tiba-tiba saja ponsel dalam genggamanku berdering. Ada panggilan masuk dari Suteja.

"Halo?" Terdengar suara isak tangis di dalam panggilanku yang tersambung dengan Suteja. "Halo, Ja? Ada apa? Kok kamu nangis?"

"Gael," jawab Suteja, membuat detak jantungku berhenti sejenak ketika pemuda tersebut menyebut nama tersebut. Deru napas Suteja terdengar begitu berat, aku pun memintanya untuk tenang. Setelah itu, Suteja kembali menyuarakan kecemasannya yang sempat tertahan beberapa menit. "Gael, Vel ..., tubuh Gael ditemukan. Jasadnya yang sempat menghilang selama setahun ..., ditemukan membusuk di dekat salah satu gedung sekolah SMA-nya dulu."

Aku terkesiap. "Ba-bagaimana bisa?"

"Aku gak tahu, Vel." Suteja tersedu-sedu. "Bukannya waktu itu dia bilang ada urusan di luar kota, tapi mengapa orang-orang bilang bahwa Gael sudah tiada dan jasadnya menghilang setelah dimakamkan satu tahun lalu? Orang-orang berbohong, kan, Vel? Jasad yang udah membusuk dan ditemukan oleh pihak kepolisian bukan Gael, kan?"

Belum selesai berbincang-bincang dengan Suteja, bisa kudengar suara ketukan yang berasal dari luar pintu kamarku. Tidak kunjung ada jawaban dariku, Harris mulai memanggil namaku lirih.

"Vel, bisa tolong untuk keluar sebentar? Ada yang ingin kami bicarakan."

"Ja, kamu tenangkan dirimu dulu, ya? Setelah itu, aku akan menghubungimu lagi," ucapku, sebelum panggilan berakhir.

"Vel?" panggil Harris sekali lagi.

"Ya, aku akan keluar!" sahutku.

Saat beranjak dari tempat tidur, tanpa sengaja aku menjatuhkan sesuatu. Begitu menunduk ke bawah, rupanya benda itu adalah ikat rambut milik Marvella. Tanpa pikir panjang, aku memungutnya lalu mengenakannya kembali di lengan kananku seperti semula. Entah mengapa ketika aku mengenakan barang milik kembaranku, aku merasa jauh lebih tenang seolah-olah Marvella menemaniku saat ini. Aku melanjutkan langkahku ke arah pintu dan membukanya sedikit, menyisakan celah kecil untukku mengintip keluar dan melihat adanya Harris berdiri di depan sana bersama dengan teman-temanku lainnya yang duduk di kursi mengitari meja bundar.

Punca Anomali  |  ZEROBASEONE ✔️Where stories live. Discover now