🕊 02

736 4 0
                                    

"Disinilah aku tinggal" ucap Clara sembari membuka pintu kamar dan mempersilahkan Yura masuk. "Disini ada sepuluh kamar dan semua yang tinggal disini itu adalah teman kerjaku" jelas Clara kemudian.

Yura yang sudah duduk didepan televisi besar beralaskan karpet bulu halus, mengedarkan matanya kesekeliling kamar yang berukuran lumayan besar itu. Cukup rapi serta bersih, bahkan isi perabotannya pun bisa terbilang cukup bagus juga mewah untuk ukuran kamar kost dan yang pasti fasilitasnya pun sangat lengkap.

"Clara...!" Panggil Yura

"Ya...!!" Sahut Clara menatap Yura "ada apa..?" Tanya Clara kemudian.

"Disebelah mana kamar yang kau bilang kosong tadi..??" Tanyanya kemudian. Clara tersenyum tipis sembari menuangkan segelas air putih untuk Yura. "Jangan salah paham dulu" ucap Yura buru buru "aku hanya tidak enak jika harus merepotkanmu. Kamu juga pasti butuh privasi bukan??" Jelas Yura perlahan.

"Kenapa aku harus salah paham..?" balas Clara "disebelah kamarku ini yang kosong." Tangan Clara terulur memberikan gelas yang sudah berisikan air kepada Yura. "Terimakasih." Ucap Yura setelah ia menerimanya. "Aku akan menghubungi pemilik tempat ini, siapkan uangmu". Clara mengambil benda pipih yang ia letakkan diatas nakas lalu menekan nomor pemilik kost dan menghubunginya.

Tidak berselang lama pemilik tempat itu datang dan memperlihatkan kamar yang bersebelahan dengan Clara. Tak jauh berbeda dengan milik wanita itu. Setelah menjelaskan peraturan kost dan menerima pembayaran, ibu bertubuh gempal dengan kalung besar menghiasi lehernya, memberikan kunci kamar kepada Yura dan berlalu pergi dari sana.

Yura menutup pintu kamar lalu menguncinya, dipandanginya lagi sekeliling tempat itu yang sekarang menjadi tempat tinggalnya yang baru. Yura menghampiri ranjang untuk kemudian merebahkan dirinya. Cukup melelahkan juga hari ini. Sedari dini hari ia sudah berjalan kaki menyusuri ratusan meter jalanan ibu kota.

Ingatan Yura akan kedua orang tua, kakek serta neneknya kembali berlalu lalang dikepala wanita itu. Rindu sudahlah pasti, tapi ia tak punya pilihan selain mendoakan mereka agar bahagia didunia mereka yang baru.

"Tempat tinggal sudah, berikutnya adalah pekerjaan." Gumam Yura.

Yura bangkit dan berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri. Ia berencana untuk mencari pekerjaan esok hari dan untuk nanti malam, ia akan mencoba kembali ketempat tadi ia bertemu Clara. Ia akan mencari tau perihal kota yang sekarang menjadi tempat tinggalnya, mungkin saja ia bisa menemukan pekerjaan atau setidaknya informasi dimana ia bisa mendapatkan pekerjaan.

Tak terasa waktu cepat berlalu, dan malam pun tiba. Yura kini telah bersiap dengan pakaian casualnya yang walau tidak mahal dan juga tidak terlalu bagus, tapi sangat cocok ditubuh langsingnya. Tak lupa ia membawa telefon genggam tipe lama, yang ia beli dari separuh gaji sebagai asisten rumah tangga.

Dengan langkah perlahan, Yura menyusuri trotoar jalanan yang kini sudah sangat ramai. Berbeda dengan siang tadi, yang sangat lengang. Bangunan bangunan yang semula sepi tak berpenghuni, kini tampak ramai dihiasi lampu temaram berbagai warna menempel rapi berbentuk sebuah nama.

Tampak juga berbagai gerobak penjual makanan serta minuman ringan, tenda tenda yang tadi siang kosong pun kini sudah mulai terisi. Pengamen serta anak jalanan, tukang parkir, kini sudah berbaur bersama.

"Satenya satu porsi kek...!!" Pinta Yura setelah ia melihat gerobak bertuliskan sate kikil dan menghampirinya. Sang kakek penjual sate kikil yang kira kira berusia tujuh puluh tahun, dengan dibantu seorang bocah laki laki yang memiliki usia kira kira sepuluh tahun bergegas menyiapkan pesenan Yura.

KISAH GENGSTER & WANITA MALAMWhere stories live. Discover now