Bab 6| Tampah

72 10 0
                                    

Keesokan paginya. Bukan hanya pekerja kantoran saja yang memiliki hari libur. Buruh tani seperti Yul pun memiliki hari libur. Hari Senin adalah hari liburnya, dan sekarang adalah hari liburnya.

Meskipun libur, Yul tetap bangun pagi seperti biasa. Sebelum melakukan aktivitas lainnya setelah bangun tidur, Yul lebih dulu pergi mandi sambil mencuci pakaian.

Bagi Yul mandi pagi membuatnya lebih bersemangat lagi saat mengerjakan pekerjaan yang lain. Karena, dinginnya air saat pagi di pedesaan bukan lagi sesuatu yang bisa orang lain kuasai. Yul sudah terbiasa. Meski rasa dingin kerap kali ia rasakan, dan tungku kayu akan menjadi tempatnya menghangatkankan tubuh sambil membantu sang Ibu memasak nasi yang masih menggunakan kayu bakar.

Melihat gentong wadah penyimpanan besar mulai kosong, Yul berinisiatif untuk membersihkan beras yang belum sempat dibersihkan setelah beberapa hari yang lalu Yul menumbuknya sendiri, dari padi menjadi beras, menggunakan alat penumbuk padi.

Mereka masih menggunakan alat tradisional. Bukan hanya Yul saja, tapi hampir penduduk desa tempat Yul tinggal masih mempertahankan alat tradisional tersebut. Sebab, biaya menggunakan alat penggiling beras tidaklah murah. Terlebih lagi, jika padi yang akan digiling tak sebanyak seperti juragan beras,  menumbuk secara tradisional jauh lebih efisien. Singkatnya, mereka sudah terbiasa menggunakan alat tersebut dan, hanya sesekali mereka menggunakan jasa penggilingan besar seperti di KUD.

Apalagi mereka juga sering menumbuknya secara beramai-ramai, bukan kah hal itu lebih menyenangkan. Mereka suka melakukan hal itu. Yul juga menyukainya. Dia akan lebih bersemangat saat melakukannya bersama-sama sambil mendengarkan cerita dari para Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak.

Yul memasukan beberapa liter besar ke dalam tampah bambu untuk dibersihkan. Lalu, Yul membawa tampah tersebut ke halaman rumah. Ia akan membersihkannya di sana. Dari beras yang tak terpakai, akan ia tabur ke tanah untuk dimakan oleh ayam ataupun bebek peliharaan mereka.

Namun, pada saat Yul sedang menampi beras, Yul dibuat terkejut ketika seseorang datang menghampirinya.

"Lagi apa *teh?," tanya orang itu dari arah samping Yul, dan membuat Yul terhentak terkejut. Meski terkejut, Yul segera menjawab ucapan orang itu, dan bukan lain adalah Shin. Seseorang yang tidak terpikirkan olehnya akan menyapanya kembali.

(*Kak/Mba)

"Oh ini. Lagi bersihin beras," jawab Yul sedikit gugup. Bagaimanapun juga Shin adalah orang asing. Yul belum terbiasa dengan kehadirannya. Apalagi Shin juga bukan warga Desa biasa. Dia adalah Bujang kota yang memiliki paket ganteng.

Selain itu, kejadian tempo hari masih belum bisa Yul lupakan. Tetapi Yul sebisa mungkin untuk bersikap seperti biasa. Apalagi melihat Shin yang sepertinya sudah melupakan kejadian tersebut. Kurang enak jika ia terus-terusan mengingat kejadian tersebut. Apalagi sampai harus menjauhi orang tersebut. Apalagi Ia lebih tua, dan harus memberikan contoh yang baik. Meski kecanggungan tetap ia rasakan.

Shin berdiri di depan Yul ikut melihat ke arah tampah, melihat apa yang dilakukan oleh Yul. Bagi Shin apa yang dilakukan oleh Yul adalah sesuatu yang belum pernah ia lihat. Sehingga Shin sedikit bingung dengan apa yang dilakukan oleh Yul.

"Kenapa dibersihin. Beras nya jatuh?," tanya Shin dengan polosnya yang membuat Yul serentak menatapnya. Yul juga tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Shin. Sehingga membuat dua orang tersebut, salah mengartikan.

Yul berpikir Shin berpikir pura-pura tidak tahu.

"Ya, dibersihin aja" jawab Yul, yang kini merasa semakin canggung di dekat Shin.

"Kotor?," Shin bertanya kembali —dengan dia yang masih belum mengerti  dengan apa Yul ucapkan.

Dan, Yul juga bingung, bagaimana cara dia menyampaikan maksudnya tersebut.

Kurangnya wawasan serta keterbatasan lainnya membuat Yul sulit mengatakan sesuatu yang sebenarnya mudah untuk dijelaskan. Dan, berakhir dengan Yul yang menjadi bingung.

"Enggak. Enggak kotor. Dibershin aja"

Sayangnya Shin juga masih belum mengerti, dan masih bertanya

"Kok gak pake air?"

Yul yang mendengar pertanyaan Shin ingin berlari masuk ke dalam rumah, lalu membawa Ibunya keluar dan menjelaskan, apa yang sedang ia lakukan tersebut. Karena pertanyaan Shin adalah dua konteks yang berbeda dengan yang ia lakukan.

"Enggak. Gini aja. Pake air—beda itu namanya....." Yul kebingungan dan bahkan ia sampai gagap, tapi tangannya meragakan; cukup dengan ditampi seperti ini.

Meskipun Shin masih belum mengerti, tetapi ia bisa membaca situasi yang sedang dialami oleh Yul. Melihat Yul yang gugup, Shin segera merubah topik pembicaraan.

"Yudah. Saya bantu. Apa yang harus saya bersihin," ujar Shin yang malah membuat Yul semakin gugup. Karena Yul tidak pernah menduga akan ada kejadian seperti ini.

Tapi Yul masih bisa mengontrol dirinya untuk tetap tenang.

"Ini—apa. Em—batu yang kecil. Sama sisa padi," jawab Yul setengah gagap. Karena ia bingung harus bagaimana. Itu adalah pertama kalinya Yul menghadapi orang seperti Shin.

Shin yang sudah berbaur dengan orang baru dari berbagai karakter, ia sudah terbiasa, sehingga mudah baginya untuk menyesuaikan diri. Hingga Shin tahu apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan seorang pemalu seperti Yul. Bahkan Shin juga belajar sedikit bahasa di daerah Yul tinggal. Tak heran Shin memanggil Yul dengan sebutan 'teh' atau Kaka untuk perempuan.

"Kok enggak ke ladang lagi?," tanya Shin saat ia mencoba membantu Yul membersihkan kerikil yang ada pada beras.

"Libur," jawab Yul ada jeda beberapa detik sebelum menjawab. Yul masih belum terbiasa dengan kehadiran Shin, sehingga menimbulkan berbagai perasaan.

"Oh" Seru Shin, lalu kembali bertanya pada Yul yang masih terlihat malu-malu di mata Shin "itu, setiap hari ke ladang?"

"Enggak. Ada libur nya," jawab Yul apa ada nya yang ia bisa pikirkan saat itu juga.

Akan tetapi, jawaban Yul malah membuat Shin tertawa.

"Haha..."

Shin tertawa panjang. Ia tidak pernah menyangka bahwa Yul akan selucu itu. Hingga membuatnya sulit berhenti tertawa.

Sebenarnya bukan itu jawaban yang di maksud oleh Shin. Akan tetapi, pikirannya Yul masih sederhana untuk memikirkan pertanyaan dari Shin.

Yul yang melihat Shin tertawa, hal pertama yang ia rasakan adalah bingung. Dan kembali memikirkan ucapannya barusan. Tetapi, Yul tidak menemukan sesuatu yang lucu dari ucapannya tersebut. Lalu, apa yang membuat Shin tertawa. Yul tidak bisa memikirkan apapun. Yul hanya bisa memandangnya dengan bingung.

'Dia kenapa? Emang ada yang lucu, ya?' Batin Yul saat ini.

••••••••••

Bujang KotaWhere stories live. Discover now