Alma -Dia Kembali-

124 38 1
                                    

Aku kembali update!

Target: 65 vote!

Kalau belum memenuhi target, aku engga akan update. Ayo vote! Jangan lupa komen dan follow juga!

Selamat membaca.
*****

Leo mengajak Alma keluar dengan mobil. Ia mengendarai mobil tanpa arah yang jelas, hanya mengelilingi desa saja. Alasannya mengajak Alma pergi karena ia ingin menenangkan emosi istrinya. Ia harap udara sejuk dan pemandangan asri desa bisa membuat istrinya lebih tenang.

Tapi, sepertinya ia salah. Suasana hati Alma masih seburuk tadi. Ia bisa mengetahuinya dari wajah datar tanpa senyuman itu. Alma masih tak menyukai sikap Leo saat di rumah. Alma bukan tipe orang yang sabar dan berhati peri seperti Leo, jadi dia tak mampu memahami kenapa Leo malah justru merendahkan diri dengan ketakutan tak jelas. Ketakutan bahwa Alma akan meninggalkan Leo.

"Aku minta maaf, lain kali aku berjanji akan bertindak tegas dengan menegur mereka," ucap Leo. Alma masih diam, belum mau bicara, Leo pun membujuknya dengan menggenggam tangan istrinya, sedangkan tangan yang lain memegang setir.

Leo mengelus tangan istrinya lalu mencium tangan tersebut dengan lembut. Alma menghela nafas kesal karena Leo selalu tahu cara meredam amarahnya. Leo itu bagaikan air, sedangkan Alma bagaikan api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air dan Leo berhasil memadamkan amarahnya.

"Bukan hanya menegur mereka, tapi memecat mereka. Aku ingin kau melakukan itu. Kau bisa berjanji?" tanya Alma yang membuat Leo terdiam sejenak.

"Alma, memecat mereka adalah hukuman yang berat. Banyak dari mereka yang merupakan tulang punggung keluarga dan hanya bergantung pada gaji mereka. Jika kita memecat mereka, sama saja dengan menghancurkan keluarga mereka," balas Leo. Leo berusaha membuat Alma memahami kondisi para pekerja karena Leo tak mampu melakukan hal sekejam itu.

"Jika mereka memikirkan keluarga mereka sendiri, maka mereka tak berani berkata buruk pada orang yang memberi makan keluarga mereka," jawab Alma membuat Leo tak bisa membalas apapun.

Leo diam. Alma menganggap bahwa diam suaminya sebagai persetujuan. Ia ingin mengabaikan diamnya Leo, tapi wajah suaminya yang tampak tertekan membuat Alma kembali bicara.

"Ada atau tidak adanya anak dalam pernikahan kita, aku akan tetap bertahan denganmu. Jangan biarkan ucapan mereka membuat kau rendah diri. Saat mereka merendahkanmu, mereka juga merendahkanku. Bukankah suami istri adalah satu kesatuan? Lalu, apa kau akan diam saja saat ada yang merendahkanku? Jika kau memang akan diam saja, maka biarkan mereka bicara apapun. Hari ini mungkin tentang kita yang belum punya anak, tapi esok hari mungkin mereka akan membicarakan masa laluku dan mulai menghinaku," ucap Alma.

Alma menoleh pada Leo. Ia menatap suaminya dengan tatapan sayu. Leo tak suka saat Alma bersedih. Ucapan Alma membuat Leo menjadi marah karena membayangkan jika itu adalah kenyataan. Ia menginjak rem untuk berhenti mengendarai sejenak. Ia tak mungkin berkendara saat suasana hatinya tak stabil.

"Aku akan memecat mereka jika mereka berani mengatakan hal itu lagi. Aku tak akan membiarkan satu orang pun menghinamu," balas Leo.

Alma mulai tersenyum dan mendekati Leo, kemudian mencium pipi suaminya karena senang dengan keputusan Leo. Saat ia hendak mundur, ia malah terdiam. Mobil berwarna hitam baru melintas di samping mobil mereka, namun Alma sepintas melihat sosok di balik mobil tersebut. Apa ia salah lihat? Tak mungkin dia ada di sini kan?

"Alma, ada apa? Kenapa kau terdiam?" tanya Leo yang bingung saat melihat Alma tak bergerak atau bicara.

Alma tersadar dari rasa kagetnya saat Leo menyentuh pipinya. Alma langsung mundur dan kembali duduk di bangku samping pengemudi. Namun, Alma belum bisa berkata apapun. Leo pun jadi penasaran apa yang dilihat Alma sampai bengong seperti tadi, tapi saat ia melihat sekitar, ia tak menemukan apapun kecuali petani yang sedang panen.

"Alma, apa kau baru melihat sesuatu?"

"Tidak! Maksudku, aku tidak melihat apapun. Aku hanya merasa lelah dan ingin kembali ke rumah saja," jawab Alma.

Leo sebenarnya masih penasaran dengan apa yang terjadi pada istrinya, tapi dia tak mau memaksa Alma bicara. Ia pun memutar balik kemudi menuju ke rumahnya. Sedangkan Alma memilih diam selama perjalanan pulang ke rumah. Alma tak tahu apa yang dilihatnya benar atau salah, tapi ia merasa bahwa lebih baik tak membicarakannya pada Leo. Mereka baru berbaikan, apabila ia mengatakan bahwa ia melihat pria itu di sini. Maka akan menambah pikiran suaminya. Alma harap ia salah lihat, meskipun di satu sisi ia meyakini tak pernah salah melihat sosok itu baik hari ini maupun satu tahun yang lalu.

*****
Leo dan Alma sudah sampai di depan rumah, mereka bingung saat melihat ada mobil berwarna hitam terparkir di depan rumah. Mobil yang ukurannya kecil merk BMW jelas bukan jenis mobil milik keluarga Leo yang lebih suka mobil besar agar karena mereka keluarga besar.

Entah kenapa melihat mobil tersebut membuat hati Alma cemas. Seingatnya mobil yang tadi ia lihat juga tipe mobil kecil, walaupun ia tidak fokus pada merk mobilnya. Ia harap bukan mobil yang tadi. Leo juga bingung dengan keberadaan tamu tersebut, ia merasa tak ada partner usahanya dari kota yang ingin bertemu hari ini. Mobil sebagus dan semahal ini tak mungkin milik warga desa.

"Kira-kira siapa yang datang ya?" tanya Leo yang diabaikan oleh Alma.

Leo turun dari mobil diikuti oleh Alma. Alma berjalan di belakang suaminya sehingga Leo tak bisa melihat raut wajah gelisah milik Alma. Mereka berada tepat di depan pintu saat Alma mendengar sayup-sayup suara berat dan tegas dari seseorang yang amat ia kenal. Satu tahun bukan waktu yang sebentar, tapi tak bisa membuat Alma melupakan suara yang dulu begitu dia dambakan.

Ketakutan Alma menjadi kenyataan. Dia ada di sini. Di desa ini. Bahkan di rumah Leo. Alma menelan ludah dengan susah payah, tubuhnya mulai bergetar dan berkeringat dingin karena ingatan masa lalu mulai terlintas di pikirannya. Begitu banyak pertanyaan di pikiran Alma mengenai alasan pria itu kembali ke kehidupannya setelah meninggalkannya. Tapi, ada satu yang jauh lebih penting dari ketakutan dan pertanyaan di otaknya yaitu membawa Leo pergi dari sini.

"Leo, aku... aku lupa ingin membeli... sesuatu di warung. Bisakah kau menemaniku?" tanya Alma dengan nada terbata-bata sebelum Leo membuka pintu.

"Membeli apa? Suruh pelayan saja ya, mungkin ada tamu dari kota, aku harus menemuinya," ucap Leo.

Leo hendak membuka pintu namun Alma langsung mencegahnya. Alma berdiri di depan pintu untuk menahan Leo membuka pintu. Leo jelas bingung dengan tingkah Alma. Tadi Alma sendiri yang meminta pulang, tapi kini malah Alma yang seperti tak mau masuk ke dalam. Alma ingin mengatakan sesuatu, tapi tak jadi saat suara teriakan pak Danu terdengar yang membuat Alma dan Leo kaget.

"KELUAR DARI RUMAH SAYA SEKARANG JUGA!"

"Itu suara Ayah, kenapa Ayah semarah itu? Aku harus melihat apa yang terjadi," ucap Leo sambil menggeser tubuh Alma dari pintu. Alma dengan sigap menahan tangan Leo, ia mungkin berhasil menahan Leo untuk melihat apa yang terjadi. Tapi, terlambat. Dari dalam pintu dibuka, terlihat pak Danu menyeret seorang pria dengan kemeja dan celana hitam dipadu jas hitam. Pakaian pria itu seakan ingin menunjukkan bahwa pria itu sedang berduka atau bersedih.

Bukan hanya Alma dan Leo yang terkejut melihat 'pria itu'. Pria itu pun terkejut melihat Alma dan Leo. Raut wajah pria itu yang tadinya emosi langsung melembut dan tersenyum lebar saat melihat Alma.

"Alma, aku merindukanmu, Sayang," ucap pria itu hendak memeluk Alma.

*****

Tangerang, 15 Juni 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mutiara HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang