🕊 24

284 4 0
                                    

Merasa ada sesuatu yang hilang, saat tak melihat. Sangat merindukan, disaat tidak bersama. Sangat merasa kecewa, disaat perhatian tak didapatkan. Tak bersemangat, jika tak mendengar suaranya. Jika semua itu dirasakan kepada insan yang tak kita cintai, apakah itu hal yang wajar..?? Apakah menurut kalian itu tidaklah aneh..??

Aneh atau tidak, wajar atau tidak, itulah yang dirasakan Yura siang ini. Sejak kepergian Elang malam kemarin, ia merasakan semua rasa yang hanya bisa dirasakan oleh kedua insan yang saling mencintai. "Kenapa dia tidak menghubungiku..??" Gerutunya dengan mata yang tak lepas menatap benda pipih berwarna hitam ditangan.

Bergerak gelisah, berguling kesana kemari diatas ranjang yang alasnya sudah tak berbentuk. Haaaahhhh, hembusan nafas meluapkan semua yang dirasa, dengan bibir yang dimainan dengan berbagai macam bentuk, menjadi pelampiasan Yura sejak tadi.

"AAAAAA...!" teriak kesal Yura seraya mengacak acak rambutnya sendiri. "Awas saja kau nanti...!" Ancam Yura kepada benda pipihnya. Bergerak turun dari ranjang dan berniat untuk membersihkan diri, namun niatnya harus ia urungkan saat ia mendengar pintu kamarnya diketuk. Dengan mengomel kecil dan dengan malasnya Yura membuka pintu.

"Selamat siang nona Yura...!!" Sapa seseorang dibalik pintu dengan senyum ramahnya. Untuk seperkian detik, Yura diam tak bergeming melihat siapa yang ada dihadapannya kini, namun selanjutnya "sayang...!" Ucap Yura setengah berteriak. Dengan senyum lebar Yura langsung memeluk erat tubuh tinggi tegap yang sedari tadi sedang ia fikirkan. "Aku merindukanmu". Ucapnya.

Dada Elang berdegub kencang mendengar kata kata keluar dari bibir wanita yang juga sangat ia rindukan itu. Dieratkan pelukan ditubuh ramping sang kekasih "aku juga sangat merindukanmu" ungkapnya sebelum memberikan kecupan dipuncak kepala Yura.

"Bukankah kau bilang dua hari..??" Tanya Yura setelah mereka masuk kedalam kamar. "Apa yang harus aku kerjakan sudah terselaikan." Sahut Elang sembari merapikan anak rambut Yura. Untuk sesaat mereka saling memandang tanpa berkedip dan dengan bibir yang membentuk lekungan layaknya seperti bulan sabit yang indah dimalam hari. Dipuaskannya rasa rindu yang masing masing mereka rasakan.

"Apa kau baru bangun..?" Selidik Elang dan dibenarkan oleh Yura. "Belum makan..?" Lanjut Elang. "Aku belum lapar." Jawab Yura.

Seperti ada sebuah magnet yang menarik keduannya, perlahan tapi pasti bibir mereka kini sudah saling menghisap, seirama dan sangat lembut. Namun tak butuh waktu lama, ciuman menuntut dari keduanya kini sudah terjadi. Tangan Elang mulai merayap masuk kedalam baju longgar yang Yura kenakan, dan bermain main dikulit halus wanita itu. Sementara kedua tangan Yura sudah bertengger dileher belakang Elang seraya memberikan remasan remasan kecil.

"Aku belum mandi" beritahu Yura saat bibir mereka terlepas dan tangan Elang ingin membuka pakain bagian atasnya. "Bukan masalah besar." Ucap Elang. Dengan tak sabaran Elang langsung menarik keatas pakaian Yura. Kembali Elang memangsa bibir wanita itu dengan rakusnya seraya membaringkan tubuh wanita yang beberapa hari ini telah mengubah dunianya.

Tangan Elang berpindah, yang semula berada dileher kini sudah berada disalah satu gundukan kembar milik Yura. "Eemmmpp..¡" erang Yura ditengan pergulatan lidah mereka. Nafas keduanya mulai memburu, bibir dan lidah Elang pun kini sudah berpindah tempat. Dihirupnya aroma tubuh wanita yang ia rindukan dari bagian lehernya. "Aaahhhh...!" Desah Yura dengan mata terpenjam menikmati semua perlakuan Elang terhadap tubuhnya.

Turun dan semakin turun, bibir dan lidah Elang meninggal kan leher Yura untuk menuju kedua bulatan kenyal yang sangat ia gemari. Masih ada kedua tangan Elang disana menunggu. Secara bersamaan kedua payudara Yura diremas remas dengan nafsunya oleh Elang. Terus meremas dan kini dibarengi dengan jilatan dipuncaknya dengan secara bergantian "aaaccchhhhh ...!!".

Satu dihisap puncaknya dan diremas, sementara yang satu lagi diremas, puncaknya dicubit cubit kecil, kemudian dipelintir pelintir. Tubuh Yura melengkung keatas seolah berkata "jangan berhenti". Melihat kebagian bawah sesaat, dan seolah tak suka, dengan cepat satu tangan Elang berpindah menarik kain yang hanya memiliki panjang satu jengkal saja. Tanpa mau membuang waktu, jari Elang langsung menari nari ditempat yang kini sudah lembab. Yura menggeliat, meliuk dengan mulut yang tak henti hentinya mendesah.

Semakin lembab, semakin menantang pula pucuk payudara yang kini masih Elang hisap dengan sesekali ia sapu dengan lidah. "Aaahhhhh...!!" Lagi dan lagi. Dua jari Elang tiba tiba saja menerobos masuk keliang senggama Yura, membuat sang pemilik semakin kelojotan saja. Payudara dihisap dan diremas, dibawah sana ada benda yang sedang keluar masuk bermain, sungguh membuat Yura gila.

Elang bangkit dan dengan tak sabaran melepas semua yang ia kenakan sembari melihat tubuh telanjang Yura yang tengah terbaring dibawah sana dengan nafas naik turun serta mata terpejam. Sungguh teramat seksi dimata Elang, dan semakin bergairah saja dia dibuatnya.

Ditarik perlahan tubuh yura kesisi ranjang hingga hanya bagian bokong keatas saja yang terbaring, sementara kedua kakinya Elang angkat dan diletakkan dikedua sisi dada Elang, dengan posisi berdiri dan kaki sedikit melebar, Elang menghujam Liang senggama Yura dan berpacu guna mencari kenikmatan untuk dirinya sendiri dan memberikan kenikmatan bagi Yura.

KISAH GENGSTER & WANITA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang