Bab 15| Menonton Wayang Golek

30 11 0
                                    

Beberapa menit kemudian, Yul datang berlari kembali.

"Gak lama, kan?" Tanya Yul, mengatur nafas setelah berlari. Dia pun tak lupa untuk tersenyum.

Melihat Yul yang sudah kembali, dengan tenang Shin menatap wajah Teteh-nya tersebut.

Shin menggelengkan kepala. Ia tidak masalah jika harus menunggu sampai berjam-jam lamanya. Padahal, kesadarannya tidak lah sebesar itu. Ia tidak suka menunggu. Tapi untuk Yul, sepertinya ia tidak masalah.

"Udah?," Shin bertanya setelah menggelengkan kepala.

"Udah," jawab Yul dengan cepat. Dan dia pun masih mengatur nafas.

Rasanya ingin sekali Shin mengusap punggung Yul untuk menenangkan. Tapi, keberaniannya tidak sebesar itu untuk Yul. Ia benar-benar menghargai Yul.

"Ayok kita ke sana!" ajak Yul tanpa memperdulikan bahwa dirinya masih kesulitan bernafas.

"Tunggu sebentar!" Shin menahan. Tidak tega jika melihat Yul harus berjalan kembali ke tengah-tengah lapang untuk melihat wayang golek.

Yul dengan patuh diam sejenak tanpa bertanya. Tapi, ia teringat sesuatu.

"Shin. Buat kamu," ujar Yul mengeluarkan korek api kayu hadiah cendra mata dari temannya itu. Yul ingat, Shin juga seorang perokok. Walaupun tidak berharga dan bisa saja dibuang oleh Shin, tapi Yul ingin memberikannya. Dan itu pun, spontan saja ia lakukan. Ia menyadari tindakannya tersebut setelah Shin menerima korek api kayu tersebut.

"Wih..! Terima kasih"

Rasanya, Yul ingin mengambil kembali korek api tersebut. Tapi setelah melihat Shin tersenyum, menerima korek api tersebut dengan baik, Yul hanya bisa tersenyum canggung.

"Hem" Yul bergumam.

Shin memasukkan korek tersebut ke dalam saku jaket. Selama di Desa Shin tidak pernah lepas dari jaket. Karena, desa begitu dingin apalagi saat malam. Berbeda dengan di kota, terkadang lebih panas malam daripada siang.

Setelah Shin melihat Yul mulai tenang, baru lah Shin mengajak Yul ke tengah lapang.

"Ayo teh, kita ke sana!"

Lalu, mereka berdua berjalan memasuki kerumunan orang-orang yang tengah menonton wayang golek.

Wayang golek berbeda dengan acara hiburan lainnya. Hanya di wayang golek, kita akan menemukan penonton tertib, dan bahkan tak segan untuk mereka duduk di tanah tanpa alas.

Begitu juga dengan Yul. Pada awalnya ia sudah takut Shin tidak mau duduk di atas rumput seperti ini. Tapi setelah melihat Shin baik-baik saja akan hal itu, Yul bisa bernafas lega. Dengan begitu, Yul bisa tau jika Shin tidak sama seperti orang kota lainnya yang sering dicap sombong. Shin baik dan ramah.

Mereka duduk berdampingan di atas rumput lapang, melihat ke arah panggung yang sedang menampilkan pertunjukan wayang golek.

Berbeda dari biasanya, biasanya Yul akan sangat serius saat menonton wayang golek. Tapi sekarang, pandangannya sering bolak-balik melihat ke arah Shin dan panggung. Ia hanya ingin tau, apakah Shin menyukainya atau tidak. Karena banyak pemuda lainnya yang mulai sudah tidak menyukai wayang golek, karena dianggap sudah ketinggalan jaman.

Yul rasa Shin pun seperti itu. Mengingat Shin dari Kota, pusat nya hiburan berasal.

"Di kota ada wayang golek juga gak sih?," tanya Yul karena sampai saat ini Yul tidak bisa melihat ekspresi apapun dari wajah Shin. Shin terlihat tenang.

"Ada," jawab Shin, menoleh ke arah Yul, yang membalikkan pandangannya ke arah panggung. Shin pun mengikuti pandangan Yul, menuju panggung.

"Saya bekerja di dunia hiburan. Sering datang ke event-event tertentu. Dan, wayang golek salah satu hiburan yang pernah saya lihat juga," Shin menjelaskan secara perlahan.

Bujang KotaWhere stories live. Discover now