Bab 9| Botram

35 8 0
                                    

Setibanya di Rumah, Yul mengembalikan topi milik Shin. Setelah melalui beberapa pertimbangan salah satunya, ingin mencuci nya terlebih dahulu. Karena topi tersebut kini menjadi basah akan keringat serta, mungkin saja bau.

"Saya cuci dulu aja, ya. Kotor, bau keringet," ujar Yul merasa tidak enak karena topi Shin jadi bau dan kotor karena nya.

"Gak papa," Shin juga tidak masalah jika topi mahalnya harus kotor. Bagi Shin itu bukan masalah.

"Nuhun," Yul berterima kasih atas pinjaman topinya.

"Iya," jawab Shin yang sebenarnya tidak perlu Yul kembalikan. Tetapi, anehnya Shin tidak bisa melakukan itu, dan menerima kembali topinya tersebut.

Shin pulang untuk mandi. Sedangkan Yul melanjutkan aktivitas harian nya saat sedang libur.

Yul tidak pernah tidur siang. Sehingga waktu siangnya ia isi dengan membuat rengginang bersama sang Ibu di dapur, untuk mereka jual saat masa panen telah usai. Mereka akan mengisi hari itu dengan berdagang, sebelum kembali ke ladang, bekerja kembali sebagai buruh tani.

Yul sedang menyetak adonan rengginang ke dalam tampah besar untuk di jemur —yang sebelumnya, adonnanya sudah Ibu Yul buat saat ia pergi ke kebun untuk mengambil kayu bakar.

"Yul" ujar Sang Ibu yang ngga sedang menyetak adonan rengginang "tadi Shin ikut kamu ke kebun?"

"Em," jawab Yul melihat Ibunya sekilas, lalu kembali melihat ke arah tangan yang sedang membuat adonan.

"Rajin ya. Mau lho ke kebun. Jarang anak kota ikut ke kebun kayak gitu," ujar sang Ibu, sedang menggosipkan Shin.

Yul juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ibunya tersebut. Karena sampai sejauh ini, Yul jarang melihat anak kota mau panas-panasan seperti yang dilakukan oleh Shin. Apalagi Shin sama sekali tidak mengeluh ataupun merepotkan. Yul bangga dengan sifat Shin yang tidak sama seperti anak kota lainnya.

"Iya Mak"

Saat membicarakan Shin, tiba-tiba saja Yul teringat akan Shin yang memakaikannya topi, dan Shin yang selalu berbau harum. Gambaran akan Shin benar-benar tergambar jelas dalam ingatannya. Akan tetapi, Yul tidak pernah memiliki pemikiran lebih dari Shin sebagai anak kota yang sedang berlibur ke desa nya.

Meski begitu, bibir Yul terangkat ketika mendengar nama Shin diucapkan.

Saat Ibu dan anak sedang membicarakan Shin dan tamu kota lainnya, seseorang datang berkunjung.

"Yul...!!"

"Iya!"

Barusan yang datang bertemu adalah seorang kurir penyebar kartu undangan.

"Ada undangan," ujar orang itu menyerahkan undangan kepada Yul.

"Siapa?" Tanya Yul membolak-balikan undangan untuk melihat, siapa pengirim undangan.

"Tia"

"Tia?," gumam Yul mengingat-ngingat akan nama tersebut. Karena banyak temannya yang bernama Tia.

"Tia mang Ole," pungkas orang itu menjelaskan.

"Oh"

Yul sekarang tau Tia yang dimaksud. Itu adalah teman SD nya, dan juga teman kecilnya. Tia masih satu Desa dengannya.

"Pake golek," ujar orang itu menjelaskan, hiburan di acara pernikahan temennya adalah wayang golek.

Wayang golek bisa dikatakan hiburan yang mewah di Desa tersebut. Siapa yang bisa menampilkan wayang golek akan dianggap memiliki hiburan yang mewah. Dan, wayang golek juga bukan hanya hiburan untuk para undangan akan tetapi hiburan untuk warga lain. Siapapun bisa menonton dengan bebas. Golek juga biasanya akan dilakukan saat malam hingga tengah malam.

Bujang KotaWhere stories live. Discover now