Leo -Basah-

213 44 2
                                    

"Kakimu sudah benar-benar baik? Yakin tidak perlu ke dokter?" tanya Sela untuk kesekian kalinya. Alma sudah bilang bahwa kondisinya sudah membaik, namun Sela tak mempercayainya. Ia hanya membalas dengan gelengan kepala.

Hari ini ia tak bekerja atau lebih tepatnya berhenti bekerja dari perkebunan teh. Sela jelas melarangnya ke perkebunan teh setelah insiden kemarin. Pak Danu juga menyuruhnya tak perlu bekerja karena merasa bersalah tak bisa melindungi salah satu pekerjanya. Alma pun berdiam diri di rumah seharian.

"Leo tampaknya sangat perhatian padamu. Aku tak pernah melihat Leo semarah itu. Bahkan saat bertengkar dengan Mas Danu, Leo tidak semarah kemarin," ucap Sela tiba-tiba membahas Leo.

Ucapan Sela membuat Alma teringat pada Leo. Ia belum sempat meminta maaf pada pria itu karena tak melihat keberadaan Leo di rumah. Padahal ia  berharap bisa segera meminta maaf sekaligus berterima kasih.

"Oh ya. Aku penasaran, Leo itu anak siapa? Aku tak pernah melihat perempuan keturunan luar di rumah ini, sedangkan fisik Leo seperti pria bule," ucap Alma.

"Dia anak istri kedua Mas Danu. Ibu Leo meninggalkannya saat baru lahir dan pergi membawa sebagian harta Mas Danu. Ibu Leo keturunan Rusia, jadi wajar kalau perawakan Leo seperti pria luar. Kenapa kau tertarik padanya?" tanya Sela mencoba menggoda sahabatnya.

"Aku cuma penasaran doang," balas Alma.

Alma tak tertarik pada Leo, bahkan mungkin tak bisa tertarik dengan Leo karena ia sudah tak mempercayai lelaki mana pun. Bohong kalau ia bilang sudah melupakan Edelson. Nyatanya semua kenangan Edelson masih membekas di pikiran dan hatinya. Tak ada satu malam pun tak mengenang Edelson dan menangis sendirian. Rasa sakit itu masih terasa walaupun sudah satu bulan lebih berlalu.

Leo memang sangat kasar saat bicara, tapi perilakunya berbanding terbalik dengan mulutnya. Alma menyadari bahwa sebenarnya Leo pria yang baik. Walaupun sudah mengetahui kehidupan Alma yang menjijikan di Jakarta, Leo tidak pernah memberitahu siapa pun. Leo juga tidak pernah memandangnya dengan tatapan nafsu seperti para bajingan kemarin. Pria itu juga sama suksesnya dengan Edelson. Alma mana mungkin berani menyukai pria yang tidak sederajat dengannya untuk kedua kalinya. Poin yang lebih penting adalah Leo tidak mungkin menyukai wanita dengan masa lalu suram sepertinya.

"Astaga, aku baru ingat sesuatu. Mas Danu bilang kau bisa bekerja di peternakan Leo saja. Pekerja di sana rata-rata sopan dan Leo bisa lebih mudah mengawasi jika ada hal yang tak diinginkan."

"Tapi, apa Leo mau menerimaku?" tanya Alma yang cemas jika Leo menolaknya sebagai karyawan. Sikap pria itu yang menyebalkan membuat ia tahu Leo tak menyukai keberadaannya.

"Tentu saja dia mau. Dia sendiri yang meminta pada Mas Danu agar kau bekerja di peternakannya," jawab Sela yang membuat Alma kaget.

"Apa?" tanya Alma mencoba memastikan ia tak salah dengar.

"Ya. Dia tak mau terjadi hal yang sama seperti kemarin. Sepertinya Leo menyukaimu. Ingat saat kau tersesat? Dia panik dan mencarimu berjam-jam."

Alma diam tertegun memikirkan perkataan Sela barusan. Ia ingat jelas bahwa Leo mengatakan bahwa Sela yang menyuruhnya. Tapi, ternyata pria itu sendiri yang ingin mencari Alma. Alma langsung menggelengkan kepalanya saat berpikir bahwa ucapan Sela bisa saja benar, Leo menyukainya. Ia tak boleh berpikir demikian. Edelson yang tak memiliki orang tua saja menolaknya. Apalagi Leo yang memiliki orang tua yang jelas dan dihormati di desa. Tak akan ada orang tua yang mau anaknya bersama mantan wanita simpanan.

Tanpa sadar Alma terus membiarkan dirinya berada di bawah bayangan masa lalu bersama Edelson. Walaupun, ia tahu Edelson dan Leo adalah orang yang berbeda. Namun, kisah masa lalu mengajarkannya bahwa saat ia berjuang, perjuangannya tak dianggap dan ia tetap yang terbuang. Jadi, percuma ia berjuang untuk kembali mempercayai, mencintai dan mendapatkan seseorang. Semua akan berakhir sia-sia karena ia sudah sangat kotor untuk posisi mulia sebagai istri seseorang.

*****

Hari pertama bekerja di peternakan Leo, namun ia datang terlambat. Sangat luar biasa! Bisa kalian bayangkan bagaimana wajah emosi dari bosnya di hari pertama bekerja? Leo yang merupakan pemilik peternakan saja sudah datang ke peternakan pukul empat pagi, tapi Alma baru datang pukul sembilan pagi. Semua ini karena ia tak bisa semalaman. Ia baru bisa tidur pukul dua pagi karena terus memikirkan pembicaraannya dengan Sela. Padahal, seharusnya ia tak perlu memikirkan hal itu.

"Hebat! Udah berasa jadi Bos ya? Kamu kira sapi di sini dibawa ke sawah jam sembilan?! Bebek-bebek di sini dibawa mandi ke kali panas-panas begini?! Ayam-ayam ini dikasih makan siang bolong begini?!" tanya Leo berteriak kepada Alma. Alma hanya bisa menunduk dengan tatapan bersalah.

"Maaf, Pak Leo. Saya janji ini yang terakhir kalinya telat," jawab Alma. Ia sadar bahwa ini murni kesalahannya. Sudah sepantasnya ia dimarahi karena kalau ia bekerja di tempat lain dan telat pada hari pertama, sudah pasti ia langsung dipecat. Leo hanya memarahinya saja ia sudah bersyukur.

Teriakan Leo membuat pekerja di peternakan menoleh ke arah mereka. Alma sebenarnya malu karena seluruh pekerja tahu ia telat di hari pertama, tapi Leo masih terus marah-marah dan tak peduli mereka jadi tontonan gratis. Entah pemikiran buruk apa yang ada di otak mereka tentangnya setelah hari ini.

"Jangan karena kamu teman Sela, jadi kamu bisa bersikap seenak jidat kamu. Kamu ini bukan Putri Raja yang bisa berangkat kerja sesuka hati," ucap Leo yang dibalas anggukan mengerti oleh Alma. Toh ia sudah minta maaf, tapi pria itu tak menerima permintaan maafnya. Jadi, ia angguk kepala saja biar masalah cepat selesai.

"Uni! Kasih tahu Putri Raja ini apa yang harus dia lakukan!" teriak Leo kepada seorang perempuan seusia Alma yang sedari tadi ikut menonton pertengkaran mereka.

"Iya, Pak," balas Uni dengan sedikit gagap karena takut kepergok nonton bosnya marah-marah. Uni lalu menarik tangan Alma masuk ke peternakan yang sangat luas. Namun, sialnya Alma tak siap dengan tanah yang lembek sehingga ia terjatuh. Wajahnya penuh dengan tanah yang basah dan beberapa orang yang menyaksikannya berusaha menahan tawa. Alma sangat malu!

Alma pikir Leo akan marah lagi karena ia bertindak ceroboh. Namun, siapa sangka pria itu malah mengguyur seember air hingga kotoran di wajahnya bersih. Namun, badannya juga ikut basah.

"Kamu pasti belum mandi kan? Sekalian aja saya guyur biar kamu sadar dari mimpi indahmu dan bisa bekerja!"

*****

Tangerang, 09 Maret 2024

Mutiara HitamWo Geschichten leben. Entdecke jetzt