Bab 7| Topi

52 10 0
                                    

Setelah kejadian tampah yang mengocok perut Shin. Shin juga kembali menjumpai Yul yang akan berangkat mencari kayu bakar.

Saat itu, Shin yang kebetulan sedang duduk di depan halaman rumah Pak Jaka dan sedang melihat ayam yang sedang berjalan sambil mematuk-matuk, melihat Yul berjalan seorang diri sambil membawa golok, dan kain yang terlilit di lehernya.

"Teh, mau kemana lagi?," tanya Shin, pada saat itu waktu menunjukkan pukul 10 siang.

Shin sebenarnya tidak seramah itu pada orang baru. Pada orang yang sudah ia kenalipun tak seramah itu juga. Anehnya, Shin selalu ingin memiliki interaksi apapun dengan Yul. Dia juga merasa aneh dengan dirinya sendiri. Apalagi Shin juga terkenal cuek, dan selalu menunjukkan wajah dingin. Dengan Yul, Shin selalu ingin menunjukkan sisi terbaiknya. Apapun itu Shin benar-benar menikmati saat-saat nya saat di Desa.

"Nyari kayu bakar," jawab Yul, berhenti melangkah, melihat Shin berjalan menghampirinya.

"Ikut, ya?," pinta Shin yang membuat Yul kebingungan lagi. Karena, selama ini ia sudah terbiasa sendiri. Dan, al hasil Yul masih belum terbiasa.

"Banyak nyamuk, tapi," jawab Yul yang merasa tak enak jika harus melihat Shin digigit nyamuk. Apalagi Shin seorang model. Tubuhnya adalah aset terpenting, Yul tahu akan hal itu.

"Dah kebal," balas Shin dengan nada menggoda, diakhiri dengan senyuman.

Sebenarnya itu adalah senyuman yang mampu memikat gadis mana pun. Shin jarang mengeluarkan senyumannya yang itu. Sayangnya Yul tidak melihat letak spesialnya dari senyuman Shin. Yul hanya melihat Shin sebagai adiknya, dan juga sebagai seorang idola.

"Ayok. Kalo mau ikut," pada akhirnya Yul pasrah. Dan berpikir, mungkin saja Shin sedang mencari pengalaman nya saat di Desa, yang akan ia kenang saat di kota nanti.

"Bentar!" Ucap Shin menyuruh Yul menunggunya, setelah itu ia masuk ke dalam rumah.

Yul menunggu sebentar sebelum Shin kembali keluar dengan menggunakan atribut lengkap, seperti topi, pakaian serba panjang, dan ia juga sudah membawa golok yang sudah terikat di pinggangnya.

Yul tidak pernah melihat seseorang akan setampan itu saat membawa golok. Shin benar-benar terlihat seperti orang yang akan pergi melakukan pemotrertan. Padahal ia hanya menggunakan pakaian biasa. Perawakannya yang sudah proporsional membuat penampilannya terlihat lebih dewasa dari usianya. Tetapi, wajahnya masih terlihat wajah mantan bocah kemarin.

Yul segera menyembunyikan kekaguman nya tersebut, berjalan lebih dulu untuk memimpin jalan.

Tetapi, Shin menyusul dan menyeimbagi langkahnya dengan langkah Yul.

"Jauh gak?," tanya Shin, yang selalu ingin mengajak Yul berbicara. Padahal ia sendiri bukan orang yang mudah diajak bicara.

"Enggak," jawab Yul dengan pemikiran lurusnya. Tidak ada basa-basi sama sekali.

Berbeda dari sebelumnya, kali ini Shin memikirkan lebih dulu apa yang akan ia katakan. Jika tidak, ia hanya akan mendapatkan jawaban yang tidak pernah ia sangka dari Yul.

"Seminggu berapa kali nyari kayu bakar?," tanya Shin setelah memikirkan beberapa saat.

Sebelum menjawab ucapan dari Shin, Yul lebih dulu membalas sapaan warga yang ia temui saat di perjalanan. Yul hanya menganggukan kepala sambil tersenyum, sebagai jawaban atas sapaan mereka. Diantaranya ada yang melakukan seperti Yul lakukan.

Menyapa seseorang tidak harus dengan ucapan, gerakan tubuh juga sudah cukup.

Kehadiran Shin kali ini membuat dirinya menjadi pusat perhatian warga setempat yang melihat dirinya dengan Shin.

Bujang KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang