Bab 8| Es Potong

46 10 0
                                    

Shin yang tidak tahu apa-apa perihal dunia perkayu-bakaran, saat pertama kali sampai di kebun milik pemerintah, yang dikelola oleh masyarakat, Shin hanya diam mengamati setiap gerakan yang dilakukan oleh Yul. Ia tidak bisa memotong dahan seperti yang dilakukan oleh Yul. Perkakas yang ia bawa pun hanya sebagai pajangan. Ia hanya mengikuti Yul.

Selain itu, selama ini ia selalu dilayani dan apapun yang dibutuhkan selalu sudah siap terjadi. Sehingga membuat Shin kesulitan hanya untuk mengutarakan bantuannya pada Yul, meski ia tahu, bantuannya tidak berguna.

Dan juga, hingga sampai saat ini Shin masih dalam tahap beradaptasi. Sebenarnya ia masih kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang bertolak belakang dengan kesehariannya selama ini.

Saat tiba pun Yul juga kebingungan, apa yang harus ia lakukan selanjutnya untuk Shin. Dia tidak mungkin menyuruhnya untuk memotong ranting kering, dan dia juga tidak mungkin mengabaikan Shin begitu saja, karena ia harus mencari ranting kering yang di atas pohon. Setelah Yul memikirkanmya beberapa saat akhirnya ia bisa mengambil keputusan.

"Shin, aku ambil kayu bakar dulu. Kamu jangan kemana-mana, yah," ujar Yul karena ia tidak akan diam di satu tempat. Pasti berpindah-pindah tempat.

"Iya teh" jawab Shin dengan patuh. Tapi tubuhnya mengikuti setiap langkah yang dilakukan oleh Yul.

Setelah itu, barulah Yul bisa fokus mencari ranting-ranting yang berserakan di tanah.

Yul mengambil sebuah dahan, lalu menebasnya hanya dengan dua kali potong menggunakan golok. Yul sudah terbiasa dan bahkan sudah ahlinya dalam masalah perkayu bakaran. Tanganya pun begitu lincah saat memisahkan sisa daun kering dari ranting. Lalu, Yul menumpuk ranting siap pakai di bawah kain yang ia siapkan dari rumah sebagai tali, dan juga alat untuk membawanya nanti. Yul akan menggendong ranting-ranting tersebut.

Shin yang melihat gerakan tangan Yul, tercengang karna takjub.

Dia benar-benar ahli. Bahkan dengan gerakan tangannya bisa menjadi modal dirinya untuk mempertahankan diri dari orang yang berniat jahat padanya. Singkatnya, sekali tebas, nyawa melayang.

Shin tidak memiliki kemampuan seperti Yul. Akan tetapi untuk pertahanan diri Shin mampu melakukannya. Selain sering gym, Shin juga mengikuti karate untuk membentuk tubuhnya untuk lebih proporsional lagi. Dari karate, Shin bisa menggerakkan tubuhnya untuk berpose di depan kamera. Agar terlihat alami dan tidak kaku.

"Keren," ujar Shin begitu saja. Dan ia juga tidak akan menyangkal ucapannya tersebut. Yul benar-benar keren di mata Shin.

Untung saja Yul tidak mendengar ucapan Shin yang satu itu. Jika sampai ia mendengarnya, mungkin saja, bukan ranting yang ia tebas, melainkan tangannya sendiri. Yul orangnya mudah malu.

Padahal yang dilakukan oleh Yul bukan lah sesuatu yang aneh di Desa. Dan, bukan hanya Yul saja gadis desa yang bisa melakukan hal itu. Hampir dari semua gadis desa bisa melakukannya.

Namun, pada saat Yul akan mengambil ranting kering yang berada di atas pohon, Shin menahannya.

"Eh, mau ngapain?," tanya Shin, kaget melihat Yul yang akan bersiap-siap memanjat pohon.

"Naik," jawab Yul, merasa tidak ada yang salah dengan yang ia lakukan tersebut.

"Jatoh nanti," ujar Shin, tidak pernah berpikir bahwa Yul akan mengambil nya hingga naik ke atas pohon. Shin juga berpikir, hal itu akan sangat berbahaya untuk Yul. Terlebih lagi, Yul adalah seorang wanita. Shin sudah terbiasa melihat wanita atau gadis dengan kepribadian yang sporty, akan tetapi sporty jenis Yul, Shin belum pernah melihatnya.

Penampilan Yul benar-benar di luar dugaan Shin.

"Gak papa. Udah biasa," jawab Yul yang begitu klise. Hampir semua orang akan menjawab sepert itu. Namun, Shin tidak terbiasa melihatnya.

Bujang KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang