Bab 23| Video-Call

36 5 0
                                    

Setelah melontarkan candaan godaan, Shin memutuskan untuk pulang. Tak ingin mengganggu pekerjaan Yul. Dan, Yul pun kembali bekerja setelah Shin pulang.

Melihat hari semakin sore, semakin mendekati waktu pulang. Yul merasa hatinya seperti dikejar sesuatu. Merasa seolah-olah, ia ingin cepat-cepat menyelesaikannya pekerjaan ini, dan pulang.

Setelah dipikir kembali, Yul merasa dirinya konyol. Apa yang ia harapkan dari pulang cepat? Tidak ada.

Lalu, Yul tak lagi banyak berharap, menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, tak tergesa-gesa ataukah dilambatkan. Bekerja sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan kemapuan Yul di atas rata-rata petani seperti dia. Tangannya bergerak lihai, seolah-olah sudah satu jiwa dengan tanaman jagung yang harus ia panen. Tak ada kesalahan. Itu lah yang membuat Yul disegani warga Desa. Dia baik dan rajin.

Sesampainya di rumah, setelah bersih-bersih dan mandi, Yul berdiam diri di kamar.

Memandangi kotak hadiah yang berisi ponsel yang belum ia buka lagi. Setelah sedikit memikirkannya berulang kali, akhirnya Yul kembali membuka kota tersebut, dengan cara hati-hati.

Selesai membukanya, dan melihat ponsel yang masih tersegel dengan baik. Yul tidak berani menyentuh benda tersebut. Ia takut benda itu rusak sebelum Shin mengajari nya. Jadi dia akan menyuruh Shin yang melakukannya.

Melihat ke arah luar jendela kayu, Yul melihat langit belum sepenuhnya gelap. Itu adalah senja yang indah. Lalu, ia membuat keputusan setelah melihat luar jendela.

Ia kembali membungkus kado tersebut, dan berencana untuk menemui Shin. Walaupun hatinya merasa ragu untuk menemui Shin, takut mengganggu nya.

Saat keluar dari kamar, Yul berpapasan dengan Ibunya yang juga keluar dari kamar.

"Kemana Yul?"

"Mau ketemu Shin" jawab Yul

"Oh" balas sang Ibu yang tak bertanya lagi, lalu pergi ke arah dapur.

Yul pun berjalan ke arah luar rumah.

Setibanya di luar, Yul tiba-tiba menjadi ragu. Kakinya pun tak berani melangkah jauh lagi dari halaman rumahnya.

Jantungnya tiba-tiba berdebar. Pikirannya bolak-balik memikirkan, apa ia harus menemui Shin atau kembali. Pada akhirnya, ia tetap melanjutkan langkahnya tersebut.

"Punten... Punten" Yul mengucapkan salam permisi, sambil mengetuk pintu rumah Pak Budi. Dengan detak jantungnya yang semakin berdebar-debar.

Hanya beberapa kali Yul mengucap permisi, seseorang menjawabnya dari dalam sana.

"Iya" Kebetulan sekali, dia adalah Shin.

Makin lah berdebar-debar hebat jantungnya Yul. Dan, dia pun tiba-tiba menjadi malu. Ingin rasanya berbalik kembali. Hanya saja, ia akan terlihat lebih konyol lagi jika dia benar-benar melakukannya. Sehingga, ia memaksakan diri untuk mengutarakan niatnya tersebut.

"Ajarain saya pake hape," ujar Yul setelah menghela nafas beberapa kali.

Shin tersenyum melihat Yul tiba-tiba mencarinya.

"Boleh" jawab Shin melihat Yul masih menggunakan ikat rambutnya.

"Di rumah saya" tutur Yul, karen hanya di rumahnya lah tempat aman tanpa gangguan dari tetangga yang suka membicarakannya.

"Boleh," jawab Shin, menutup pintu. Memakai sandal, setuju untuk datang ke rumahnya.

Sesampainya di dalam rumah. Yul sudah memberikan hadiah tersebut yang masih terbungkus untuk Shin membukanya lagi. Sedangkan dirinya, pergi untuk membuatkan minum.

Bujang KotaWhere stories live. Discover now