🕊 20

328 5 0
                                    

"Kapan kau membeli ini semua..?" Tanya Yura heran saat melihat makanan juga berbagai jenis buah sudah tersusun dimeja makan kamarnya.

"Dion, Mario, Jefry yang membelinya dan mengantarkan kemari saat kamu sedang mandi." Jelas Elang dan disambut oleh Yura dengan ber O ria. "Sekarang kemana mereka..?" Tanya Yura lagi. "Disebelah." Jawab Elang sembari mengunyah makanan dimulutnya. Untuk selanjutnya, Yura dan Elang menyantap makanan mereka dalam diam.

Yura membereskan bekas makanannya dan Elang, setelah mereka selesai dan kembali duduk dikursi semula "Minum...!" Perintah Elang dengan menyodorkan pil berwarna merah kepada Yura. "Obat...?" Tanya Yura bingung. "Ini vitamin Yura." Kata Elang. Yura mengambil obat yang berada ditangan Elang, dan dengan ragu ragu yura pun menelan obat yang menurut Elang adalah vitamin.

Untuk sesaat suasana hening tercipta disana, sampai akhirnya Yura memberanikan diri untuk memulai obrolan. "Lang..!!" Dan dijawab oleh Elang "ya..!".

"Terimakasih...!!" Jeda Yura sejenak "terimakasih untuk semalam. Kau sudah menolongku serta membantuku, dan untuk semua perhatianmu siang ini, aku sangat sangat berterimakasih."

"Itu sudah menjadi tanggung jawabku, untuk menjaga semua yang bekerja dan tinggal dikawasan kota malam." Balas Elang sembari menatap wajah Yura yang masih terlihat sedkit pucat.

Ada sedikit rasa tidak terima atas perkataan Elang yang Yura dengar barusan. Tapi jika diingat kembali, Yura lah yang memang tidak meminta agar Elang bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi diantara mereka. Jadi mau tidak mau Yura harus menerima akibat dari apa yang sudah ia lakukan dan ia ucapkan.

"Maafkan aku, karena aku tidak bisa mencegah semua untuk tidak terjadi. Aku sudah berusaha untuk menghilangkan efek racun itu, tapi ternyata tidak berhasil. Maaf...!" Ucap Elang kemudian.

"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf. Seperti yang aku bilang semalam, aku tidak akan menuntut apapun darimu dan aku juga tidak akan meminta pertanggung jawabanmu, apalagi sampai menyalahkanmu."

"Yura..!!" Nada suara Elang mulai berubah. Terselip rasa ketidak sukaan atas apa yang Yura ucapkan.

"Anggap semua tidak pernah terjadi, aku akan melupakan semuanya dan aku harapkau juga bisa melu...!!"

"Semudah itu kau memutuskan semuanya..?" Sela Elang yang tidak memberi kesempatan Yura untuk menyelesaikan perkataannya. "Apa yang terjadi diantara kita semalam sama sekali tak berarti bagimu..?"

"Lang..!!"

"Aku berusaha untuk melakukan apa yang kau mau, walau aku tidak ingin melakukannya. Aku bahkan mencoba untuk berhenti, tapi kau mencegah aku melakukannya. Dan sekarang dengan gampangnya kau mengangap semua itu untuk dilupakan..?" Ucap Elang dengan suara yang mulai meninggi.

"Justru karena aku tau kau tidak menginginkan semuanya, maka dari itu aku memintamu melupakan kejadian semalam. Aku tidak mau kau terbebani dengan semua yang sudah terjadi, yang bahkan kau sendiri tidak menginginkannya." Yura terdiam sejenak, mencoba untuk mengontrol emosi serta rasa sakit yang tiba tiba saja hadir menyelimuti hatinya "seperti yang kau bilang tadi, semua yang kau lakukan adalah wujud dari tanggung jawabmu kepada semua yang tinggal dikawasan kota malam, jadi seharusnya kau bisa menganggap semuanya bukanlah hal yang berarti".

Elang mengeraskan rahangnya dan mengeratkan giginya, Yura berhasil menyulut emosi pria tampan itu. "Apa tidak ada sedikit juga aku ini berarti bagimu Yura..? Apa kau menganggap aku mau melakukan semuanya hanya wujud rasa tanggung jawabku saja karena kau bekerja dikawasan kota malam.?" Yura terdiam, dan tak berkeinginan untuk menjawab pertanyaan Elang.

Elang berdiri dari duduknya dan dengan sigap meraih pergelangan tangan Yura dan membawa tubuh wanita itu menghampiri ranjang "lihat ini...!!" Ucap Elang menujuk noda kemerah merahan yang hampir memudar setelah ia menyibakan selimut yang menutupinya. "Apa ini tidak berarti bagimu..?"

Yura tak bergeming, ingin rasanya ia berteriak dan berkata "berarti, sangat berarti" namun entah kemana keberaniannya untuk mengucapkan itu semua menguap hilang begitu saja. Elang semakin kesal akan aksi diam yang dilakukan Yura. Diusapnya dengan kasar wajah tampan miliknya, dengan nafas yang memburu, Elang kembali menatap tajam kearah Yura yang kini hanya diam tertunduk.

"Jawab aku Yura, JAWAB...!!"

KISAH GENGSTER & WANITA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang