🕊 03

731 6 0
                                    

Yura menikmati sate yang lengkap dengan potongan lontong dengan sangat lahap. Enak, sangat enak. Itulah ucapan lirihnya disuapan pertama. Sembari melihat mobil mobil mewah berbagai jenis berlalu lalang menghiasi jalanan dan berbagai macam kendaraan lainnya, Yura duduk diatas kursi berbahan plastik yang sudah tersedia ditempat itu.

"Kakek baru melihatmu nak, apakah kau baru disini..?" Tanya sang kakek sembari mengamati penampilan Yura yang hanya mengenakan celana panjang longgar berbahan kain dan juga kaos berbalutkan jaket rajut berwarna hitam. Tanpa riasan, namun tak menghilangkan kecantikan wajah Yura dimalam itu.

"Iya kek, aku baru ditempat ini." Jawab Yura sopan.

"Lalu dimana kau tinggal..?? Dan bagaimana kau bisa sampai disini..??" Tanya kakek lagi seraya mendudukan bokongnya kekursi yang tak jauh dari Yura berada. Yura pun dengan senang hati menjawab pertanyaan sang kakek, bahkan ia juga memberi tau jika ia sedang mencari pekerjaan.

"Oh tinggal dengan Clara..!" Seru kakek "anak itu memang selalu baik kepada siapapun. Kamu beruntung karena bisa bertemu dengan Clara" timpal kakek.

"Kakek mengenal Clara..??" Tanya Yura bersemangat.

"Tentu saja...!!" Sang kakek pun kembali menjelaskan bagaimana ia mengenal Clara, dari awal gadis itu bekerja disana hingga saat ini. Jika tidak salah ingat, sudah tiga tahun lamanya kakek mengenal Clara. Kakek juga berkata jika pekerjaan disana ada yang membutuhkan ijazah, kalau pun ada yang tidak memerlukan itu, akan sangat sulit. Kecuali jika mau bekerja sebagai wanita penghibur, itu sangat mudah, apalagi bagi wanita secantik Yura. Hanya diperlukan tanda pengenal saja syarat untuk bekerja disalah satu tempat hiburan dikawasan itu.

Banyak hal yang mereka bicarakan, tak jarang juga keduanya bertukar tawa. Yura seketika saja teringat akan sang kakek, yang akan selalu bersikap hangat kepadanya. Yura juga akan selalu menghabiskan waktu bersama sang kakek, jika pria tua itu sudah selesai bekerja atau sedang tidak bekerja.

Ditengah perbincangan Yura dan sang kakek penjual sate kikil, disebuah mobil mewah berwarna hitam, yang terparkir tidak jauh dari tempat itu, terdapat empat pasang mata yang sedang mengamati interaksi kedua insan berbeda usia itu.

"Sepertinya dia orang baru disini.?" Ucap salah satu pria didalam mobil yang bernama Dion.

"Tanpa kau katakan, kami sudah tau." Sahut Jefry datar. Ya, siapa yang tidak mereka kenal dikota itu, bahkan tikus disana pun mereka tau, dimana mereka bersarang dan kapan mereka akan berkeliaran.

"Mungkin dia belum bekerja disalah satu tempat disini, maka dari itu belum ada yang memperkenalkannya kepada kita" timpal Mario kepada salah satu pria yang sedari tadi menatap Yura dengan penuh tanda tanya. Ya, akhirnya jawaban dari pertanyaannya terjawab sudah lewat Mario.

"Aku tidak perduli ada atau tidak ada yang memberitahu kita soal wanita itu." Tegas satu pria yang masih tak bergeming menatap kearah Yura. Mario, Dion serta Jefry tak berani lagi berkata.

Pria yang selalu bersikap dingin, berwajah datar bahkan tak pernah sekali pun tersenyum, pria itu bernama Elang. Tak ada yang berani membantah jika ia sudah berbicara, tak ada yang berani menentang semua keputusannya dan tak akan ada yang berani mengusik jika tak mau mati sia sia dibuat olehnya.

"Ini kita jadi makan atau tidak...!!" Kata Dion memecah keheningan.

"Kekasino X, setelah itu kita keclub Z." Elang memberi tahu. Dan mobil pun melaju pergi meninggalkan tempat itu.

🕊 vote, komen, kritik dan saran. Jangan lupa diselipkan ya raiders




KISAH GENGSTER & WANITA MALAMWhere stories live. Discover now