Bab 24| Harapan Lebih

94 6 0
                                    

Setelah video call yang membuat Yul tertipu malu. Ada hal lain yang lebih membuat Yul semakin malu yaitu, ketika Yul memberanikan dirinya untuk bertanya akan media sosial Shin yang banyak menyimpan fotonya tersebut.

"Em—m itu. Kalo saya pengen liat foto-foto kamu di mana?"

Yul memang tidak mengerti akan media sosial seperti Instagram, Tik-tok apalagi Twitter. Yang ia tahu hanyalah internet, yang sering temannya bicarakan. Mereka akan mengatakan, cari aja di internet.

Dan, membuat apa yang Yul katakan salah dipemahaman awal. Shin pada awalnya mengira yang dimaksud Yul adalah galeri foto di ponselnya. Tapi saat melihat Yul menyodorkan ponsel ke arahnya, ia langsung paham dengan apa yang Yul maksud. Itu seperti instagram, Weibo, Twitter.

Jika pun benar adanya(galeri foto) Shin akan dengan senang hati akan menunjukkan foto-foto dirinya yang tidak ada di Internet.

Shin menerima ponsel tersebut, dengan layar lebih dominan menghadap ke arah Yul lalu, Shin menjelaskan cara membuka Instagram.

"Ini, kan udah ada email yang tadi kita buat. Teteh bisa log-in pake email itu......" Shin menjelaskan dengan sangat detail, ia ingin Tetehnya tersebut benar-benar mengerti dan paham. Tidak hanya asal tau. Dan, Shin juga menjelaskan setiap fitur yang ada Instagram dengan sangat detail pula.

Yul yang mendengar penjelasan dari Shin, merasa seperti melihat dunia baru. Dia benar-benar terpukau dengan  pemahaman barunya tersebut.

"Kalo teteh pengen liat saya. Teteh tinggal follow akun saya. Nanti teteh bakalan otomatis langsung bisa ngeliat kalo saya bikin pembaruan..." Shin menjelaskan hal itu sambil membuka akun nya tersebut melalui fitur pencarian. Setelah akun instagramnya ditemukan, jarinya langsung menekan tombol follow, yang akan dia ikuti kembali nanti.

Yul yang melihat hal itu matanya tidak bisa berkedip saat melihat ribuan foto Shin yang terpasang, dengan berbagai pose dan gaya, berbagai tempat serta berbagai macam keadaan. Yul seperti melihat dua orang yang berbeda. Karena tampilan yang ditujukan dalam foto tersebut, hampir semuanya menunjukkan sifat yang arogan yang tidak memiliki kemurahan hati. Apalagi mata elang itu, seolah-olah sedang menunjukkan sebuah penindasan. Meski begitu, foto yang tampilkan adalah foto yang dapat membuat orang dengan mudahnya menyerahkan diri kepadanya.

Sedangkan sosok Shin yang ia lihat sekarang, seperti anak kecil yang lucu dan ceria. Sangat jauh berbeda dengan foto-foto yang ditampilkan.

Terlebih lagi, dalam foto tersebut ada beberapa foto yang menunjukkan keindahan bentuk tubuh Shin dengan otot yang terbentuk sempurna.

Saat Yul tanpa sengaja melihat foto tersebut, tanpa sadar pupil matanya membesar. Yul tidak pernah mengira jika perbedaan sosok Shin akan sebesar ini.

Yang paling penting dari semua foto-foto itu adalah foto dengan pandangan desa. Yul tau tempat itu. Itu adalah tempatnya tinggal.

Yul juga tak menyangka akan ada foto desa-nya dari deretan foto-foto Shin..

"Ini teh kamu?" Tanya Yul menunjuk pada salah satu foto dengan gaya sederhana namun memiliki tatapan yang begitu menindas.

"Hm. Jelek, ya?" Jawab Shin tidak tahu bahwa Yul sedang terpukau dengan semua foto-foto nya.

"Bagus kok" ungkap Yul, takut Shin salah paham akan ucapannya itu.

"Makasih" jawab Shin tersenyum cerah.

Dan, pada saat Yul melihat senyumannya itu, Yul semakin merasa asing dengan orang yang ada di foto. Karena senyuman yang ada di foto bukan lah senyuman cerah, melainkan sebuah senyuman yang penuh dengan penindasan. Tapi, foto-foto tersebut telah membuat hatinya berdegup kencang. Dia benar-benar terpana akan sosok yang ada di foto tersebut.

"Teteh udah bisa make, nya 'kan sekarang?," tanya Shin, setelah melihat Yul sepertinya sudah mengerti dengan yang dia jelaskan.

"Iya. Makasih udah mau ngajarin saja pake hape" balas Yul. Merasa beruntung bisa mengenal Shin. Karena ia telah banyak tau hal baru. Bahkan, Shin juga mau mengajarinya menggunakan ponsel. Ia merasa amat sangat beruntung sekarang. Senyumannya terpancar dengan ideh, dan penuh dengan ketulusan.

"Siap!" Balas Shin, ikut tersenyum ketika melihat senyuman Yul yang terlihat tulus tersebut.

Shin melihat ke arah luar, melihat waktu telah berganti dari sore ke malam.

Mereka berdua telah melewati waktu yang begitu lama tanpa mereka sadari. Pada saat mereka menyadari hal itu, tidak ada yang menyesalinya. Mereka benar-benar menikmati waktu kebersamaan yang ada. Membuat jarak di antara keduanya menjadi semakin dekat. Hingga rasa canggung jarang mereka berdua rasakan kembali. Tanpa mereka sadari, mereka mulai merasa nyaman satu sama lain.

"Teh. Saya pulang dulu, ya" ujar Shin berpamitan, karena sudah waktunya untuk pulang. Selain itu, ia juga tidak ingin terlalu lama mengganggu waktunya Yul. Terlebih lagi Shin sangat memahami berapa lelahnya Yul saat ini setelah siang nya ia habiskan dengan bekerja keras.

"Oh iya. Maaf nih, saya udah ganggu kamu," ujar Yul merasa tidak enak karena sudah merepotkan Shin.

"Saya malah seneng digangguin sama teteh," goda Shin yang tidak merasa keberatan, jika harus setiap hari membantu Yul. Karena, ia juga baru kali ini sesenag ini saat harus mengajari seseorang. Adiknya pun, tidak pernah ajari hingga seulet ini.

"Bisa aja" timbal Yul, malu saat digoda seperti itu oleh Shin.

"Yaudah. Selamat malam" Shin berpamitan.

"Em"

Setelah Shin pergi, Yul menjatuhkan punggungnya ke sandaran kursi, tubuhnya tiba-tiba merasa lelah. Karena, saat bersama Shin ia harus menahan detakan jantungnya yang terpacu hebat setiap kali melirik ke arah Shin. Dia benar-benar lelah sekarang.

Ia juga masih belum mengerti dengan dirinya saat ini. Apalagi ketika sosok Shin yang ada di foto berulang kali menghiasi sebagian pikirannya. Membuat detak jantungnya semakin terpacu kembali. Menimbulkan sebuah reaksi di luar pikiran seperti, ia mengharapkan bisa memiliki Shin.

Yul mengira dirinya gila, sudah memikirkan Shin hingga sedemikian rupa. Ia juga berulang kali membuat dirinya untuk selalu sadar akan dirinya yang bukan apa-apa nya. Dan, memaksakan dirinya untuk selalu tidak berpikir lebih, apalagi mengharapkan lebih. Tapi, hatinya sedang kacau sekarang.

Saat yang bersamaan, Ibu Yul datang membawa berkat dari perkumpulan tersebut.

"Yul," Panggil Ibu Yul menaruh berkat di depan Yul. Karena biasanya Yul paling bersemangat saat Ibunya pulang membawakan sesuatu. Namun, kali ini Ibu Yul malah menemukan anaknya terlihat tidak bersemangat.

"Nya, Mak"

Namun, saat melihat mug di atas meja. Ibu Yul langsung mengerti dengan apa yang terjadi.

"Besok bakalan ada tamu," ujar Ibu Yul, ikut duduk di dekat Yul.

"Siapa, Mak?," tanya Yul siapa tamu yang akan datang tersebut.

"Anaknya pak Wiwi," jawab Ibu Yul tanpa perlu menjelaskan lebih, Yul akan mengerti dengan apa yang ia katakan tersebut.

Ibu Yul menyebutkan akan laki-laki yang ingin melamar Yul. Dan, hal ini pun sudah Yul sepakati setelah Shin kembali ke kota tempo hari.

Namun, saat mendengar hal itu, Yul malah merasa enggan. Meski begitu, ia tetap harus mengambil kesempatan ini sebagai pemecah masalah hidupnya.

"Ènya, sok weh datang" ujar Yul, diakhiri dengan helaan nafas yang penuh dengan harapan baru.

Yul berharap, harapan lebih untuk Shin tidak lagi ia rasakan setelah ini.

••••••••

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bujang KotaWhere stories live. Discover now