Bab 3| Shin

80 14 1
                                    

Pukul 06.15, Jaka, Bujang Kota, dan beberapa orang lainnya sudah datang ke rumah Ibu Yul. Pada saat itu Ibu Yul masih mempersiapkan keperluan untuk di ladang nanti. Sedangkan Yul, ia tiba-tiba saja sakit perut, dan sedang membuang hajatnya di wc belakang rumah, dekat kebun.

Bukan lagi hal aneh untuk warga Desa jika melihat tempat mandi di luar. Bahkan, ada yang masih mempertahankan untuk mandi ataupun mencuci baju di pemandian umum, di dekat mata air. Dan Yul, salah satu keluarga yang memilih tempat mandi di luar.

Sejak kecil Yul sudah biasa mandi ataupun buang hajat di luar, tapi dalam keadaan tempat tertutup. Akan tetapi, pagi ini Yul sama sekali tidak merasakan kebiasaannya tersebut. Untuk pertama kalinya Yul merasa risih. Hingga membuat rutiniras harian yang seharusnya berlangsung hanya berbeda menit saja kini, sudah lebih dari 15 menit Yul belum juga menyelesaikannya.

Yul sama sekali tidak tenang. Apalagi jarak antara tempat ia berada sekarang dengan area rumah tidak lah jauh. Dia bisa mendengar suara Jaka dari tempatnya.

"Yaudah.. berak tinggal berak aja. Apa susahnya, sih!," pikirnya berusaha untuk sebiasa mungkin. Yul juga tidak mengerti, apa yang membuatnya merasa tak nyaman seperti ini.

Di tempat lain Ibu Yul sudah selesai mempersiapkan, tinggal menunggu Yul yang masih membuang hajat.

Sambil menunggu Yul, Ibu Yul mendengarkan cerita tentang Jaka yang kerja di Kota.

"Saya kerja di kota bukan jadi apa-apa. Namanya juga enggak sekolah. Di sana saya jadi asistennya si Bos.." tutur Jaka menunjuk dengan Ibu jarinya ke arah Bujang Kota, menceritakan pada Ibu Yul perihal pekerjaannya di kota, banyak dikabarkan sebagai orang sukses di sana.

"Tukang angkut-angkut barang," pungkasnya akan pekerjaan yang tidak seperti orang lain katakan.

"Oh," Ibu Yul akhirnya mengerti dengan ucapan Jaka.

"Kebetulan Bos saya itu kan model. Jadinya banyak yang bilang, sukses.. sukses.. padahal mah kan tau sendiri.."

"Iya juga," Ibu Yul paham dengan kondisi Jaka. Kebetulan saja Bosnya tersebut seorang model sehingga, pekerjaan yang seharusnya terlihat biasa aja, kini terlihat jauh luar biasa.

Pada saat Jaka dan Ibu Yul mengobrol, di tempat lain Bujang Kota tengah memotret menggunakan ponselnya, memotret langit, suasana di Desa bahkan, hewan ternak pun ia tak lepas dari lensa ponselnya. Dia benar-benar mengagumi kehidupan Desa yang sangat jauh dengan di kota, dan perbedaanya pun cukup besar.

Namun, pada saat ia tengah memotert hewan ternak, berupa bebek yang tengah berlari bersama kawanannya, ada hal yang menarik perhatiannya, ia berpikir itu adalah kadang hewan tersebut. Sehingga membuatnya semakin berantusias untuk melihatnya lebih dekat, mengambil gambar lebih banyak lagi. Padahal itu adalah tempat saat ini Yul berada.

"Ayo dong! Udah siang ini..!" Yul masih berjuang untuk membuang hajatnya yang tak kunjung usai akibat rasa tak nyaman.

Mendongkak ke arah atas langsung berhadapan dengan langit, untuk membuang rasa frustasinya. Namun kali ini bukan langit yang ia lihat, melainkan wajah seseorang.

Kita bisa mendengar raungan seseorang hingga balik bukit jauh di sana.

"Udah siap?," tanya Jaka pada rekan lainnya yang bertugas membawa perlengkapan pemotrertan, pada tukang rias dan beberapa tim lainnya.

"Siap!," jawab diantaranya serempak.

Berbeda dengan kedua orang itu, Yul dan Bujang Kota, keduanya terlihat canggung satu sama lain.

Ada Yul yang mencoba bersikap seperti biasa setelah seseorang melihatnya saat tengah membuang hajat. Dan itu adalah perasaan yang sulit dilupakan hingga seumur hidup. Lalu, ada si Bujang Kota -yang tanpa sengaja melihat Yul pada saat itu.

Meskipun kejadian itu sangat memalukan tapi, Yul tidak bisa terus-terusan merasa terpukul. Ia mencoba sebisa mungkin bersikap seperti biasanya, meski kejadian memalukan sering telintas dalam benaknya.

"Udah siap kan? Kalo udah, kita berangkat sekarang," ujar Ibu Yul pada Jaka dan para rekan.

"Siap, Mak! Bisa pergi sekarang," jawab rekan Jaka yang membawa kamera.

Tiba saatnya untuk mereka semua berangkat, dipimpin oleh Ibu Yul, sedangkan Yul sendiri berjalan paling belakang. Untuk memastikan tidak ada yang tersesat. Selain itu, berjalan di depan membuatnya semakin tidak bisa melupakan kejadian memalukan tersebut.

Masih di area pemukiman, diantara ada yang mengobrol bersama Ibu Yul, ada yang berdiskusi juga, dan ada Jaka yang memilih untuk berjalan beriringan bersama Yul.

"Yul. Kamu udah kenalan belum?," tanya Jaka, teringat sepertinya Yul belum berkenalan dengan teman kerjanya itu.

Yul menggelengkan kepala, menunduk. Ia tidak berani mengangkat kepalanya, takut melihat Bujang Kota, dan akan membuat suasana semakin canggung.

"Bos saya itu namanya Pak Shin," ucap Jaka mengenalkan Yul pada Bujang Kota.

Yul mengangguk

Yul tidak peduli dengan siapapun itu namanya. Ia hanya ingin mengubur dirinya ke dalam tanah, saking malunya.

"Kalo yang bawa kamera itu, pak Burhan. Ketua fotografer dia. Ada tuh yang cewek, nambah Kania, dia MUA kita......," Jaka memperkenalkan satu persatu, dan tidak ada satu pun yang Yul ingat namanya kecuali, Shin. Sepertinya sampai matipun Yul akan terus ingat rupa serta nama orang itu, meski tidak pernah bertemu kembali.

Shin.

Selain memperkenalkan nama orang itu satu persatu, Jaka juga menceritakan sedikit tentang Bosnya tersebut.

"Bos saya tuh masih muda. Sekitar 20 tahunan. Tapi udah jadi orang sukses. Iri banget saya..."

Sebenernya Yul tidak ingin tahu. Tapi, apa boleh buat. Yul tidak bisa menahan Jaka untuk tidak berbicara. Yul dengan pasrah mendengarkan Jaka berbicara. Sehingga Yul bisa menyela ucapan Jaka.

"Bukannya jadi model itu banyak cewenya, ya?," tanya Yul sesuai dengan isi kepalanya, teringat ucapan seseorang saat berkumpul bersama warga Desa saat sore hari, dan pernah mengatakan, profesi seorang model tidak lepas dari dunia seperti itu.

Belum sempat Jaka menjawab, Bujang Kota yang menjadi Bosnya itu melihat ke arah mereka berdua, dan membuat Jaka tidak berani banyak bicara.

Akan tetapi, Yul sudah mendapat jawabannya sendiri; pasti ceweknya banyak.

••••••••

Bujang KotaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon