Memorewrite, Inc.

34 10 13
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***


Aku mengunjungi kantor Memorewrite dan bertemu dengan terapis perempuan. Senyumnya merekah, menyatu dengan harum lavender yang memenuhi ruangan.

Selesai asesmen, ia menawarkan beberapa paket operasi penggantian memori. Jangka waktunya berbeda-beda.

Kupilih rentang yang terpanjang, sejak pertama bertemu dengan mantan istriku. Kuharap kami tak pernah saling mengenal. Terakhir kali, aku memergoki dirinya bersetubuh dengan sahabatku sendiri.

"Tujuh tahun," kata sang terapis. "Anda yakin? Itu waktu yang cukup lama untuk menghapus ingatan tentang seseorang. Kemungkinan besar, kepribadian Anda bisa ikut berubah."

"Apa pun risikonya, saya siap," balasku.

Aku mendengar soal Memorewrite, Inc. dari jejaring sosial. Beberapa teman daring juga ikut merekomendasikan.  Katanya, mereka perusahaan pertama yang memakai mesin pengganti memori manusia secara komersial. Itu teknologi mutakhir yang jadi terobosan dalam bidang neurosains dan psikologi kognitif.

"Punya kenangan yang ingin dilupakan? Kami punya solusinya. Siap mengganti memori buruk penyebab berbagai gangguan mental. Memori indah, jiwa tak lagi gundah!"

Sebelum kemari, puluhan psikolog dan psikiater telah kutemui untuk memulihkanku dari depresi. Entah berapa ratus obat antidepresan yang kutelan hanya demi mencegahku bunuh diri. Namun, efeknya tak signifikan. Yang ada aku tak bisa tidur sebelum minum obat. Jadi ketergantungan.

Operasi berhasil. Sang terapis bilang, aku hanya perlu tidur. Besoknya pasti lupa semua tentang mantanku dan selingkuhannya.

***

Hari-hari berganti. Sejak operasi, aku tak lagi butuh obat-obatan. Tidurku nyenyak, tapi tak sampai hipersomnia. Pikiran tentang percobaan bunuh diri pun sirna.

Performa dan etos kerjaku meningkat. Tak ada lagi mood yang mendadak anjlok dan membuatku dimarahi atasan. Beliau pikir dulu aku cuma cari-cari alasan untuk bermalas-malasan.

Memori baru menggambarkanku sebagai orang yang ambisius dalam menggapai mimpi. Praktis, pragmatis, idealis. Sadar atau tidak, itu membuat diriku yang sekarang lebih percaya diri.

Aku mendapat promosi. Puas berpesta dengan rekan-rekan kerja, aku pulang ke apartemen, mematikan lampu, lalu tidur dengan hati bahagia.

***

Mimpiku malam itu agak lain. Dua orang yang belum pernah kutemui sedang disiksa. Pria dan wanita.

Buku Belajar MenulisWhere stories live. Discover now