Leo -Sindiran Keras-

209 48 2
                                    

Alma tahu diri bahwa ia tamu. Ia tinggal, makan dan minum gratis di rumah keluarga Sela. Ia mencoba membalas bantuan itu dengan membantu Sela memetik hasil kebun belakang rumah. Walaupun sahabatnya sudah menolak berulang kali, tapi ia tetap ngotot membantu. Tuan rumah saja bekerja, mana mungkin ia leha-leha.

"Kalau capek, berhenti aja. Jangan dipaksa," ucap Sela yang dibalas anggukan kepala oleh Alma. Padahal nyatanya Alma tak akan berani bilang capek. Ia malu pada Sela yang sudah jadi nyonya besar, tapi masih mau dan kuat bekerja. Dua jam memetik hasil kebun yang katanya akan dijadikan makanan untuk para pekerja di kebun teh membuat tangan dan kaki Alma pegal. Berbeda dengan Sela yang masih semangat. Ia ingin berhenti tapi tak enak hati. Alhasil ia memaksakan diri untuk terus bekerja.

"Pekerja di kebun teh banyak ya?" tanya Alma.

"Banyak, soalnya kebun teh Mas Danu lumayan besar."

Sela ini sangat rendah hati. Alma yakin kebun teh berhektar-hektar yang ia lewati beberapa hari lalu milik suami Sela. Tapi, wanita itu masih menyebut 'lumayan' padahal sangat luas.

Tiba-tiba Harla datang dengan masih memakai seragam putih abu-abunya. Remaja itu memeluk Sela dari belakang dan membuat kaget sahabatnya. Namun, Sela tampak senang saat melihat Harla datang, lalu berhenti bekerja. Alma ikut senang dengan kedatangan Harla karena ia bisa berhenti bekerja. Namun, baru juga duduk di saung belakang rumah, ia sudah dicibir oleh tuan muda keluarga ini.

"Enak ya leha-leha. Kebiasaan numpang hidup sama orang lain, jadi lupa kerja," ucap Leo tiba-tiba muncul sambil menenteng tas sekolah Harla. Sepertinya pria itu yang menjemput Harla pulang.

"Leo jangan bilang gitu. Alma udah bantu aku dari tadi kok. Udah berhenti, Alma. Engga perlu dilanjut," ucap Sela tak enak hati dengan Alma atas sikap anak tirinya. Leo memang terkenal memiliki mulut pedas. Namun, berbeda saat sudah dekat, Leo akan seperti malaikat.

"Engga apa-apa, Sela. Leo benar kok. Aku kan numpang, harus sadar dirilah," ucap Alma lanjut memetik hasil kebun. Walaupun bibirnya tersenyum, tapi hatinya ngedumel. Siapa pun yang menikah dengan Leo pasti akan hidup sengsara karena memiliki suami sangat julid!

*****

Hasil kebun yang sudah dipetik seperti sayur, wortel, kentang dan lain-lain dibuat menjadi sup. Selain itu, ada ikan yang sudah digoreng. Para asisten rumah tangga yang membuat semua makanan ini. Alma ingin membantu agar Leo tidak julid lagi, tapi ia tidak bisa masak. Ia khawatir jika ia memaksa membantu maka dapur ini akan meledak. Ia pun hanya bisa menemani Harla yang sedang mengerjakan tugas.

"Kak Alma," panggil Harla tiba-tiba setelah menyimpan buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Tampaknya remaja cantik itu sudah selesai mengerjakan tugas.

"Ya?"

"Kakak kok bisa cantik banget? Rahasia cantiknya apa sih, Kak? Aku juga mau secantik Kakak, biar banyak yang suka," ucap Harla dengan polosnya. Anak itu tak tahu saja bahwa kadang apa yang didambakan bisa menjadi petaka. Sama seperti Alma yang mendambakan Edelson dan berakhir ia hancur.

"Coba mulai merawat wajah. Cuci muka, pakai skincare. Itu ampuh untuk mempercantik wajah. Tapi, jangan lupa mempercantik hati karema itu lebih penting," balas Alma. Alma tahu apa yang ia bicarakan omong kosong, baik itu mempercantik diri dan mempercantik hati. Kecantikannya menurun dari ibunya, gen ayahnya pun bagus. Alhasil tanpa perlu merawat diri saat di panti asuhan, ia sudah cantik. Apalagi untuk merawat hati, hatinya saja sangat busuk. Tapi, ia tak mungkin mengatakan semua itu pada gadis yang masih sekolah dan belum mengerti betapa menjijikkannya pergaulan di kota.

"Harla! Kamu dipanggil Bu Sari!" teriak Leo yang dibalas anggukan oleh Harla. Sebelum pergi, anak itu masih sempat berterima kasih padanya.

"Makasih infonya, Kak. Nanti aku bilang Ibu biar beliin aku skincare supaya cantik seperti Kakak," ucap Harla lalu berlari ke arah kamar ibunya. Setelah Harla pergi, Leo menghampirinya sambil menatap tajam ke arahnya.

Alma tak tahu sebenci apa Leo padanya atau semenjijikkan apa ia di mata pria itu. Tapi, ia merasa pria itu terlalu berlebihan saat berhadapan dengannya. Bagaimana pun apa yang ia lakukan di kota tak merugikan Leo hingga pria itu harus terus menghinanya.

"Jangan coba-coba meracuni Harla dengan pikiran kotor kamu."

Alma tak mau membuang waktu untuk membela diri karena tahu ia sudah salah sejak awal di mata Leo. Ia pun memutuskan pergi begitu saja dari hadapan pria itu. Lebih baik ia membantu para pembantu menyiapkan makanan yang sudah jadi untuk para pekerja.

*****

Ternyata keluarga Sela memiliki tradisi untuk mengajak pekerja di kebun maupun ladang makan bersama saat panen. Makan bersama di halaman depan yang sangat luas dengan alas berupa terpal dan alas makan daun pisang. Makannya pun pakai tangan. Tampak sederhana, namun kekeluargaannya sangat kental. Para pekerja pun tampak senang dan saling melempar candaan. Pak Danu yang merupakan tuan rumah pun tampak ramah menyambut para pekerja layaknya saudara sendiri. Setidaknya masih ada satu hal yang patut dibanggakan dari Pak Danu yaitu rendah hati dan tidak menelantarkan anaknya. Saat Alma menuangkan nasi di daun pisang, salah satu pekerja perempuan berbicara padanya.

"Neng siapa? Keluarga Pak Danu?" tanya perempuan paruh baya itu.

"Engga, Bu. Saya sahabat Sela," balas Alma dengan senyuman.

"Udah punya pacar, Neng?" tanya pekerja pria yang masih muda yang dibalas sorakan oleh pekerja lainnya. Alma hanya diam sambil tersenyum ramah, tak ada niatan menjawab. Tapi, sorakan semakin ramai karena ingin statusnya saat ini.

"Cantik begini, mana mungkin engga punya pacar," celetuk pekerja lain.

"Udah atau belum, Neng? Mau Bapak jodohin sama anak Bapak. Lagi kuliah di kota," tanya pria paruh baya lainnya sehingga kondisi semakin heboh.

"Alma udah pacar di kota. Pacarnya kaya banget, Pak," ucap Leo seakan-akan mewakili jawaban Alma sehingga para pekerja itu langsung tak bersemangat karena tahu perempuan incarannya sudah punya pacar. Sedangkan melirik kesal pada Leo yang kembali menyindirnya dengan kata 'kaya banget' yang menandakan ia perempuan matre yang cuma mau dengan pria kaya saja.

*****

Tangerang, 06 Maret 2024

Mutiara HitamWhere stories live. Discover now