🕊 19

359 5 0
                                    

Yura terpaku ditempatnya berdiri sekarang, saat mendapati Elang yang terduduk ditepi ranjang seraya mentap tajam kearah dirinya berdiri. "Apa yang kamu lakukan didalam sana..?" Tanya ketus Elang sembari berjalan mendekat kearah Yura berdiri dan kembali membopong tubuh berbalutkan handuk itu. "Lang...!!" Protes Yura. Namun bukan Elang namanya jika mau mendengarkan ucapan Yura.

Elang meletakkan tubuh Yura secara perlahan ditengah ranjang, dan dengan cekatan tangannya bergerak menyibak handuk yang menutupi bagian area selangkangan Yura serta mencoba membuka paha wanita itu. "Kau mau apa..?" Ucap Yura sembari mencekal pergelangan tangan Elang. "Tentu saja mengobati lukamu." Tukas Elang tanpa mau menatap wajah Yura.

"Biar aku saja" ucap Yura sesaat setelah ia memahami perkataan Elang sembari meraih obat yang ada dipangkuan Elang, yang pria itu dapatkan dari Dion. Ya disaat Yura sedang membersihkan diri, Elang menghubungi Dion yang ternyata sudah berada ditempat Clara bersama kedua sahabatnya yang lain.

Tatapan tajam pun langsung Yura dapatkan kembali dari pria itu. Entah terbuat dari apa pria yang ada dihadapannya saat ini, kenapa masih saja bersikap dingin setelah semua yang sudah terjadi diantara mereka semalaman tadi.

"Bagaimana kau bisa mengobati..? Sedangkan kau tidak tau bagian mana yang terluka." Kata Elang sembari menangkap perubahan raut wajah Yura. "Kau tidak perlu malu, aku sudah melihat semua yang ada ditubuhmu. Bahkan tahi lalat yang tersembunyi diselangkanganmu saja aku tau." Oceh fulgar Elang yang seolah paham akan arti penolakan Yura tadi.

"Elang....!!" Teriak Yura kesal sembari melemparkan bantal kewajah Elang. Tawa Elang pun seketika saja pecah dan untuk kali pertama Yura melihat pria dingin itu tertawa, setelah sekian bulan Yura mengenalnya. Tampan, Elang terlihat semakin tampan dan juga sangat menggemaskan. Ini juga menjadi kali pertama bagi Elang tertawa, setelah hampir lima tahun ia kehilangan gairah didalam hidupnya.

Elang menghentikan tawa dan berusaha untuk menormalkan wajahnya kembali seperti semula, setelah ia sadar bahwa Yura sedang menatapnya. "Menurutlah, agar lukanya cepat sembuh dan kita bisa segera makan" ucap Elang perlahan. Tidak ada pilihan lain bagi Yura, selain mengikuti apa yang dikehendaki oleh Elang.

Setelah berhasil membuka lebar kedua paha Yura, Elang mengubah posisinya. Wajah Elang kini sudah berada disela sela kedua paha Yura. "Baringkan tubuhmu, aku tidak bisa melihat jelas lukanya." Perintah Elang dan lagi lagi Yura hanya bisa menurutinya. Dengan perlahan Elang mengoleskan obat yang berbentuk salep kedaerah lubang senggama Yura. Gerakan Jari telunjuk Elang yang memutar kemudian naik turun disana, membuat Yura merasakan geli yang tak tertahan. Tanpa diminta dan tanpa bisa dicegah, Tubuh Yura bergerak gelisah, meliuk indah dibarengangi dengan lenguhan parau dari bibir cantiknya. "Eemmm.!!" Elang menelan ludahnya dengan susah payah, sekuat hati ia mencoba menahan diri untuk tidak tergoda dengan apa yang dilakukan Yura.

Setelah selesai mengoleskan salep, Elang meniup perlahan vagina Yura, dengan maksud agar salepnya segera terserap kedalam luka, tapi justru malah hal itu semakin mebuat Yura menggila dan membuat Elang frustasi. Lagi lagi Elang harus menahan untuk tidak kembali menerkam Yura.

"Sudah...!" Ucap Yura dengan nafas yang tersengal.

"Sebentar lagi..!" Jawab singkat Elang. Setelah dirasa salep itu sudah terserap oleh luka Yura, Elang mengambil obat kedua yang berbentuk cair. Tanpa mau menunda Elang langsung menyemprotkan obat itu kelubang kenikmatan Yura. "Aaaacccchhhh...!!" Erang Yura dibarengi dengan tubuhnya yang meliuk indah, dadanya membusung keatas dengan kepala yang mendongak. Obat yang terasa sangat dingin juga efek semprotan yang dihasilkan dari tempat obat tersebut, membuat Yura seperti kembali dijamah oleh Elang.

"Sial...!!" Umpat Elang lirih meruntuki kebodohannya. Niat hati membantu Yura menghilangkan rasa sakit, justru malah membuat rasa sakit itu kini berpindah pada dirinya. Butuh waktu hampir sepuluh menit bagi Yura dan Elang untuk menghilangkan gairah nafsu yang melanda diri mereka masing masing. Setelah Elang melihat nafas Yura yang mulai kembali stabil, begitu juga dengan nafasnya, Elang segera bangkit dari posisi dan mengajak Yura untuk makan.

KISAH GENGSTER & WANITA MALAMWhere stories live. Discover now