Bab 21| Makan Siang

26 7 0
                                    

Keesokan paginya, Yul ingin bertemu dengan Shin. Ia ingin membicarakan hadiah ponsel yang diberikan oleh Shin. Yul belum bisa nerima hadiah tersebut. Karena, Yul merasa kurang pantas untuk menerimanya.

Untuk hadiah yang diberikan kepada Ibu Yul merupakan hampers kue kering, dan itu pun dari toko kue ternama.

Ibu Yul senang bukan main saat melihat isi hadiah yang diberikan kepada nya. Apalagi, kue tersebut memiliki rasa yang luar biasa enaknya. Ibu Yul ataupun Yul sendiri, baru kali ini mencicipi kue seenak itu.

Tapi, hingga waktunya untuk Yul pergi ke ladang, ia tak juga melihat tanda-tanda Shin telah bangun.

Yul hanya melihat Jaka yang sedang memberi makan burung di depan rumah. Sayangnya, Yul malu untuk menanyakan Shin pada Jaka. Jadi ia berencana akan kembali menemui Shin saat pulang nanti.

Perihal ikat rambut yang diberikan oleh Shin, saat Yul mencoba ikat rambut tersebut, rasanya nyaman saat mengikatkatnya ke rambutnya. Yul pun akhirnya memakai ikat rambut tersebut. Walaupun sedikit malu, tapi ia harus menghargai pemberian orang lain dengan memakainya. Apalagi jika orang itu melihatnya juga. Itu yang diajarkan Ibunya padanya.

Yul menghabiskan harinya di ladang dengan memanen jagung, yang diperkirakan akan berlangsung selama satu minggu.

Meskipun ia sedang fokus bekerja tapi, sesekali pikirannya sempat memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak ia pikirkan. Jika sebelumnya, Yul menebak Shin sedang melakukan pemotrertan. Beda halnya dengan sekarang, Yul tidak bisa menebak apapun.

Butiran peluh mengisi sebagian wajahnya. Yul mendongkak ke arah langit, dan menemukan sudah waktunya baginya istirahat.

Benar saja, pada saat ia baru saja menghapus peluh menggunakan ujung bajunya, sang Ibu sudah memanggilnya.

"Yul, istirahat dulu!"

Yul berbalik melihat sang Ibu yang sudah menjingjing keresek berisikan bekal makanan serta memeluk botol minum untuk dibawa ke tempat yang sejuk, di bawah pohon.

"Kela/ sebentar" sahut Yul, bergegas membuka sarung tangan, dan menyimpannya sembarangan di atas tanah. Lalu, ia berjalan cepat menghampiri Ibunya.

Lalu, mereka berdua menikmati makan siang sederhana yang penuh dengan rasa syukur.

Setelah selesai makan, kali ini Ibu Yul membawa kue kering yang diberikan oleh Shin, dan dijadikannya sebagai camilan setelah makan, sambil menikmati siang yang berangin.

Yul juga ikut menikmati, sambil bercanda gurau. Dia juga menyukai kue yang jarang ia makan tersebut. Rasanya enak, dan tentunya membuat ketagihan.

Pada saat itu, Shin yang entah darimana tiba-tiba saja muncul di depan mereka.

Shin menyapa kedua orang itu melalui senyuman. Dan ia pun membawa sesuatu di tangannya.

Shin melihat makanan yang dibawakan tengah dinikmati, hatinya merasa senang.

"Udah makan?" Tanya Shin, ikut bergabung, menyimpan yang ia bawa tersebut ke tengah-tengah.

"Udah. Baru aja" Ibu Yul yang menjawab, melihat Shin kembali menaruh sesuatu di depan mereka, Ibu Yul kembali bertanya-tanya. Apa lagi yang dibawa sama bujang kota satu ini. Yang malem aja masih ada, dan dia sudah membawa yang lain.

Bukan hanya Ibu Yul saja. Yul sudah gelagapan, bingung apa yang akan dilakukan oleh Shin. Dia sudah menerima banyak kebaikan dari Shin. Yul merasa orang baik pun tidak akan melakukan sebanyak yang Shin lakukan. Ini terlalu baik namanya

"Yah..." Shin mendesah sedih "Padahal, saya mau ikut makan juga. Kayak nya enak" ternyata dia terlambat. Padahal dia sudah berencana untuk makam bersama.

Bujang KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang