Pesan untuk Teman Sebangku

58 9 13
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***


Kau masih ingat kisah ini?

Suatu hari, Bu Guru menyuruh kita duduk berpasang-pasangan. Laki-laki dan perempuan, depresi dan kecemasan, sejarah dan ketiduran.

Bu Guru ingin kita semua akur dan mengenal lebih dekat. Tak boleh ada sekat.

Engkau bukan pasanganku waktu itu. Kau duduk di belakangku, berebut pensil dan penghapus tiap hari dengan pasanganmu.

Baru ketika pasanganku absen, Bu Guru menyuruhmu maju. Mengisi kekosongan di bangku sebelahku.

Ingatkah percakapan kita kala itu? Aku sih lupa-lupa ingat. Tinggal sisa perasaan ini yang masih kusimpan. Saat melihatmu tersenyum hangat.

"Pasanganku nakal banget," katamu. "Aku pengen minta Papa lapor ke Bu Guru. Aku nggak mau lagi sebangku sama dia."

Diam-diam aku sepakat. Kuharap pasanganku absen tiap hari agar ku bisa terus mendengarkan ceritamu.

Tahun ajaran berganti, kami tak lagi duduk berpasang-pasangan. Aku yang pemalu hanya bisa memandangmu dari kejauhan.

Saat kau piket, aku sengaja berlama-lama di sekolah. Sebelum kau pulang, aku tak berminat untuk balik ke rumah.

Tahu-tahu kau ternyata sudah pulang, sedangkan bapakku lupa menjemput. Terpaksa aku pulang naik angkot dengan uang saku yang tersisa.

Ingat tidak, saat temanmu membocorkan diarimu?

Mungkin kau tak tahu betapa bahagianya aku, ketika sadar namaku ada di sana. Bukan sebagai penjahat, bukan sebagai figuran, tapi sebagai tokoh utama yang mendampingimu.

Aku bingung harus bagaimana di dekatmu. Rasanya, aku masih belum pantas dipandang setinggi itu. Ujung-ujungnya aku menjauh. Membentak dan mengabaikan siapa pun yang mengungkit-ungkit soal dirimu.

Temanku yang wibu bilang, itu namanya tsundere. Gara-gara dia, aku jadi ketularan wibu. Baca manga, nonton anime, dan mengikuti kultur jejepangan sepanjang minggu.

Aku jadi paham tsundere itu apa. Biasanya itu sifat yang muncul saat tokoh sedang jatuh cinta. Namun, memperlihatkan sisi yang bertolak belakang dengan kata hatinya.

Atau bisa juga itu tanda masalah mental. Manajemen emosi yang berantakan dan sikap kekanak-kanakan.

Apa pun penyebabnya, aku yakin itu membuatmu makin takut mendekatiku.

Ternyata aku meremehkanmu. Kau gadis pemberani. Lebih bernyali daripada aku. Kaucari nomorku hanya untuk minta maaf padaku. Padahal, harusnya aku yang bilang begitu.

Kumulai lagi dari nol untuk memperbaiki hubungan kita. Kukasih lelucon yang bisa membuatmu tertawa. Kuberi fakta-fakta unik bin aneh hanya agar engkau terkesan. Kuajak dirimu makan, jalan-jalan, menjalin hubungan tanpa status, dan mengunggah status tanpa hubungan.

Seandainya kau sebuah sistem, aku ingin jadi antivirus yang menjaga perangkat lunakmu. Seandainya hatimu adalah teka-teki, aku ingin jadi yang pertama memberimu solusi. Akulah yang menuliskan omong kosong seperti Lithium Oksida Vinil Etilen hanya untuk menyiratkan kata love di buku kimiamu.

Mulanya kau tampak nyaman dan bahagia di dekatku. Namun, lama-lama kau hafal semua trik dan bahasa cintaku. Kaubilang, "Kata-katamu terlalu manis untuk jadi kenyataan, tapi terlalu pahit untuk ditelan."

Pada akhirnya, hubunganku denganmu tak lebih dari sekadar teman sebangku.

Semoga kau masih mengingatku.

***

[A/N] Man....

439 kata

DF Rost, 14 Februari 2024

Image by Piyapong Saydaung (Saydung89) from Pixabay

Buku Belajar MenulisWhere stories live. Discover now