Bab 20| Hadiah

37 9 0
                                    

Yul datang dari arah dapur, membawa nampan berisi segelas teh hangat, beberapa biji tape ketan, serta satu toples kecil rengginang goreng.

"Sok dicoba," ujar Yul menyajikannya satu persatu di depan Shin.

"Eh, gak papa. Gak usah ngerepotin," ujar Shin masih sungkan ketika mendapat pelayanan dari Yul.

"Apa cenah. Harusnya saya yang minta maaf. Saya gak punya apa-apa," jawab Yul, merasa malu karena hanya itu yang ia miliki. Yul pun sudah pasrah jika Shin tidak menyukainya.

Setelah menyajikannya, Yul duduk di kursi tak jauh dari Shin duduk. Karena letaknya mudah untuk dijangkau dari tempat ia menyajikan makanan.

Pada saat Shin melihat sesuatu yang disajikan oleh Yul. Pandangan pertama Shin merasa aneh. Karena makanan yang disajikan benar-benar makanan tradisional. Jauh berbeda dengan pelayanan yang ia dapat selama ini. Tapi, semakin dilihat, Shin malah merasakan kehangatan yang manis. Ia pun tak segan untuk mencicipinya.

"Saya coba, ya," ujar Shin, ia lebih dulu mencoba teh hangat yang tersaji di mug stainless corak lurik yang khas.

Yul menggangguk, tersenyum.

Untuk pertama kalinya, Yul segugup ini saat seseorang mencoba sesuatu yang ia sajikan. Hingga hatinya berharap, ia tidak membuat kesalahan apapun, dan Shin bisa menyukainya.

Shin tersenyum setelah mencoba teh hangat buatan Yul.

Shin adalah orang kota. Minum teh bukan lagi yang pertama untuknya. Namun, ini pertama kalinya ia mencoba teh asli bukan buatan pabrik. Jelas, rasa yang tersajikan pun jauh berbeda dengan teh-teh yang selama ini pernah ia cicipi. Shin menyukainya, dan dia ingin mencicipi nya lagi, lagi dan lagi. Apalagi teh nya tersaji dengan suhu yang pas serta cocok dengan suhu udara desa yang dingin. Membuat perut Shin terasa hangat.

Setelah itu, Shin tidak mencoba yang lain. Ia langsung mengutarakan niatnya datang menemui Yul malam ini.

"Ini. Saya punya sesuatu buat teteh," ujar Shin mengeluarkan satu kotak kecil paper bag yang lain. Ia menyimpan kotak tersebut di atas meja, di depan Yul.

Yul yang melihat Shin memberinya sesuatu, merasa senang sekaligus malu. Karena, ia merasa tidak enak Shin sudah memberinya sesuatu.

"Eh apa ini?" Tanya Yul, belum mengambil kotak tersebut, masih malu.

"Bukan apa-apa. Tapi, saya harap, teteh suka" jawab Yul, mencoba kembali teh buatan Yul yang enak.

Yul senang, karena ternyata Shin menyukainya. Padahal Yul sudah khawatir tadi.

"Namanya juga dikasih. Pasti bakalan suka" jawab Yul mulai santai, dan Yul pun mulai berani menggoda Shin. Dia sudah tidak secanggung siang. Sekarang dia sudah bisa berbicara dengan santai tanpa terbata-bata.

Shin tersenyum lebar mendengarnya. Bagi Shin, Yul tidak seperti gadis lain yang suka pilih-pilih hadiah. Yul ternyata tipe wanita yang sederhana, dan berani apa adanya.

"Kalo gitu. Saya punya satu lagi. Mohon diterima," ujar Shin menaruh paper bag tersebut samping ia menyimpan kotak hadiah.

"Apa ini teh? Banyak banget ari kamu!," sahut Yul setengah terkejut melihat Shin kembali memberinya sesuatu. Yul berubah gelagapan, tidak tahu bagaimana harus bersikap.

"Gak papa. Lagian, di rumah saya ada banyak" jawab Shin, masih terlihat tenang. Karena, hadiah yang ia kasih, tidak lah merepotkan apalagi membebankan. Itu adalah sesuatu yang selama ini ingin ia berikan pada Yul.

"Oh gitu. Tapi—" Yul tak tahu lagi harus berkata apa. Pikirannya sudah penuh dengan kejutan-kejutan yang diberikan oleh Shin. Dan, ia pun masih belum berani menyentuh hadiah yang diberikan oleh Shin. Karena melihat dari luar pembungkus nya pun, sudah terlihat mewah. Yul berpikir, apa yang diberikan oleh Shin pasti tidak ada yang murah. Yul semakin enggan untuk menyentuh nya.

"Makasih," pada akhirnya Yul hanya bisa berterima kasih.

"Iya"

Tak terasa, Shin hampir menghabiskan tes yang disajikan oleh Yul.

Sebelum Shin melanjutkan berbicara, Shin lebih dulu menghela nafas, memantapkan diri menatap ke wajah Yul, yang sering menunduk.

"Teh. Teteh udah punya pacar?" Tanya Shin setelah berjuang untuk memberanikan diri untuk bertanya seperti itu. Meskipun pertanyaan nya dianggap kurang sopan. Tapi, iya penasaran. Karena bisa saja, Yul sudah memiliki kekasih, dan Shin bisa menyesuaikan diri.

"Belum," jawab Yul sambil menggelengkan kepala. Melirik ke arah Shin, lalu kembali menunduk. Ia tidak berani menatap langsung ke arah mata Shin yang setajam mata elang. Tatapannya seperti menusuk langsung ke dalam hatinya.

"Oh gitu," Shin mengangguk, merasa lega setelah mendengar jawaban dari Yul, bahwa Yul belum memiliki kekasih.

Seketika, Shin merasakan riak-riak senang. Dan bahkan, Shin tak segan untuk tersenyum. Senyumannya penuh dengan kepuasan.

"Kalo gitu. Saya permisi dulu" Ujar Shin mengakhiri perbincangan antara dia dan Yul, karena apa yang ingin ia katakan telah tersampaikan. Meski masih banyak pertanyaan lain yang belum Shin tanyakan. Tapi, Shin cukup tenang akan hal itu. Karena ia memiliki waktu 2 minggu untuk mengutarakannya. Dan, Shin lebih memilih membicarakannya secara perlahan, dan santai seperti saat ini.

Sebelum beranjak dari duduknya, Shin lebih dulu menghabiskan minumannya. Barulah ia beranjak dari duduknya.

"Maaf. Udah ngerepotin malem-malem" ucap Shin, disambar langsung oleh Yul yang tak menyangka Shin akan pulang begitu cepat.

"Oh yaudah. Maaf juga, saya gak bisa nyuguhin apa-apa. Jangan kapok, ya" tutur Yul, ikut beranjak dari duduk.

"Siap!," Shin menjawab sambil tersenyum.

Lalu, Yul mengantar Shin ke luar pintu, dan sebelum menutup pintu, Yul memastikan Shin sudah kembali dengan aman.

Setelah Shin pulang, saat Yul berbalik, Yul melihat hadiah yang diberikan oleh Shin.

Yul penasaran tapi, ia tidak tergesa-gesa untuk membukanya. Ia membukanya secara perlahan takut merusak kertas pembungkus yang terlihat mewah tersebut.

Yul membuka dari kotak yang pertama kali Shin berikan. Yul sama sekali tidak bisa menebak hadiah apa yang diberikan oleh Shin.

Setelah berhasil membukanya, Yul dibuat terkejut saat melihat isinya. Itu adalah sebuah ponsel keluaran terbaru edisi terbatas.

Sayang, Yul tak mengerti apa itu edisi terbatas ataupun keluaran terbaru. Yul hanya melihatnya sebagai ponsel biasa yang sering digunakan banyak orang.  Selain itu, Yul pun tak mengerti jika ponsel memiliki banyak sekali jenis dam model.

Selain itu, Yul hanya terfokus pada alasan Shin memberinya ponsel. Bukan karna dia tidak senang, tangan Yul sampai gemetar saat menyentuh benda tersebut. Yul hanya penasaran karena ponsel bukan lah barang dengan jenis harga yang murah. Tabungan pun, belum juga cukup untuk membeli ponsel sampai sekarang.

Yul tidak berani menyentuh benda itu terlalu lama. Ia kembali membungkus benda tersebut seperti semula.

Setelah itu, Yul membuka kembali kotak selanjutnya dengan ukuran kotak yang lebih kecil dari kotak ponsel.

Sama seperti sebelumnya, Yul membuka kotak tersebut dengan hati-hati. Hingga, ia berhasil membuka kotak tersebut.

Di kotak yang ini Yul bisa menerimanya dengan baik. Kotak tersebut berisikan ikat rambut dan beberapa jepitan rambut.

Jika Yul mengetahuinya, itu pun bukan jepitan rambut biasa. Shin membeli barang tersebut di sebuah brand luxury dengan harga yang fantastis untuk ukuran jepitan rambut dan ikat rambut.

Shin tidak pernah melihat Yul mengurai rambutnya, sehingga memberikan ikat rambut adalah pilihan yang terbaik. Selain itu, saat Shin sedang memilih jenis ikat rambut, tak sengaja ia melihat jepitan rambut yang terlihat lucu. Shin pun akhirnya membeli jepitan tersebut untuk Yul.

Kali ini, Yul berani memegang benda tersebut di tangannya untuk waktu yang lama.

Yul menyukai hadiah yang satu ini. Dan, membuatnya merona karena senang.

•••••••

Bujang KotaWhere stories live. Discover now