Bab 5| Foto Bersama

72 11 0
                                    

Yul berpikir jika proses pemotrertan akan sebentar, sekali potret selesai. Dan ternyata, hingga waktunya makan siang proses pemotrertan belum juga usai. Yul tak mengerti akan hal itu. Ia juga memikirkan nasib Shin dan tim lainnya, mereka pasti lapar.

Ingin rasanya untuk Yul membagi makanannya, akan tetapi makanan yang ia miliki hanya cukup untuk dirinya dan sang Ibu.

Yul tengah menuduh bawah pohon di dekat ladang tempat Yul membersihkan gulma.

Yul dan sang Ibu tengah membicarakan nasib Shin dan yang lainnya.

"Udah pada makan belum, ya?," ujar sang Ibu saat membuka bekal nasi yang dibungkus daun pisang.

"Gak tau," jawab Yul membantu membuka lauk nya berupa ikan asin, dengan jenis pembungkus yang sama, daun pisang.

Selain ikan asin, ada sambal dadakan dengan bahan seadanya dan lalapan liar yang ia petik saat membersihkan gulma.

Tanpa diduga, sang Ibu memanggil Jaka.

"Jaka!"

Tapi Yul tau niat sang Ibu memanggil Jaka, untuk menanyakan yang sejak tadi menjadi bahan pengiriman mereka berdua.

Jaka yang sedang rapihkan peralatan, karena proses pemotrertan sedang istirahat, mendengar Ibu Yul memanggil, memberikan jawabannya.

"Iya, Mak!," sahut Jaka, berlari menghampiri Ibu Yul.

"Udah pada makan belum?," tanya Ibu Yul pada Jaka begitu tiba.

"Mau dikirim sama Bapak. Kayaknya masih di jalan," jawab Jaka dengan lugas, dan dia salah satu orang yang tidak pantang menyerah. Orangnya jujur, dan perkataannya bisa dipercayai.

"Oh, syukur atuh. Kalo gitu. Ibu pikir, gak makan. Kasian," ujar Ibu Yul yang sudah khawatir. Tapi sekarang ia merasa lega.

"Hehe. Kan ada Jaka. Pulang-pergi bawa makanan. Bawain kopi. Balik lagi bawain gorengan..," ujar Jaka bercerita agar Ibu Yul tidak perlu khawatir soal itu.

Wajar untuk Yul dan sang Ibu khawatir, mereka tidak pernah tahu, bahwa Shin maupun Tim sudah sering kali datang ke pedesaan seperti ini. Dan Tim pun sudah tahu harus bagaimana. Akan tetapi hal itu tidak diketahui oleh Yul dan Ibu Yul. Bahkan warga yang melihat pun sempat memberikan pertanyaan yang sama, dan ada beberapa orang juga yang memberikan mereka makanan dari hasil kebun.

"... .tuh, ada yang kasih pisang. Kacang rebus... banyak makanan," pungkas Jaka tersenyum.

Usia Jaka tak jauh dengan usia Yul, dua tahun lebih tua dari Yul. Sama halnya dengan Yul, jaka pun belum memiliki calon. Kesibukannya bekerja membuat Jaka tidak sempat mencari calon istri, dan mempasrahkan masalah itu kepada orangtuanya. Mereka yang akan mencarikan calon untuknya. Dan, Yul salah satu gadis yang pernah dipilih. Akan tetapi Yul menolaknya dengan alasan, belum siap. Padahal pada saat itu Yul sedang tidak percaya diri. Berpikir, Jaka akan menyesal jika memilih dirinya. Dirinya tidak lah sebagus gadis desa lainnya.

Karna hal itu juga membuat Yul sering mereka tidak enak saat bertemu Jaka. Berbeda dengan Jaka, ia masih bisa bersikap seperti biasanya.

"Ohh.. yaudah. Jaka mau nyoba yang punya Ibu?," ujar Ibu Yul dengan tujuan menawari Jaka manakan. Dan tentunya, Jaka menolaknya.

"Gak usah. Buat Emak aja," tolak Jaka lalu kembali ke lokasi pemotrertan.

Setelah Jaka pergi, Ibu Yul kembali membahas akan Jaka pada Yul.

"Tuh si Jaka. Kenapa ditolak?," ujar sang Ibu sambil menyup makanan.

Yul yang sudah sering mendapatkan pertanyaan ini, merasa bosan mendengarnya. Tetapi ia harus tetap menjawabnya. Hatinya akan selalu merasa bersalah jika tidak menjawabnya. Dan, Yul juga akan menjawab dengan jawaban yang sama pula.

Bujang KotaWhere stories live. Discover now