Edelson -Perceraian-

289 62 7
                                    

Liya sangat cemas karena nomor Edelson tak bisa dihubungi sejak seminggu ini. Edelson juga tak pernah balik ke hotel yang mereka sewa selama di Bandung. Alhasil Liya memutuskan pulang ke Jakarta dengan harapan Edelson sudah pulang ke rumah mereka. Namun, saat ia sampai rumah, Edelson tak ada di rumah dan pembantu mengatakan Edelson belum balik selama tiga minggu.

Liya sangat khawatir dengan keadaan suaminya. Ia takut Edelson berhasil menemukan Alma dan hidup bersama wanita itu. Ia juga sudah menghubungi nomor Alma, namun tidak aktif. Ia merasa frustrasi dengan keadaannya saat ini hingga orang-orang yang bekerja padanya menjadi sasaran kemarahannya. Ia yang biasanya lemah lembut dan tak pernah memarahi pekerja di rumahnya, kini menjadi orang yang emosian.

Pelayan hanya terlambat beberapa detik saat ia panggil, namun ia memaki pelayan itu dengan sangat kasar. Hingga salah satu pembantu memutuskan memanggil keluarga Liya karena khawatir pada kondisi majikannya. Jika kondisi mental Liya terus memburuk setiap harinya, maka bisa membahayakan janin dalam kandungannya. Sebenarnya pelayan itu ingin menelepon Edelson, namun nomor majikannya tak bisa dihubungi.

"Bu Levron, Bu Liya tampaknya sedang stres karena Pak Edelson belum pulang dan tak ada kabar. Mohon ke sini untuk menenangkan Bu Liya."

Setelah panggilan itu, keluarga besar Liya datang ke rumah untuk melihat kondisi Liya. Mereka melihat sendiri bagaimana Liya yang selalu bicara dengan nada rendah, kini berteriak seperti ibu tiri. Levron yang melihat putrinya berubah langsung membentak putrinya.

"Liyandra Khasan jaga sikapmu pada orang lain!" bentak Levron yang ikut merasa emosi.

Liya terkejut saat melihat keluarganya. Pelayan pun bubar karena ingin memberi privasi pada keluarga majikannya. Liya hanya bisa menunduk saat ibu kandungnya berjalan ke arahnya dengan tatapan setajam elang. Berlin, Anjani dan Ankara mencoba meredakan kemarahan Levron karena takut akan membuat Liya sedih.

"Maaf, Mama. Aku engga bermaksud membentak pelayan tadi, kalau saja dia bekerja dengan benar," balas Liya dengan nada pelan. Ia tak berani meninggikan suaranya pada ibunya.

"Liya, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau jadi seperti ini? Mama engga pernah mengajarkan kamu untuk merendahkan orang lain, Sayang," ucap Levron dengan tatapan sedih. Ia merasa gagal menjadi ibu saat melihat kelakuan Liya yang mirip dirinya saat muda dulu. Ia takut jika putrinya akan menghancurkan kehidupannya sendiri seperti yang ia lakukan dulu.

"Mama, Edelson pergi. Dia telah meninggalkan aku dan calon anak kami demi Alma," ucap Liya yang membuat keluarganya terkejut. Mereka sempat teringat pada cerita Liya tentang karyawannya di restoran yang menurut Liya sangat baik.

Mereka tak menyangka jika masa lalu akan terulang kembali. Padahal, mereka sudah berusaha sekeras mungkin untuk menghindari masa lalu. Namun, mereka juga sadar bahwa dosa zina yang dilakukan seorang ayah di masa lalu akan ditanggung oleh putrinya di masa depan. Liya sedang menuai dosa Faisal yang sering berselingkuh.

"Alma karyawan kamu?" tanya Anjani memastikan mereka tak salah mengira orang. Liya mengangguk sebagai jawaban.

"Aku akan mencari Edelson dan mengajarnya karena berani melukai perasaanmu," ucap Ankara, saudara laki-lakinya dengan penuh emosi.

"Anda tidak perlu mencari saya karena saya sudah ada di sini," ucap Edelson dengan nada datar. Semua orang menoleh ke belakang dan melihat kehadiran Edelson.

Edelson tampak tak terawat dengan pakaian yang kusut, mata yang sembap dan tampak linglung. Botol minuman alkohol di tangan Edelson menandakan bahwa pria itu sedang mabuk. Tanpa mengatakan apapun, Ankara langsung memukul Edelson berulang kali hingga babak belur. Liya mencoba menghentikan abangnya karena tak sanggup melihat Edelson terluka. Berbeda dengan Levron, Berlin dan Anjani yang hanya diam menonton karena merasa Edelson pantas mendapatkan hal itu.

Mutiara HitamМесто, где живут истории. Откройте их для себя