Shodanco Mau Berontak, Ya?

41 8 3
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Bangun tidur, Furqon mendapati dirinya dalam suatu barak prajurit.

Ia memakai seragam hijau-hijau dengan kerah putih dan sepatu karet bersetiwel lengkap, seperti rekan-rekannya. Poster propaganda 3A terpampang di dinding barak, bersebelahan dengan bendera matahari terbit khas kekaisaran Jepang.

Furqon mengucek mata. Mimpi apa lagi, ini?

Terakhir, ia menjadi kadal raptor dan disalib di tengah sawah oleh raptor-raptor lain. Sekarang tiba-tiba ia berada di ruangan yang penuh poster propaganda dengan ejaan lama.

"Ohayou, Budanco!" kata seorang prajurit. Ia membungkuk ke arahnya.

Furqon celingukan. Lalu ia bertanya, "Sampean ngomong sama saya?"

"Betul, Budanco. Mari bersiap untuk upacara harian."

Furqon masih belum paham. Ia cukup tahu bahwa ia jadi semacam komandan prajurit Jepang, tetapi apa itu budanco?

Ia pun bertanya lebih jauh pada prajurit yang mengaku sebagai bawahannya. Ia berdalih mengalami amnesia, gara-gara terbentur saat latihan. Rupanya, ia tergabung dalam satuan tentara PETA. Pembela Tanah Air. Furqon pernah mendengarnya saat pelajaran sejarah walaupun tak begitu mendalami detailnya.

PETA dibentuk untuk memenuhi keinginan penduduk dalam membela tanah air. Strukturnya terdiri dari lima tingkatan: daidanco (komandan batalion), chudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton), budanco (komandan regu), dan giyuhei sebagai prajurit biasa.

Tak seperti HEIHO, PETA bukan satuan yang ikut bertempur di garda depan bersama pasukan Jepang. Peran mereka lebih ditujukan untuk mempertahankan wilayah Indonesia dari serangan sekutu.  Mereka adalah benteng terakhir Jepang di Indonesia dalam Front Asia Pasifik Perang Dunia II.

"Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!" seru beberapa tentara di luar barak.

PETA juga dipersiapkan sebagai salah satu syarat kemerdekaan Indonesia: membentuk tentara yang tangguh. Setidaknya, itu yang pihak Jepang janjikan.

Isak tangis perempuan terdengar begitu Furqon keluar barak. Asalnya dari barak perwira Jepang. Beberapa tentara membawa gadis-gadis Jawa yang hanya mengenakan kemben, melewati Furqon dan tentara PETA yang lain. Gadis-gadis berwajah suram, berpandangan nanar tanpa jiwa. Salah satunya bahkan mirip Tari, istri Furqon.

Tubuh mereka penuh dengan bekas gigitan dan cambukan. Entah siksaan macam apa yang mereka alami semalam.

Furqon memimpin regunya dalam barisan. Hormat dan membungkuk ke utara, ke arah negeri berjuluk Matahari Terbit berada. Sesuai instruksi atasan, agenda hari ini adalah mengawasi pekerjaan para romusha di desa terdekat.

Anak-anak berperut buncit karena busung lapar melihat barisan tentara melewati desa. Mereka bertelanjang dada, dengan celana pendek dari karung goni yang dipenuhi kutu beras. Prajurit-prajurit Jepang di depan Furqon sudah tiba di lumbung pangan, menagih setoran. Mereka merampas semua hasil panen warga dan menghajar petani yang tak memenuhi kuota.

Buku Belajar MenulisWhere stories live. Discover now