Alma -Leo-

249 54 2
                                    

Demi menghibur dirinya sendiri dan Alma, Sela membawa sahabatnya berkeliling desa untuk melihat sawah, kebun dan peternakan milik suaminya yaitu Danu. Alma tampak semangat mengelilingi desa sambil beberapa kali mengambil foto. Alma cukup terhibur sampai ia melihat seorang pria tinggi, berambut cokelat dan bermata hijau di peternakan.

Pria itu sedang menunggangi seekor kuda cokelat bagaikan sedang berada di pacuan kuda. Alma pernah melihat pria itu. Pertemuan mereka memang singkat dan hanya sekali, tapi ia masih ingat jelas manik mata hijau milik pria itu. Alma hanya bertemu satu orang yang memiliki mata langka seperti itu. Mata hijau itu dimiliki pria yang membantunya saat ia bertengkar dengan Edelson perihal kalung liontin angsa. Tapi, ia lupa nama pria itu. Saat kuda yang ditunggangi pria itu berjalan ke arahnya dan Sela, Alma langsung berbalik badan dan membelakangi pria itu. Ia takut pria itu masih mengenalinya karena malam itu ia bersikap kasar padahal sudah ditolong.

Lagi pula buat pria blasteran ada di desa terpencil seperti ini? Ia pikir pria itu adalah bule yang sedang berlibur di Indonesia atau mungkin bekerja di Jakarta. Ia tak menyangka jika Bumi sangat kecil hingga mempertemukannya dengan pria itu. Namun, alangkah terkejutnya ia saat pria itu berbicara pada Sela.

"Dimana Harla? Tumben dia tidak menemuiku. Biasanya dia akan berlari mencariku," ucap pria itu sambil tertawa. Tawa yang terdengar tulus. Jadi, pria itu mengenal baik keluarga Sela. Tapi apa statusnya di keluarga Sela? Seingatnya tak ada keturunan luar saat bertemu keluarga besar Sela.

"Sehabis makan, dia langsung tertidur. Mungkin dia terlalu lelah jadi tak ingat menemuimu. Tampaknya Harlos sudah membaik ya?" tanya Sela lalu terdengar suara kuda yang melengking. Tampaknya kuda itu senang dengan keberadaan Sela. Jadi kuda itu bernama Harlos.

"Sudah. Setelah tiga hari dirawat, dokter bilang kaki Harlos sudah membaik."

"Oh ya. Aku ingin mengenalkanmu pada sahabatku, namanya Alma. Alma, ayolah berkenalan dengan Leo. Leo adalah anak tiriku," ucap Sela lalu membalik badan Alma. Leo anak tiri Sela? Tapi, kenapa mereka berbicara seperti teman?

Alma masih terkejut dengan fakta yang baru disampaikan Sela, namun ia lebih terkejut saat menatap mata hijau itu. Ia bisa melihat pria itu kaget saat melihatnya. Tidak mungkin kan kalau pria itu masih mengenalnya padahal berbulan-bulan sudah berlalu?

"Tampaknya kekasihmu telah mencampakkanmu."

*****

Alma tak tahu kenapa ia sangat kesal saat Leo meledeknya dengan senyum miring. Seharusnya ia bersikap biasa saja, toh yang dikatakan pria itu benar. Tapi, nyatanya ia bersikap berlebihan dengan pergi begitu saja dari peternakan tanpa mempedulikan panggilan Sela. Ia terus berjalan, namun tak ingat jalan pulang dan tak sadar jika sudah berjalan terlalu jauh. Alhasil ia tersesat dan hari hampir malam.

Ia tak tahu dimana ia berada sekarang. Sepertinya di hutan karena tak ada siapa pun di sekitarnya, hanya ada pohon dan semak-semak. Alma juga mulai mendengar suara-suara aneh yang menakutkan. Hari mulai gelap dan ia terus memanggil nama sahabatnya, namun tak ada yang membalas. Ia menyesal karena sudah bertindak bodoh hanya karena Leo. Memangnya kenapa kalau pria itu masih ingat pada hubungannya dengan Edelson. Seharusnya ia diam saja, lalu Leo akan pergi dengan sendirinya. Bukan malah ia yang pergi dan malah tersesat.

Alma sudah pasrah dan hanya bisa menangis karena takut ada binatang buas. Ia masih ingin hidup dan membuktikan bahwa ia bisa bahagia tanpa Edelson. Bukan malah mati konyol karena Leo. Saat suara aneh itu semakin dekat, Alma memutuskan berlari. Ia terus berlari sampai menemukan sebuah cahaya dan terdengar suara memanggilnya.

"Alma!"

Ia lantas berlari ke cahaya itu dan memeluk orang yang memeluknya dengan erat sambil menangis. Ia pikir orang tersebut adalah Sela. Ia pun jadi lega karena tak mati konyol di hutan.

"Aku sangat takut. Ada sesuatu di sana. Untung kau datang," ucap Alma.

"Kau memang terbiasa menempel dengan pria mana pun ya?"

*****
Alma langsung mengangkat kepalanya dan menatap orang yang sedang ia peluk. Suaranya bukan suara wanita, melainkan suara pria. Jadi tak mungkin dia adalah Sela. Ia lantas melepaskan pelukannya saat melihat wajah Leo yang tampak kesal. Kali ini Alma tak membalas apapun dan hanya diam. Ia tak akan mengulang kesalahan kedua kalinya. Mau Leo bicara apapun, ia akan diam asalkan tak ditinggalkan di hutan sendirian.

"Sela sudah menunggumu di rumah. Dia cemas karena kau menghilang, jadi dia menyuruhku mencarimu. Menyusahkan saja," ucap Leo sambil menatap tajam ke arah Alma. Leo hendak pergi, Alma pun dengan sigap menggenggam tangannya. Saat Leo terhenti sambil menatap pegangan tangan tersebut, Alma hanya bisa tersenyum tanpa malu. Singkirkan rasa malu karena sekarang Alma sangat takut ditinggalkan!

"Jangan tinggalkan aku, aku takut tersesat lagi," balas Alma. Namun, Leo menghempaskan tangannya dan mendorongnya agar berada di depan pria itu.

"Jalan di depanku. Jangan mencoba mencuri kesempatan. Tak semua pria menyukaimu."

*****

Tangerang, 03 Maret 2024

Mutiara HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang