Bab 14| Langit Malam

27 10 0
                                    

Ini adalah malam terakhir Shin berada si desa ini. Besok pagi ia harus segera kembali ke kota.

Shin yang sedang duduk di luar, merasa gelisah. Duduk tak tenang, tidur apalagi. Rokok pun, kali ini tak pernah terputus. Shin pun tak mengerti, apa yang membuatnya sampai segelisah ini.

Melihat langit malam yang penuh dengan taburan bintang. Di sini, Shin bisa melihat jelas bintang-bintang tanpa harus pergi ke tempat khusus.

Dia masih belum menemukan titik terang dirinya yang tiba-tiba menjadi gelisah.

Jaka dan yang lain pun, yang melihat tingkah tidak normal Shin segera menegurnya.

"Bos, kenapa? Gak enak badan?" Jaka bertanya. Ia takut Bosnya itu sakit.

Shin menggelengkan kepalanya. Ia pun tidak mengerti.

Beda halnya di kediaman Yul. Saat ini, ia sedang bersiap-siap untuk pergi kondangan, sekaligus untuk menonton acara kesukaannya, wayang golek.

"Sayang pisan. Emak gak bisa ikut. Padahal seru tuh bisa liat wayang golek," ujar Ibu Yul melihat anaknya yang sedang mengikat rambut di depan cermin.

"Tenang, Mak. Nanti kalo ada rezeki, kita nyewa wayang golek. Doain aja," jawab Yul sebagai penghiburan sekaligus, motivasi juga untuk dirinya.

"Emak doain" pungkas Ibu Yul merasakan penghiburan dari Yul yang penuh dengan motivasi tersebut dan membuatnya ikut termotivasi. Bahkan Ibunya Yul pun tak segan untuk tersenyum bangga akan anaknya tersebut.

Setelah dirasa siap, sudah waktunya untuk Yul berangkat.

Yul yang memang tidak memiliki siapapun di dalam hidupnya, memaksanya harus serba mandiri. Seperti hal nya malam ini, Yul harus pergi sendirian ke sana. Yul sudah biasa, dan selain itu, Yul juga sudah memperkirakan, di jalan sana ia akan bertemu dengan rombongan yang juga ingin melihat wayang golek. Secara, wayang golek adalah hiburan yang wajib ditonton —yang banyak disukai orang.

"Yul, pergi dulu ya, Mak," Yul berpamitan, mencium tangan Ibunya tersebut.

"Iya, hati-hati di jalan"

Lalu, Yul pergi meninggalkan Ibunya. Ibunya yang melihat Yul pergi sendirian, sebenarnya tak tega dan juga khawatir. Bagaimana pun juga Yul adalah seorang gadis, yang rentan terdapat hal-hal yang berbau kejahatan. Hanya saja, Ibunya tidak bisa berbuat apa-apa, selian mendoakan anaknya tersebut untuk segera mendapatkan seseorang. Agar anaknya itu tak lagi sendirian.

Saat Yul baru saja keluar dari area rumah, seseorang memanggilnya, Yul sudah menebak dan Yul juga sudah melihat dari jauh, Rumah Pak Budi selalu ramai saat ini. Dan yang memanggil barusan adalah Jaka.

"Yul"

Yul juga melihat di sana ada Shin yang sedang merokok.

Yul sudah sering melihat jenis orang yang merokok, tapi Yul baru melihat ada orang yang terlihat keren saat merokok. Apalagi cahaya bulan menyinari wajah orang itu dengan sempurna. Membuat setiap setiap lakukan wajahnya seperti terpahat sempurna. Ditambah mata elang yang kian terlihat lebih tegas lagi. Tiba-tiba saja Yul menjadi gugup.

"Iya," jawab Yul, tak berani lagi melihat ke arah Shin.

"Mau kemana malem-malem?" Tanya Jaka, karena ia pun tidak bisa melihat Yul jalan sendirian.

"Liat wayang, Kang," jawab Yul yang membuat Jaka bereaksi dengan spontan

"Sendiri?!" Jaka sudah tau akan sifat Yul yang satu ini. Tapi saat melihat langsung, Jaka tidak bisa mempercayai nya.

"Iya"

"Saya anter, ya" Jaka menawarkan dirinya, dengan tekat, tidak peduli jika Yul akan menolaknya. Dia akan tetap menemani wanita yang selama ini ia sukai tersebut.

Bujang KotaWhere stories live. Discover now